21. Bunda Sarah

2K 162 12
                                    

Follow Instagram aku @rossaaayu

Happy reading!

***

Suasana hati Diandra sedang baik, bertemu dengan anak-anak panti membuat Diandra merasa seperti sedang bersama Mamahnya.

Karena dahulu Ia dan Mamahnya kerap sekali berkunjung ke panti. Tertawa bersama saling berbagi canda dengan anak-anak panti. Apalagi nanti Diandra akan bertemu Bunda Sarah, pengurus panti. Beliau sudah Diandra anggap seperti orang tua sendiri bagi Diandra.

Kehilangan sosok Mamah membuat Diandra tak merasakan lagi kasih sayang dan perhatian dari seorang Ibu. Namun dengan adanya Bunda Sarah, Diandra bisa merasakannya. Bunda Sarah sering sekali menelpon gadis itu. Menanyakan lagi dimana? Sudah makan atau belum? Perhatian-perhatian kecil yang membuat Diandra bahagia.

"Nanti kak Gabriel langsung nyusul ke panti. Dia nggak bisa berangkat bareng kita. Biasa ngurusin kerjaan dulu," ucap Diandra. Gadis itu dan kedua sahabatnya kini tengah sibuk membungkus cemilan untuk dibagikan kepada anak panti.

"Nyet buruan bungkusnya habis itu langsung berangkat nggak usah nunggu Alvaro, kita tinggalin aja dia haha,"

Mitha menyipitkan matanya. "Wah sengaja kan lo Ndra mau ninggalin dia biar nggak bisa ikut."

Diandra hanya bergumam dan mengedikkan bahunya acuh. Memang itu tujuannya. Malas harus bertemu Alvaro lagi Alvaro lagi.

"Gue kepo deh," kata Nessa.

"Apa?"

Nessa memandang Diandra, kemudian mengusap bawah dagunya.

"Lo ada rasa nggak sih sama Alvaro?"

Diandra melempar snack yang lagi dibungkusnya ke Nessa.

"Pertanyaan lo nggak mutu."

Mitha merapatkan badannya ke Diandra. "Anjir, gue jadi ikutan kepo dong. Ayolah Ndra jujur sama kita, cerita dong sini."

"Kamvret emang kalian."

Diandra masih tetap membisu, kalau boleh jujur sebenarnya Diandra kadang suka memikirkan Alvaro. Apakah itu tanda Diandra ada rasa? Ah, Diandra juga belum tau. Hatinya terus mengelak kalau ada rasa sama cowok itu.

"Dia ganteng loh Ndra kalau lo nggak mau Al buat gue aja," kata Mitha centil.

"Idih, percuma ganteng kalau buaya. Lagian kalian kan tau sendiri gue kaya apa kalau sama cowok." Diandra menghela nafas.

Nessa prihatin dengan sahabatnya itu. Menurut Nessa sahabatnya itu berhak bahagia.

"Menurut gue, apa salahnya mencoba membuka hati buat suka sama Al. Semua cowok nggak sama kaya Papa lo Ndra. Maaf kalau gue ngomong gini." Nessa ikut mendekat, ia merengkuh tubuh Diandra. Memeluk erat gadis itu.

Jauh di dalam lubuk hati Diandra, ia juga tak ingin begini. Namun ketakutan itu selalu menghantui Diandra. Bila memang harus Diandra mambuka hati Diandra berharap dia berlabuh dihati yang tepat.

Ting tong

Suara bel membuat pelukan Nessa dan Diandra terlepas.

"Udah jangan sedih-sedih mulu. Tuh, supir kita hari ini udah datang," ujar Mitha.

Alvaro datang menggunakan mobilnya sedangkan Radit datang menggunakan motor matic yang biasa di pakainya ke sekolah.

"Kita satu mobil aja bareng-bareng ya, motor lo tinggal sini aja bro,"

Radit mengangguk.

Mereka saat ini sedang memasukkan semua bungkusan ke bagasi.

"Diem aja dari tadi Ndra, lagi sariawan?"

DIANDRA ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang