Jengah.
Satu kata yang sangat menggambarkan suasana hatiku siang ini.
Guru kami mendadak mengikuti rapat, yang menurut desas-desus dari mulut-mulut warga sekolah mereka rapat untuk kegiatan perkemahan yang sifatnya masih sangat rahasia.
Mustahil acara sebesar itu tidak mudah menyebar seantero sekolah. Ada banyak admin lambe gibah di sekitar kami.
Tidak ada jam kosong yang diisi tanpa tugas. Setelah menyapa kami, guru matematika langsung memberikan setumpuk tugas. Berlebihan memang jika mengatakan setumpuk, karena yang benar hanya beberapa halaman.
Aku tidak masalah jika menyangkut pelajaran. Lagi pula pelajaran berhitung cukup menyenangkan.
Yang membuat kepala ku pecah adalah gerutuan Mono yang sesekali memukul meja dengan raut wajah kesal.
Seperti biasa, siswa lain akan menguap bersama udara saat jam kosong diumumkan serentak seperti ini.
Tadi aku melihat Mono pergi bersama Heksa keluar kelas. Entah mereka pergi kemana. Yang jelas setelah kembali ke kelas, wajahnya sudah tertekuk. Seakan ada tulisan besar-besar di dahinya, 'SEDANG INGIN MAKAN ORANG!'.
Mono meminum minuman kaleng yang diberikan Di. Kemudian meletakkannya dengan sangat keras menghantam meja.
Percikan isinya tumpah kemana-mana. "Adek kelas ngga ada akhlak! Udah tau di toilet lagi ada orang, masih aja digedor-gedor! Buta kali ya, udah tau pintu gue tutup!!"
Di mengelap jari-jari lentik Mono menggunakan tisu. Mungkin laki-laki itu takut Mono masuk angin karena air yang berceceran di atas jari Mono.
"Besok lagi bakal gue tulis di depan pintu toilet segede gaban, 'ADA ORANGNYA!!!'." Mono lagi-lagi membanting kaleng di tangannya, yang jelas masih banyak isinya.
Di cukup tersentak kaget, kemudian tersenyum hangat menanggapi gadisnya. Tangannya lagi-lagi sibuk membersihkan air di sekitar Mono.
"Harusnya gue cakar aja waktu ngeliat itu cabe ketakutan!! Hih dasar gada otak!!" Mono kembali menenggak minumannya. Tangannya bergerak hendak mengusap dagunya yang terkena air dengan dasi namun ditahan tangan Di. Di mengusap dagu Mono hati-hati dengan tisu.
Mono terlihat menarik napas sebelum sejurus kemudian kedua tangannya menarik rambut Di, menjambaknya sambil berseru ganas, "ADEK KELAS CABE!! KURANG AJAR!! KURANG BELAIAN!!"
Aku menutup telinga ku pengang. Aku yakin suara Mono bisa terdengar sampai ruangan tempat dimana para guru sedang mengadakan rapat.
"Nanti aku omelin ya anak yang udah rese ke kamu." Di mengelus rambut Mono agar perempuan itu tenang. Wajahnya tidak mengernyit sama sekali dijambak seperti tadi, dia malah terus tersenyum agar Mono tidak semakin badmood.
"Kasihan Dipa."
Gumaman kecil itu bukan berasal dari mulut ku. Aku menoleh melihat siapa yang sedang duduk di sebelah kursi keramat kosong di sebelahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]
Genç KurguNamaku El. Usiaku 16 tahun. Hidupku seolah dikekang oleh penulis jahat. Berkali-kali aku bertemu dengan orang jahat di sekitarku, tidak ada satu pun yang memihakku. Aku El. Aku memiliki masa lalu yang terus membayangiku sampai sekarang. Siapa yang t...