Tok tok tok.
"Bentar El lagi benerin rok." Teriak Nona dari dalam toilet.
Tok tok tok.
"Sebentar El ya ampun."
Tok tok tok.
"You wanna build a snowman???"
Tak lama kemudian pintu toilet yang Nona tempati terbuka. Nona berdecak, "gabut banget tumben lo. Gila aja buat boneka salju di kamar mandi."
Aku terkekeh melihat wajah kesalnya.
"Fyuh lega banget."
"Dah yuk gue ajak keliling sekolah ini."
"Sambil liat cogan."
Hari ini aku akan mendengar celotehan Nona tentang seluk beluk sekolah ini yang sudah Nona pelajari selama seminggu terakhir.
Setelah keluar dari toilet, Nona langsung menggandeng lenganku. Tangannya sibuk menari-nari di udara sambil menjelaskan.
Kami punya banyak waktu luang untuk berkeliling, tidak salah Nona memilih waktu setelah pulang sekolah.
"Itu kita upacara di situ." Nona menunjuk lapangan upacara yang dipenuhi rumput hijau, tidak berbeda jauh dengan lapangan upacara di Gelanggang.
"Jangan sedih dulu. Masih ada 4 lapangan lainnya."
Empat? Jadi, ini sekolah atau tempat para atlit menimba ilmu?
"Di sini tuh banyak banget atlit nasional El. Gila ngga sih? Gue bisa bayangin gimana badasnya perut mereka waktu lepas baju abis olahraga. Aw!" Pekik Nona dengan girang. Siapa yang tidak cinta ABS? Sepertinya sedikit sekali yang menjawab tidak suka.
"Ini tempat latihan panahan. Tuh ada banyak blok target kan yang bulet-bulet itu."
Aku mengangguk melihat lapangan itu. Tanpa dijelaskan pun aku tau karena ada 2 orang perempuan yang sedang menarik busurnya dengan serius.
"Yang itu, lapangan bola. Lapangan terluas yang ada di sini. Kalo lapangannya kecil kita ngga akan main sepak bola, kita mainnya bola bekel."
Di Gelanggang juga ada lapangan seluas ini. Bedanya tidak ada gazebo di pinggiran lapangan di sini.
"Itu tuh.." Nona menunjuk segerombolan laki-laki yang sedang mengangkat-angkat kaki berusaha menendang bola kecil yang terbuat dari rotan. "Itu buat latihan takraw. Sengaja dibuat paving karena you know lah El, ngga mungkin kan main takraw di atas rumput. Bisa-bisa terjatuh, terjungkal, tercengklak."
Aku tertawa, tentu saja.
"Nah yang terakhir nih. Surganya ciwi-ciwi." Nona berjalan di depanku dengan senyum menyebalkan.
"Lapangan basket." Tebakanku membuat raut senang Nona mendadak tertekuk lesu.
"Ngga seru ih masa ditabrak." Gerutunya.
"Ditebak Non."
Nona menepuk jidatnya terkekeh, "oh iya ditebak. Maaf El typo mulut gue."
"Bisa-bisanya typo di mulut." Aku tergelak di tempat, mendadak humorku murahan sekali.
"Jadi, sekarang lo tau kan mana tempat yang bakal paling rame kalo semua lapangan lagi ada perlombaan."
Aku melihat alis Nona yang naik turun.
"Lapangan bola." Jawabku.
"Lapangan basket El!" Gemas Nona menarik kedua pipiku.
"ANAK-ANAK BASKET ITU WA..."
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]
Novela JuvenilNamaku El. Usiaku 16 tahun. Hidupku seolah dikekang oleh penulis jahat. Berkali-kali aku bertemu dengan orang jahat di sekitarku, tidak ada satu pun yang memihakku. Aku El. Aku memiliki masa lalu yang terus membayangiku sampai sekarang. Siapa yang t...