❝Jangan pernah ragu mengambil keputusan.
Lebih baik menerima kegagalan lalu segera bangkit daripada mendapat keberhasilan tapi berakhir ragu-ragu dan mendapat akhir kegagalan yang sama namun lebih sulit bangkit karena sudah pernah merasa berhasil.❞💬💬💬
Aku menyesal karena penasaran dengan isi buku yang tante berikan waktu itu. Alhasil aku baru jatuh tertidur pukul 3 pagi, buku tebal itu baru berhasil aku selesaikan pukul 2 dalam sekali baca
Setiap halamannya menarik jariku agar terus membalik. Tidak ingin aku berhenti sampai halaman tertentu. Tidak ada halaman yang bisa aku lipat agar dilanjut baca esok hari.
Menyebalkan!
Sekarang aku harus berdiri panas-panasan di bawah tiang bendera bersama 5 siswa lainnya karena terlambat masuk sekolah.
3 jam dihukum berdiri seperti itu. Aku sudah merasakan tetesan air sedari tadi mengalir di dalam seragam.
Aku ingat bagaimana 1 jam lebih menangis tersedu-sedu tadi malam. Aku mengutuki semua karakter dalam novel itu. Juga mengutuki penulis yang sangat kejam itu.
Melihat bagaimana akhir dari seorang Eliana. Bagaimana keluarga dan orang sekitar menanggapinya. Bagaimana takdirnya bisa sekejam itu, seakan gadis itu tidak berhak mendapat setitik pun kebahagiaan di atas dunia. Bagaimana caranya semesta memihak padanya dengan membalas mereka semua tanpa mengotori tangan gadis itu.
Aku benci penulis yang seperti itu! Dia membuat karakternya seakan-akan hidupnya hanya untuk dilukai dan disakiti. Bodohnya karakter itu masih harus tersenyum.
Betapa bersyukurnya aku tidak diberi peran apapun oleh penulis ku.
Tapi karena membaca novel itu aku jadi paham satu hal.
Tidak buruk mengikuti apa yang semesta katakan. Meski itu keputusan terburuk sekalipun. Semua akan terbayar pada akhirnya.
Sebenarnya tidak sepenuhnya penulis itu salah. Aku cukup puas dengan akhir yang membuat semua orang yang telah jahat kepada Eliana menyesal, termasuk keluarganya sendiri.
Sangat puas ketika melihat mereka hidup dengan bayang-bayang Eliana dibenaknya. Hidup dengan rasa bersalah dan penyesalan sepanjang hayatnya. Mati bersama rasa bersalah yang perlahan menggerogoti hati mereka semua.
Mataku kembali berkaca-kaca mengingat kepergian gadis pendek yang penuh riang itu. Hidupnya sangat gelap namun banyak warna indah pada dirinya.
"El kamu kenapa menangis? Sudah jera dengan hukumannya?"
Aku gelagapan mengelap air mata yang dengan lancang turun membasahi pipi. "Nggapapa pak. Maaf saya terlambat."
"Kalo pusing bilang aja. Biar gue anter ke UKS. Sekalian cabut hehe." Laki-laki di sebelahku berbisik sangat pelan takut guru pengawas mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]
Teen FictionNamaku El. Usiaku 16 tahun. Hidupku seolah dikekang oleh penulis jahat. Berkali-kali aku bertemu dengan orang jahat di sekitarku, tidak ada satu pun yang memihakku. Aku El. Aku memiliki masa lalu yang terus membayangiku sampai sekarang. Siapa yang t...