058

5.8K 1K 116
                                    

Yokk siapin hati yok🤭

Happy Reading

"Vay pulang.."

"Sini kak masuk, ada mama doang kok." Bisikku ketika melihat Manggala tak bergeming di tempatnya.

Dengan kikuk Manggala melepas sepatunya lalu memakai alas rumah yang aku berikan.

"Udah pulang, Sayang?" Mami menoleh dari acara televisi yang ditontonnya. Alisnya saling bertaut saat melihat Manggala.

"Siapa, Vay?" Tanya mami penasaran.

"Temen mih, tadi Vay pulang bareng dia."

Mami menganggukkan kepalanya.

"Vay ke atas dulu mau ganti baju. Mami tolong temenin kak Gala sebentar ya."

Sebelum ke kamar, aku mengambil beberapa majalah dan novel yang ada di meja ruang keluarga tempat mami menonton televisi tadi.

"Manggala, Tante." Manggala mengangguk kikuk. Aku menahan tawa melihat tingkah kakunya.

"Ini bukan pertama kalinya kamu main ke rumah ya?" Mami bertanya, nadanya ragu-ragu takutnya salah mengingat.

"Ini pertama kali kak Gala ketemu sama mami. Yang waktu itu kan beda lagi." Kataku tanpa menyebut nama Tetra yang dikenal dengan Areka di rumahku.

"Oh ya?" Tanya mami lagi, dia masih tidak percaya.

Manggala terkekeh canggung sambil menyisir rambutnya ke belakang. "Muka saya emang rada pasaran, Tante. Banyak yang bilang gitu sih."

Mami tertawa memukul bahu Manggala dengan lembut. "Bisa aja. Duduk dulu Angga biar tante buatin minum."

"Ngga usah repot-repot, Tante." Tolak Manggala dengan halus. Manggala menjadi sok jaim di rumahku.

Selesai memasukkan semua buku ke dalam tas, aku meninggalkan Manggala sendirian di ruang keluarga, sedangkan mami membuatkan minuman.

Wajah Manggala pasaran? Benarkah? Aku pikir sepertinya jarang ada laki-laki dengan bibir mungil dan alis yang menukik tebal sepertinya.

Atau jangan-jangan mami melihatku keluar rumah mengendap-endap tanpa izin saat ulang tahun Eru? Tapi karena mami melihatku pergi dengan laki-laki, mami jadi tidak menegurku.

Ah tidak mungkin kan? Lucu sekali pemikiranku ini. Lebih baik aku bergegas berganti pakaian atau Manggala akan diteror banyak pertanyaan oleh mami.

Aku melepas arloji mungil yang tadi aku pakai, lalu menggantinya dengan smartwatch berrwarna abu-abu yang senada dengan bajuku.

Apakah Manggala perlu ganti baju? Tidak perlu kurasa.

Aku berlarian menuruni anak tangga, mami melihatnya dan menegurku. "Jangan lari-larian di tangga, Vay."

Ups. Aku memperlambat langkahku sampai akhirnya tiba di ruang keluarga.

"Jadi papa kamu pilot. Wah pekerjaan yang cukup beresiko ya."

Sudah sejauh ini kah topik percakapan mereka? Sampai pekerjaan orang tua Manggala pun mami tanyakan.

"Vay ajak Angga makan siang."

Aku mengerutkan kening. "Siapa Angga, Mih?"

"Ini temen kamu. Mami susah manggilnya kalo Manggala, kepanjangan."

Aku tertawa tanpa suara. Kebiasaan mami selalu punya panggilan tersendiri untuk orang lain. Panggilan yang langka dan tak pernah aku pikirkan sebelumnya. Aku melihat Manggala yang dipanggil Angga oleh mami pun belum terbiasa.

bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang