028

9.3K 1.5K 20
                                    

Aku termenung menatap papan tulis yang kosong. Pikiranku terus bekerja sejak semalam memikirkan siapa kemungkinannya yang menyebarkan foto Hepta.

Hepta sudah lebih santai, gadis itu benar-benar berangkat saat pagi buta.

Aku mengingat kejadian di cafe saat ada tugas bahasa Indonesia. Di sana ada aku, Tetra, Hepta, Di, Mono, dan Heksa. Aku yakin sekali tidak ada anak sekolah kami lainnya di sana.

Ada kemungkinan jika saat aku dan Tetra pergi, ada teman sekolah kami yang datang tanpa aku ketahui. Tapi masalahnya, kami pergi bersamaan meninggalkan Mono dan Heksa di tempat mereka di lantai atas. Ruangan yang bisa melihat ke bawah dengan leluasa.

Aku tidak bisa langsung mencurigai mereka berdua. Sudut foto yang diambil terlihat dari bawah bukan dari atas. Bisa saja salah satu diantar Mono atau Heksa turun untuk mengambil foto. Tapi itu tidak bisa langsung dibenarkan, tidak ada bukti bahwa aku atau yang lain melihat nya.

Jika foto satunya, foto Hepta dan Penta, itu bukan masalah. Mereka memang berpacaran, tapi Hepta masih tidak mau membocorkan rahasia hubungannya ini. Tidak akan ada yang sulit-sulit mau mendengarkan, kata Hepta.

"El liat tugas kimia dong!"

Aku terpekik pelan terkejut.

"Lo kenapa?" Nona memandangku menyelidik. Aku menggeleng tidak apa-apa.

Tunggu. Apa katanya tadi? Tugas kimia? Tugas apa? Kita bukannya jamkos tanpa tugas?

"Keasikan ngelamun sih, ngga tau kan ada tugas. Nih salin punya gue, kurang nomor 9. Gue mau keliling cari contekan dulu." Cibir Nona sambil memperlihatkan bukunya.

Nona sudah berlari ke meja demi meja di kelas. Dia sibuk sekali mencari contekan. Aku cepat-cepat menyalin tugas Nona ke buku tugasku.

Kesampingkan dulu hal-hal yang mengganjal itu, sekarang aku harus fokus menyelesaikan tugas ini sebelum bel pergantian jam berbunyi.

Saat sedang sibuk menulis, ada sesuatu yang hendak keluar di bawah sana. Aku menggoyangkan kakiku menahan rasa ingin buang air kecil.

Bisa El. Satu nomor lagi! Lo bisa nahan!

Aku menarik napas panjang lalu menghembuskannya, berusaha fokus menahan. Aku yakin wajahku sudah merah.

"Nona Nona aduh." Ringisku sambil meremas rok.

"Lo kenapa lagi?" Nona menatapku yang gelisah, kakiku menyilang dengan tubuh gemetar.

"Aduh aduh pengen pipis! Tugas, tugas gue, aduh. TOLONG TULISIN SATU LAGI!!" Aku berteriak di ujung kalimat, ini benar-benar sudah tidak bisa ditahan. Dengan berlari sekuat tenaga aku mencari toilet yang kosong.

Aku mendorong pintu dengan kuat, tidak peduli ada adik kelas di belakang pintu yang tidak sengaja terdorong. Aku sudah tidak kuat menahan, minta maafnya bisa nanti-nanti.

Pintu toilet tertutup, dan wah.. rasanya lega sekali. Napasku memburu, hanya menahan rasa ingin buang air tapi seperti habis berlari jarak jauh.

"By the way, lo bisa dapet foto Hepta darimana?"

Telingaku berdiri. Aku masih di dalam toilet, hendak keluar namun ada percakapan yang sangat ingin kudengar.

Aku mengambil ponsel cepat-cepat mengaktifkan perekam suara.

"Ada deh." Jawab yang satunya sambil tertawa lebar.

"Serius ih darimana. Kepo banget ini gue."

"Gue ngga tau juga sih siapa yang ngasih foto Hepta sama dua cowok itu. Tapi yang pasti orangnya sama. Akun Instagramnya palsu, langsung ilang abis dia ngasih gue foto itu."

bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang