Satu Minggu berlalu sejak insiden Mono yang terkunci di kamar mandi. Hanya Mono dan Hepta yang tau kejadian pastinya. Dan aku juga, tentu saja tanpa sepengetahuan mereka.
Mereka berdua juga tidak berniat membesar-besarkan masalah itu.
Ada kabar bahagia untuk seluruh warga sekolah.
Tiga hari ini adalah waktu tenang untuk semua murid. Sekolah mereka menjadi tuan rumah pertandingan futsal, voli, takraw, dan basket tahunan antar sekolah.
Tujuannya untuk memperkuat ikatan persahabatan antar sekolah lainnya.
Pertandingan yang diikuti oleh guru dan karyawan beserta anak ekstra olahraga tersebut. Sisanya bertugas menonton dan memberi dukungan di pinggir gedung olahraga.
Hari terbaik untuk para murid. Tanpa pembelajaran tiga hari ke depan yang sangat dinanti-nanti.
Aku duduk di atas tribun berteman aerpod tersumpal di kedua telinga. Suara riuh tribun membuatku pusing.
Tidak ada yang boleh pergi kemana-mana karena ini waktunya pembukaan acara. Dan itu artinya sampai 2 jam ke depan aku harus diam di antara murid-murid satu sekolah.
Kepalaku tiba-tiba berpikir jika saja tribun ini tidak kuat menahan beban tubuh kami semua, dan akhirnya runtuh. Apa yang akan terjadi?
Aku harap aku masih bernapas.
Seragamku mulai dipenuhi peluh. Berada di tengah-tengah lautan manusia bukan hal mudah. Belum lagi dorongan-dorongan yang mereka lakukan tanpa sadar.
Dengan sekuat tenaga aku mulai menyelinap agar bisa berdiri di barisan terdepan dekat penghalang. Memang berbahaya, tapi hanya itu cara agar aku bisa mendapatkan pasokan udara bersih yang cukup.
Akhirnya aku bisa berdiri di depan. Tidak peduli sebelahku adalah kakak kelas yang membawa drum kecil dan beberapa alat musik berisik lainnya.
2 pertandingan dalam 1 aula.
Ada futsal yang mengambil separuh lapangan GOR. Separuh lapangan lagi di bagi 2 untuk takraw putra dan takraw putri. Dilanjut pertandingan basket dan voli siang nanti.
Mataku memicing mendapati siapa yang menjadi tekong di takraw putra. Tekong atau yang menjadi central. Yang tugasnya menerima umpan dari pengumpan. Singkatnya, dia yang punya tugas penting bagian tendang menendang di awal permainan.
Itu Penta si ketua OSIS. Aku pikir dia anak klub voli, ternyata ikut takraw juga.
Pantas saja banyak perempuan di tribun sisi takraw. Ternyata ketua OSIS itu penyebabnya. Ibarat gula, dia mendatangkan banyak semut di sekitarnya.
Bukannya bagaimana, tapi kebanyakan siswi pasti lebih minat melihat pertandingan futsal atau basket karena para siswa akan berlarian dengan rambut badass dan sesekali mengangkat bajunya karena gerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]
أدب المراهقينNamaku El. Usiaku 16 tahun. Hidupku seolah dikekang oleh penulis jahat. Berkali-kali aku bertemu dengan orang jahat di sekitarku, tidak ada satu pun yang memihakku. Aku El. Aku memiliki masa lalu yang terus membayangiku sampai sekarang. Siapa yang t...