"Jadi ternyata, Eru itu yang tanpa sengaja buat lo sama Raden dan Manggala deket?"
Aku mengangguk.
"Wahh kebetulan seindah ini kok bisa ya?" Nona tertawa sampai kacamatanya melorot sampai ujung hidung. Dia menaikannya lagi dengan jari telunjuknya.
"Lo sejak kapan deh pake kacamata, Non?" Tanya Hepta. Dia masih tidak terbiasa melihat Nona yang menjadi lebih kalem karena kacamata yang menggantung di wajahnya.
"Sejak gue tau kalo mata gue minus. Tiga hari yang lalu sih, cuma kalo di sekolah gue ngga berani pakenya, malu."
"Kenapa malu?"
"El, El, El. Lo ngga liat muka gue jadi aneh banget? Gue tuh ngerasa ngga cocok banget pake kacamata." Nona memanyunkan bibirnya sambil memegang ponsel di depan wajah untuk bercermin.
Hepta berdecak tiga kali. "Lo cantik please. Jangan insecure gitu."
Nona seakan mengerti arti decakan Hepta, dia langsung menatapku dengan serius. "Gue cinta sama diri gue sendiri. Gue ngga sebodoh itu buat iri bahkan sampe ngebully sahabat gue sendiri cuma karena sahabat gue lebih cantik. Gue tau lo jauh lebih cantik, El, lo juga Ta. Tapi gue juga selalu merasa gue cantik, kita punya hal istimewa yang berbeda."
Aku terkekeh geli. Nona pasti teringat Fresya. Fresya yang membullyku karena kesal kenapa aku harus cantik. Aku selalu melihatnya lebih cantik, Fresya yang sikapnya malu-malu itu menurutku sangat manis.
"Tapi gue masih ngga habis pikir sih." Nona menceletuk lagi.
"Kenapa?" Tanya Hepta.
"Bisa-bisanya iri sama sahabat sendiri. Dia sebenernya berteman mau cari popularitas atau emang mau cari sahabat? Ngga paham lagi deh."
Aku tidak tau jawabannya. Yang aku tau, Fresya itu baik. Tapi Fresya mulai berubah setelah dia dekat dengan teman-teman lainnya.
Fresya mulai mengabaikanku, aku pikir dia juga memiliki kesibukan lain. Fresya selalu menatapku dengan tatapan tidak suka, tidak ada lagi senyum malu-malu di wajahnya, semuanya berubah. Fresya menjadi sosok yang benar-benar berbeda.
"El."
Aku menoleh. "Sorry, gue bengong lagi ya?"
Hepta menggeleng. "Nggapapa. Yuk, cari lagi hadiah buat Eru nya. Dia sukanya apa?"
Eru suka apa? Suka telur-telur berisi bola-bola cokelat.
"Ini kedua kalinya gue ke tempat ini." Nona mengambil napas banyak-banyak.
"Masa?" Hepta memicingkan mata tak percaya.
"Beneran. Yang pertama waktu itu sama El, yang kita ketemu si Gala."
Aku mengangguk mengiyakan. Ini juga kali keduaku mendatangi pusat perbelanjaan ini. Jaraknya amat jauh sehingga aku malas untuk datang lagi. Tapi karena dari arah Patriot ini cukup dekat, jadi aku memilih datang ke sini lagi.
"Emang lo sering ke sini, Ta?"
Hepta memejamkan matanya sebentar, "sering sih. Soalnya di sini lebih lengkap. Dulu gue juga pernah tinggal di komplek deket sini waktu TK."
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]
Ficção AdolescenteNamaku El. Usiaku 16 tahun. Hidupku seolah dikekang oleh penulis jahat. Berkali-kali aku bertemu dengan orang jahat di sekitarku, tidak ada satu pun yang memihakku. Aku El. Aku memiliki masa lalu yang terus membayangiku sampai sekarang. Siapa yang t...