032

8.4K 1.4K 24
                                    

Pelajaran Fisika berakhir 10 menit yang lalu, guru  matematika masuk ke dalam ruangan tepat pada waktunya, tidak.memberi waktu mendinginkan kepala setelah pelajaran tersulit setelah matematika.

Nona masih enggan menutup buku fisika miliknya, dia masih sibuk menghitung-hitung rumus atau apapun itu, aku tidak dapat melihatnya dari belakang sini.

Aku berusaha menendang kursi Nona ingin menyadarkannya guru matematika sudah berada di dalam kelas, namun perempuan itu tidak bergeming.

Apasih yang sebenarnya Nona kerjakan!

"Nona! Lo ngapain sih!" Aku berbisik, masih berusaha mengguncang kursinya dengan kakiku.

"Jangan-jangan Nona kemasukan arwah guru fisika El. Lo tau kan rumornya, katanya dulu pernah ada guru fisika yang meninggal." Bisik Hepta, matanya melirik kemana-mana, mengawasi setiap sudut ruangan.

"Yang namanya manusia pasti meninggal."

"Ih lo mah, gue ngga bercanda." Hepta melotot sebal.

"Gue juga ngga becanda." Jawabku tak kalah serius.

Nona tetap tidak menoleh ataupun berhenti dari kegiatannya. Dia masih mengabaikan panggilanku.

Kakiku beralih ke kursi di sebelah Nona. Walaupun cukup sulit karena jauh, aku berhasil menendang kursi itu dengan tubuh sedikit merosot. "Deka! Deka!"

Deka menoleh sedikit, "apa?"

"Itu Nona kenapa?" Tanyaku.

Deka mengangkat bahunya menggeleng, dia hendak menghadap ke depan lagi, namun aku dengan cepat menahan bahunya agar tetap menghadap ke arahku. "Coba cek. Siapa tau kesurupan."

Kesurupan? Yang benar saja. Kenapa aku jadi ikut-ikutan parno seperti Hepta.

"Ngga mungkin lah." Ejek Deka membuatjy cemberut juga.

"Coba cek dulu, ntar kalo kesurupan lo juga yang kena pertama." Aku masih kekeh dengan ucapanku yang berasal dari hasutan Hepta.

"Aneh-aneh aja lo El." Deka menggeleng, namun tangannya mengarah ke kepala Nona. Telapak tangannya terbuka ke atas, kemudian tangan satunya lagi dikepalkan.

Tanpa pengawasan guru matematika di depan sana. Tangan Deka yang terkepal segera memukul telapak tangannya yang berada di atas kepala Nona.

"PUSING BEGO!!" Seru Nona sambil menggebrak meja di depannya.

Deka meringis, aku menggigit bibir menyalahkan kebodohan Deka, Hepta sibuk menghitung situasi saat-saat di mana guru kami akan berseru marah.

"Kalo pusing ke lapangan! Ngga usah ikut kelas saya! Lari keliling lapangan 5 kali, SEKARANG!"

Habis sudah, dekrit perintah tanpa bisa dibantah itu sudah keluar. Mau tidak mau, Nona berjalan ke arah depan kelas.

Sebelum menuju pintu keluar, Nona menyeringai seram menatap Deka. "Kata Deka, ibu gendutan."

Deka mendelik, tangannya bergerak-gerak membentuk silang berusaha mengatakan tidak. "Ngga Bu, fitnah itu si Nona! Eh jangan ngadi-ngadi lo Non!"

bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang