037

7.6K 1.3K 59
                                    

Eh eh ada yang baru loh😂😂

Happy Reading

Peluh mengalir membasahi pelipisku, mengalir sampai dagu. Berulang kali ku usap menggunakan ujung seragam. Aneh sekali rasanya berkeringat di bawah langit mendung yang dingin. Cuacanya benar-benar tidak enak di tubuh.

"Ya jadi karena ada sedikit masalah dari dalam di sekolah, acara perkemahan untuk kelas 11 dibatalkan—"

"Yaaaaahh!!" Seruan kecewa para murid memenuhi langit-langit, menutup suara kepala sekolah yang sedang menyampaikan amanat di depan podium.

Ini bukan hari Senin bukan waktunya upacara. Kami dikumpulkan di lapangan karena ada informasi yang penting.

Kepala sekolah kami dengan tubuh kurusnya mengetuk mikrofon dua kali. "Sebentar!"

Para murid kembali senyap, meninggalkan bisikan-bisikan riuh rendah.

"Ekhem. Itu tadi informasi pertama. Informasi kedua, 1 bulan lagi kalian akan dipindahkan ke sekolah sebelah."

Sekolah sebelah? Apa maksudnya?

Murid-murid mulai berbisik gelisah, aku sendiri juga cemas kenapa harus dipindahkan. Bagaimana nasib kakak kelas 12 yang sudah mendekati ujian, apakah tidak mengganggu pembelajaran mereka.

"KENAPA MENDADAK BANGET PAK?!" Salah satu siswa laki-laki berseru memotong ucapan kepala sekolah lagi. Aku tau dia. Bahkan aku yakin seluruh siswa mengenalnya.

Laki-laki berseragam kusut dengan rambut paling panjang dan acak-acakan di sekolah kami. Peraturan? Tidak ada yang bisa mengekangnya, para guru saja sudah lelah menghukumnya hampir setiap hari.

Aku tidak tau namanya, hanya tau karena dia selalu merusuh di kantin. Tapi atensi para murid selalu tertuju pada Tetra, orang itu menjadi nomor kesekian dalam cerita ini.

"Berhenti memotong ucapan saya! Kamu sudah kelas 12, berhenti mengacau Raden!" Kepala sekolah bersungut-sungut di tempatnya.

"Karena saya udah kelas 12, makannya saya tanya kenapa acara pindahan kayak gini diadain mendadak." Siswa bernama Raden tadi mengangkat bahu, suaranya masih lantang diikuti koor setuju para murid kelas 12.

Kepala sekolah memijat pangkal hidungnya. Mungkin beliau lelah karena waktu amanatnya menjadi sangat panjang karena terus disela oleh murid kurang ajar.

"Rencana ini sudah disepakati tiga bulan yang lalu. Sekolah kita akan mengadakan renovasi besar-besaran perihal pembobolan ruangan penting dan dinding di sebelah ruangan saya yang berlubang besar!"

Deg! Haha aku meringis dalam hati. Dinding itu. Dinding yang aku lalui bersama Tetra malam-malam untuk menonton film di ruang musik.

Mendengar nada bicara kepala sekolah, aku tau jika beliau sudah mengetahui pengelabuan dinding tersebut dengan stiker.

"JANGAN DONG PAK! ITU AKSES MASUK SAYA KALO BOLOS!" Raden maju selangkah ke  barisan terdepan kelasnya. Tangannya mengepal ke atas protes tak terima. Dia sepertinya yang paling sering melalui dinding tersebut.

"DIAM RADEN!" Kepala sekolah ikut berteriak di depan mikrofon membuat telinga kami berdenging pengang.

Lagi-lagi Raden menjawab enteng dengan wajah tak bersalah. "Saya kan cuma menyampaikan aspirasi saya sebagai siswa."

Aspirasi gundulmu. Apanya yang aspirasi untuk menentang penghancuran sarana untuk membolos.

"Kalian akan menumpang belajar di sekolah lain selama 3 bulan. Jaga sikap, patuhi peraturan di sana, jangan membuat malu nama sekolah, junjung tinggi etika yang selalu diterapkan di sini." Pandangan kepala sekolah menyapu wajah kami semua.

bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang