44. Di Culik

2.3K 169 61
                                    

Vote dulu!

"Aku di Bali Mah," ujar Melodi malas-malasan menjawab telfon orang di sebrang sana.

"Ngapain kamu ke Bali? Pulang! Sudah kabur dari rumah terus pergi ke Bali tidak bilang sama orang tua. Mau jadi apa kamu hah!"

Melodi menghembuskan nafasnya lelah. Selalu saja begini. Melodi kabur dari rumah juga karena ulah Mamanya. Dia juga punyak hak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Dia bukan boneka yang bisa diatur-atur seenaknya.

"Mah, aku pergi dari rumah juga karena Mama. Aku lebih bahagia tinggal sama nenek di Surabaya daripada di Jakarta sama Mama."

Terdengar bentakan keras dari Mama Melodi. "Anak kurang ajar. Saya besarkan kamu bukan untuk jadi pembangkang ya!"

Sesak menyelimuti hati Melodi. Matanya berkaca-kaca. Kalau pun dia bisa memilih dia juga tidak mau dilahirkan di keluarga yang seperti ini. Mama kandung yang tak pernah mau memberikan kasih sayang padanya. Papa kandung yang tidak diketahui dimana keberadaan oleh Melodi.

Sedari Melodi kecil hingga tumbuh menjadi gadis remaja dia tidak pernah bertemu dengan Papa kandungnya. Kata Mamanya, Melodi adalah anak yang tidak diharapkan. Iya, Melodi adalah anak haram. Pedih memang saat Melodi tahu yang sebenarnya. Tapi, Melodi selalu berusaha untuk bersyukur. Ini sudah menjadi jalan takdirnya.

"Terserah apa kata Mama. Melodi tutup dulu telfonnya." Melodi mematikan sambungan telfon itu.

Melodi memutar tubuhnya dan terkejut sudah ada Gabriel di belakangnya. Cowok itu memandangi Melodi penuh arti. Cepat-cepat Melodi mengubah raut wajahnya yang semula sendu menjadi ceria.

"Om!" sapa Melodi bersemangat. Semalam ia memang galau karena perkataan Gabriel. Namun, setelah tadi pagi cerita pada Diandra, Mitha, dan Nessa ia menjadi lebih tenang sekarang. Melodi yakin Gabriel masih sendiri belum mempunyai tambatan hati.

Melodi dengan manjanya bergelayutan dilengan Gabriel. Gadis itu membuka kamera handphonenya.

"Om ayo kita selfie!"

"Jangan sentuh-sentuh saya!"

Melodi cemberut. "Iya ini Melodi lepas kok." Melodi melepas pegangannya.

"Mau ya selfie sama Melodi." Melodi mengedipkan matanya lucu.

"Satu kali aja deh Om, please." Melodi menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

Ini moment yang sangat pas sekali untuk Melodi pdkt an dengan Gabriel. Melodi ingin punya kenang-kenangan bersama lelaki pujaannya itu.

Gabriel meraup wajahnya kasar. Seharusnya tadi dia tidak usah mendekati gadis itu. Gabriel tadi hanya penasaran karena melihat Melodi seperti menahan amarah saat bertelepon dengan seseorang. Karena itulah Gabriel menghampiri Melodi.

"Saya sudah punya pacar loh, nanti kalau pacar saya marah gara-gara foto sama kamu gimana?" ujar Gabriel judes.

Melodi menyunggingkan bibirnya. "Ih pacarnya cemburuan! Tak patut. Mending putusin aja deh om. Terus Om Gabriel jadi pacarnya Melodi deh." Melodi mencolek-colek lengan Gabriel.

Gabriel terkejut. Kok tanggapan Melodi biasa-biasa saja saat dia bilang tentang pacarnya? Bukankah semalam terlihat jelas kalau Melodi kecewa padanya, lalu kenapa sekarang gadis itu bertingkah seperti ini?

"Putusin pacar saya terus jadian sama kamu? Mimpi kamu!"

Sadis sekali bapak Gabriel ini.

"Memangnya pacar om Gabriel secantik apa sih?!" Melodi menantang Gabriel.

"Ya cantik. Lebih-lebih dari kamu pokoknya."

Melodi mendengus. Tiba-tiba dia merasa takut. Kalau Gabriel memang sudah punya pacar terus nasib hatinya gimana dong? Gila! Melodi tidak bisa membayangkan kalau om tampannya ini sudah punya kekasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIANDRA ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang