001

44.1K 3.7K 209
                                    

Hai.

Kalian sampai di sini itu tandanya ingin mendengarkan bisikkan ku.

Siapa yang sedang bercerita? Ini aku, gadis tanpa peran. Agar lebih akrab, kalian bisa mengingat namaku dengan sebutan El.

Hanya El? Tidak. Masih ada sambungannya, tapi bisa kita bahas nanti.

Aku seperti gadis 16 tahun pada umumnya. Kedua orang tuaku sibuk bekerja. Saudara? Aku putri tunggal. Tinggal sendiri di dalam rumah besar.

Lucu sekali, aku seakan bercerita dengan buku diary ku.

Biar ku perjelas. Aku gadis bertubuh kecil dengan rambut sebahu. Kenapa tidak berambut panjang? Karena hanya pemeran utama yang memiliki rambut panjang. Biasanya seperti itu bukan? Entah dalam novel ataupun film yang biasa aku lihat.

Aku duduk di bangku kelas 2 SMA, tidak ada yang menonjol dalam kehidupan SMA ku. Tapi sekitarku cukup menarik.

Sekarang aku sedang di dalam bus menuju sekolah. Bus hijau yang selalu lewat tepat pukul 6.20 pagi.

Dengan berteman earphone wireless, oh mungkin sebutannya aerpod? Karena tanpa kabel aku pikir ada tambahan wireless di belakangnya.

Ulangi. Dengan berteman aerpod yang menggantung dikedua telinga, aku berangkat dalam diam menuju sekolah.

Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di sekolah. Itu pun jika perjalanan lancar tanpa lalu lintas yang padat. Jika pulang sekolah bisa memakan waktu 2x lipatnya saat berangkat.

Sekolah sudah ramai seperti biasa. Aku berjalan di koridor menuju kelas. Aku bisa melihat perempuan berambut panjang yang tengah memotong jalur agar lebih cepat sampai ke kelasnya.

Namanya Mono. Perempuan cantik berambut panjang yang sikapnya blak-blakan. Baik namun tidak juga dikatakan ramah.

Mono berlarian melewati lapangan upacara, sepatunya menginjak rumput hijau yang basah karena tetes embun pagi.

Aku yakin nanti kelasnya akan kotor seperti biasa.

Ya. Aku sekelas dengan Mono. 1 tahun lebih di kelas yang sama, aku tau dia memiliki teman laki-laki yang selalu bersamanya. Mereka resmi berpacaran sejak 3 hari setelah MOS.

Akhirnya aku tiba di kelas. Tidak akan ada yang memperhatikan ku walau aku memakai baju adat sekalipun. Sekarang aku memakai seragam sekolah tenang saja.

"Di Di Di, Aku belum sarapan ayok ke kantin!" Teriakan Mono sudah seperti asupan rutin kami semua.

Melihat dua manusia bucin setiap hari sudah menjadi rutinitas kelas.

Di? Namanya Diva Aries. Kekasih Mono. Hidupnya seakan hanya untuk menjadi bucinnya Mono.

Laki-laki itu hanya menoleh jika dipanggil Di. Menurutnya Diva adalah nama perempuan, dan lagi dia tidak mau dipanggil seperti nama makanan ringan berhadiah uang tunai yang pasti kita kenal dengan nama Aries.

Aku sudah duduk tenang di kursi keramat milikku di pojok belakang ruangan. Aku suka bagian belakang. Suka karena semuanya nampak masuk dalam pengelihatan ku.

"Di Di Di kantin kantin ayukk, Mono laper!"
Di menarik lengan Mono agar tidak terhantuk meja di depannya. Gadis itu selalu energik melompat-lompat tidak takut jatuh.

Oh betapa kasihannya lambung Mono. Bel berbunyi sebelum lambungnya sempat diberi asupan.

Semua duduk di tempatnya masing-masing setelah guru memasuki ruangan. Semua murid di kelas duduk berpasangan, kecuali aku. Jumlah kelas yang ganjil mengharuskan satu tumbal murid untuk duduk sendirian.

bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang