Obrolan hangat seputar feed milik Tetra yang belum sempat aku lihat segera terhapus karena berita terbaru tentang hubungan Mono dan Di.
Entah kenapa dalam keadaan seperti ini, aku malah menjadi saksi langsung bagaimana pertengkaran mereka.
Kejadiannya kemarin saat hari Sabtu.
Aku sedang bersantai sekedar mencari angin di bukit dekat sekolah. Tidak dekat juga sih, tapi dibanding dengan rumah ku, jelas sekolah lebih dekat dengan bukit itu.
Saat sedang asik berkeliling, dua orang yang sedang menonton film di laptop membuatku terhenti. Mau tidak mau diam di sana sampai mereka pergi, baru aku bisa lewat tanpa diketahui.
"Aku siapin kamu banyak makanan, liat aku yang buat sendiri Di."
Mono mengeluarkannya kotak makan susun satu persatu. Membukanya lalu menyuapkan pada mulut Di dengan senang.
"Enak?"
Di mengangguk dengan mulut penuh.
"Tenang masih banyak, ini semua buat kamu."
"Akhirnya kita ke sini. Udah lama aku pengen ke sini sama kamu."
Di tersenyum memegang erat jemari Mono, menautkan dengan jemarinya.
Aku merapatkan hoodie yang aku pakai. Tiupan angin hari ini sangat kencang. Percuma juga, kaki ku tidak terlindungi apapun. Aku menyesal menggunakan celana pendek seatas lutut.
Aku bisa melihat wajah Di yang cukup pucat. Mungkin karena kedinginan juga seperti diriku.
Dia mengambil jaket tebal kemudian memakainya. Lalu tangannya mengambil jaket serupa di atas kaki Mono, menyuruh perempuan itu memakainya juga.
"Pake Mon, anginnya kenceng banget."
Mono mengangguk menerima bantuan Di memakaikan jaketnya. Mata Mono masih fokus ke layar laptop.
Ting!
Aku mengecek ponselku. Ternyata bukan punyaku. Ponsel Mono yang berbunyi di sana.
Di terlihat tidak menghiraukan notifikasi tersebut, ia sibuk dengan rasa dingin di tubuhnya.
Wajah Mono berubah seketika, "Aku mau pulang aja."
Alis Di bertautan. "Tapi kita baru sebentar di sini. Bukannya kamu udah lama pengen ke sini bareng aku?"
"Bosen. Aku mau pulang."
"Aku salah apalagi sih Mon?" Suara Di naik seoktaf tanpa disadarinya.
Mono menatap Di ikut terbawa emosi. "Kamu yang kenapa! Kenapa kamu ngga bilang kalo udah makan sebelum ketemu aku?"
Di menarik napas panjang, berusaha meredam amarahnya. "Kamu udah masakin aku. Aku ngehargain itu. Aku senang Mon."
"Tapi kamu sakit! Kenapa ngga jujur aja? Kamu bikin aku keliatan jahat banget Di! Kita bisa pergi lain waktu! Kenapa kamu ngga pernah mau terbuka ke aku?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]
Ficção AdolescenteNamaku El. Usiaku 16 tahun. Hidupku seolah dikekang oleh penulis jahat. Berkali-kali aku bertemu dengan orang jahat di sekitarku, tidak ada satu pun yang memihakku. Aku El. Aku memiliki masa lalu yang terus membayangiku sampai sekarang. Siapa yang t...