047

6K 1.1K 33
                                    

Minal aidzin walfaidzin semuanyaaaa....
Selamat hari raya idul Fitri untuk teman-teman yang merayakan🥰🥰

Happy Reading

Pantulan di cermin terlihat sempurna. Ini ketiga kalinya aku melihat penampilanku sebelum akhirnya turun ke meja makan.

Rompi hitam dengan garis kancing berwarna biru gelap. Rompi khusus yang SMA Gelanggang pakai saat hari-hari penting.

Kepala sekolah berkata semua murid harus selalu memakainya saat kami belajar di sekolah lain. Yang itu tandanya, setiap hari adalah hari penting.

Aku melihat cermin sekali lagi, tersenyum. Kemudian menyambar tas  di atas meja belajar. Sebuah gelang menarik perhatianku. Itu gelang singa yang tidak pernah aku pakai lagi karena sudah pernah menggemparkan Gelanggang.

Gelang itu kuambil, kuputar-putar dalam telunjukku. Pikiranku tidak tenang lagi, seperti apa sekolah yang akan aku tempati. Katanya sekolah itu sekolah teknik terbesar di kota kami. Anak-anak teknik itu bukankah kebanyakan laki-laki? Mereka pasti menyeramkan seperti preman, suka tauran di jalanan, asap rokok mengepul di mana-mana.

Drrtt drrrttt

Getaran ponselku menyadarkan lamunanku. Tidak baik juga berasumsi terlebih dahulu tentang mereka. Aku akan tau setelah sampai di sana.

Missed call Tetra

Ting!

From: Tetra
El pagi. Mau berangkat bareng ngga? First time datengin sekolah baru.

Senyumku terbit lagi. Buru-buru aku mengetikkan kalimat iya di sana. Tanpa sadar aku memasukkan gelang hitam itu ke dalam saku rok bersama dengan benda pipih yang memberikan kabar baik.

"Eh non Vay. Bibi baru mau panggilin." Bi Nung sedikit terkejut saat melihatku turun dari tangga yang sama.

"Sarapan apa kita pagi ini bi." Aku bertanya riang.

Bi Nung tersenyum lebar, "capcay non."

Kami turun menuju meja makan dengan perasaan hangat satu sama lain. Meja sudah terisi oleh berbagai makanan, ada sekotak sandwich juga yang bi Nung siapkan untuk bekalku.

Di meja makan sudah ada mami yang sedang menuangkan susu ke dalam gelas, ada papi yang sibuk menatap tablet di tangannya—urusan pekerjaan seperti biasa, namun segera diletakkan kembali tablet itu saat aku tiba di meja makan.

"Pagi sayang." Mami mencium keningku.

"Pagi mami."

Papi melepas kacamata yang bertengger di hidungnya. "Kamu mau sekolah? Udah sembuh beneran? Libur lagi aja biar papi yang urus."

"Terusin pih nyuruh Vay libur terus." Mami menceletuk gemas sambil memutar bola matanya. Hal itu membuat papi terkekeh, selalu lucu menggoda mami menurut papi.

Aku sudah duduk manis dengan sepiring nasi dan sayur capcay yang selalu lezat, ini makanan pertama yang bi Nung buatkan dan aku mengklaimnya sebagai makanan kesukaanku.

"Mau papi anterin ke sekolah?" Tanya papi memecah keheningan selain denting sendok yang beradu dengan piring.

Aku menggeleng, "ngga pih, Vay berangkat sama temen."

"Temen yang mana tuh?" Mami mencela pura-pura bertanya padahal sebenarnya ingin menggodaku.

Papi berdeham kecil, "temen yang rasa pacar mih."

Aku mendengus sebal dengan wajah bersemu hangat, apanya yang rasa pacar huh.

Ting tong!

"Biar mami yang liat."

bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang