34. Hari Patah Hati

1.5K 131 9
                                    

Vote & comment ya 👀
Selamat malam Minggu hehe....

Brak

Handphone tak bersalah itu terbanting begitu saja di lantai karena seseorang membantingnya. Lelaki parubaya yang membanting handphone tersebut mengepalkan tangan, giginya saling bergemeletuk. Ia sangat marah saat ini.

Sang istri yang mendengar suara bantingan dari ruang kerja sang suami pun menghampiri. Wanita itu terkejut melihat suaminya yang begitu marah.

"Kenapa Pah?"

"Raka membatalkan kerja sama dengan perusahaan kita. Sialan!"

Wajah Karina langsung berubah cemas. "Kok bisa? Bukannya kemaren dia sudah setuju."

"Setelah Papa selidiki mereka berganti memilih perusahaan lain untuk menjadi partnernya."

Martin memijat kepalanya. Keadaan keuangan perusahaannya sedang tak baik-baik saja. Ada salah satu pegawainya yang melakukan korupsi hingga membuat perusahan rugi besar-besaran. Padahal pegawai itu termasuk kaki kanan Martin dalam kata lain merupakan orang terpercaya, tidak disangka ternyata ia mengkhianati perusahan.

"Perusahan mana yang Papa Maksud?"

"Belum tahu, masih Papa selediki. Sekretaris Raka tidak memberitahu tadi."

***

Kabar jadian Alvaro dan Diandra semakin menyebar ke semua penjuru sekolah SMA Merah Putih. Lihat saja pagi ini saat Diandra baru saja turun dari mobil sudah banyak pasang mata yang memperhatikannya. Diandra acuh, ia tetap berjalan santai di koridor menuju ke kelasnya. Saat Diandra melewati gerombolan cowok-cowok ia tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.

"Kalah deh gue sama Alvaro. Padahal dari kelas satu gue udah naksir berat sama Diandra eh dianya gue deketin malah cuek-cuek bebek, tau-tau udah jadian aja sama murid baru."

"Iya, kalau saingannya sekelas Alvaro gue mah bisa apa njir," lanjut salah satu temannya.

Diandra hanya geleng kepala. Mereka tidak tahu saja Diandra dipaksa jadian sama Alvaro.

Semalam banyak DM masuk ke Instagramnya Diandra, rata-rata dari anak cowok SMA Merah Putih yang keberatan ia jadian dengan Alvaro. Mereka patah hati karena primadona sekolah mereka kini sudah ada yang punya. Diandra pun tak membalas pesan-pesan dari mereka. Lagian untuk apa? Mau jadian sama siapapun itu urusan Diandra kalau ada yang patah hati mah bodoh amat.

"Eh- ada cewek munafik," ujar Irene tiba-tiba muncul dihadapan Diandra.

"Minggir!"

Irene tetap diam diposisinya berdiri dihadapan Diandra bersama kedua orang antek-anteknya.

"Gue bilang minggir budeg!" Perintah Diandra untuk yang kedua kalinya tapi tetap diabaikan oleh Irene.

"Gue mau ngomong bentar doang elah, sombong amat!" Irene tersenyum sinis.

Suara ribut Diandra dan Irene membuat gerombolan cowok tadi menoleh ke arah mereka karena penasaran dengan apa yang Diandra dan Irene ributkan.

"Oke, gue kasih waktu 20 detik. Buruan ngomong!" kata Diandra.

Irene melotot tak terima, apa-apaan mau ngomong saja di kasih waktu.

Melihat temannya malah melotot Gista teman Irene mencolek pundak Irene. "Ayo ngomong Rin," (Irene bacanya Airin ya guys).

"Lo itu orangnya munafik banget ya Ndra! Kemaren-kemaren sok cuek, menghindar, marah-marah kalau lagi di deketin Alvaro. Terus dengan gak tau malu lo malah jadian sama dia. Damn it!" bentak Irene dengan suara lantang membuat semua orang yang diam-diam menggupingn pembicaraan mereka jadi ikut tersentak.

DIANDRA ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang