020

12.6K 2K 79
                                    

2 hari sebelum hari festival dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 hari sebelum hari festival dimulai. Suasana hiruk pikuk persiapan selalu memenuhi setiap koridor kelas saat istirahat maupun waktu luang lainnya.

Semua yang berpartisipasi memiliki keharusan tampil dengan totalitas. Melakukan semua latihan terbaiknya.

Aku dan tim ku juga sudah mulai membuat daftar belanjaan dan sedang membuat pembagian kelompok belanja.

"Ngga usah dibagi. Biar kita semua belanja bareng! Lagian orangnya cuma lima ngga ribet-ribet banget kalo ikut semua."

Nona yang paling bersemangat disini. Bukannya aku tidak semangat, aku dan Hepta sama-sama pendiam. Kami memiliki sifat yang cukup serupa.

Ditambah Tetra yang selalu memperhatikan ku, cukup menjadi alasan aku selalu diam dan mengangguk atau sesekali menggeleng saat ditanya.

"Kalian ada yang punya pemanggang wafle? Yang roti kering tengahnya ada garis kotak-kotak itu. Yang kriuk. Kita butuh 2 biar cepet."

Tanpa harus Nona jelaskan kami semua tau makanan jenis apa itu. Tapi Nona tetap menjelaskan dengan caranya sendiri.

"Gue punya satu." Akhirnya aku membuka suara setelah tidak enak daritadi diam saja dan selalu menjawab tidak punya jika ditanyakan peralatan.

Sebenarnya hampir semua yang mereka butuhkan ada di rumahku. Tapi aku tidak mau membawanya karena pasti merepotkan.

"Ok bagus. Kalo satu lagi ngga ada, kita terpaksa harus beli."

"Gue ada di rumah."

Nona tersenyum sumringah, kedua tangannya membentuk jempol ke arah wajah Tetra. "Ok nanti pulang sekolah, lo Tetra ambil pemanggang itu ke rumah El sekalian bawa punya lo ke rumah Hepta."

Aku melotot kecil, "gue aja yang ambil."

"No no sayangku. Lo temenin Tetra aja ke rumah Hepta. Pemanggang kayak gitu cukup berat gue yakin."

Ini yang paling aku sebal dari sifat Nona. Jika dia sudah berkata, badai topan pun tidak bisa membantahnya. Aku hanya mendengus kecil mengangguk diiringi bibir Tetra yang melengkung sempurna.

Kenapa rumah Hepta? Itu karena rumah gadis itu yang paling dekat dengan sekolah. Tidak bisa dibilang dekat juga sih, tapi paling mendekati daripada yang lainnya.

Itu tandanya, aku akan ke rumahku, lalu ke rumah Tetra, baru setelahnya ke rumah Hepta.

Sepertinya sore nanti aku harus menghabiskan waktu bersama Tetra lagi.

Suara siulan panjang menarik kepalaku agar melirik ke luar kelas.

"Elma mundur dikit dong, cantiknya kebanyakan!" Goda Tri dari kursi panjang di depan kelas.

Mono memukul keras punggung Tri. "Kelewatan bego!"

"Mana ada kelewatan, kalo buat Elma mah kebanyakan. El pulang bareng yuk."

bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang