065

6.7K 1.1K 301
                                    

Apa aku bermimpi lagi?

Kali ini nampak seperti nyata.

Aku melihat kedua orang tuaku yang tertidur di sofa, aku melihat Nona dan Hepta yang tertidur di permadani tebal yang sangat aku kenali di rumah, aku melihat Tetra yang tertidur dilipatan tangannya di sebelah kasurku.

Ini bukan kamarku, namun tempat ini lumayan nyaman dan luas. Alat pendeteksi jantung berbunyi teratur mengisi kekosongan ruangan. Alat infus juga masih terpasang rapi di punggung tanganku.

Tuk.

Aku melihat siluet seseorang di pintu ruangan yang sedikit terbuka itu. Siapa itu?

Aku berusaha menarik infus di tanganku dengan hati-hati. Nyeri sesaat karena jarumnya, lalu selesai. Ini tandanya aku tidak bermimpi.

Tanpa menimbulkan suara dan gerakan yang tidak perlu, aku berhasil turun dari tempat tidurku. Berjalan tertatih menuju pintu ruangan.

Kakiku rasanya sulit sekali digerakkan, sangat kaku. Berapa lama aku tertidur kali ini? Sepertinya cukup lama.

Lorong rumah sakit terlihat sangat sepi. Ada beberapa penunggu yang duduk di kursi tunggu dengan mata terpejam maupun dengan raut yang gelisah. Semua menampakkan wajah aslinya di sini.

Siluet itu datang lagi. Dia seperti sedang menatapku, menungguku, seakan dia ingin aku mengikutinya.

Sepertinya kesadaranku belum sepenuhnya datang, aku tidak bisa berpikir jernih atas tindakanku ini. Aku berjalan sambil berpegangan pada dinding, berusaha mengejar siapa orang itu.

Itu pasti bukan orang jahat. Aku berada di rumah sakit, banyak dokter yang berlalu-lalang, tidak ada yang perlu aku takutkan.

Orang itu mengangguk kecil, wajahnya tidak terlihat karena dia memakai masker dan topi. Dia mulai mempercepat langkahnya.

Aku ikut mempercepat langkahku, mengejarnya namun tidak berlari.

Dia menoleh lagi, kali ini mengangkat selembar foto. Rambut panjang itu.. itu Fresya!

Apakah dia mengenal Fresya? Apa dia yang memerintah Lucy menyiksaku?

Aku menghentikan langkahku. Ini pilihan yang paling rasional. Aku tidak bisa dengan bodohnya langsung mengikuti dia.

Kami berada di lorong yang sepi, ternyata ini dekat dengan kantin rumah sakit, wajar saja tidak ada ruangan di sekitar sini.

Dia mendekat ke arahku. Perlahan aku menarik kakiku ke belakang menjaga jarak dengannya.

Kali ini dia mengangkat ponselnya, memperlihatkan video sesuatu.

Astaga. Itu cctv langsung!

Aku menatapnya perlahan, dia menurunkan maskernya sambil menyeringai.

"Ssttt.. lo harus ikut gue dengan sukarela, atau orang ini mati tanpa ada yang nolong."

Bagaimana bisa? Dia..

Aku tidak pernah memikirkan ini sebelumnya.

"Gue tau lo benci cewek ini, kalo dia sampe mati, lo juga akan terseret karena ngga berniat menghentikan."

Ya Tuhan..

Aku tidak mau ikut dengannya.

Dia bisa melakukan apa saja padaku.

Tapi.. bagaimana perempuan di sana? Aku mengenalnya.

Dia saudari sahabatku..

Kakiku melangkah lagi ke belakang. Baiklah. Aku akan berlari kembali ke ruanganku, lalu memberitahukan semua yang aku tau.

bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang