[Follow sebelum baca]
"Kamu dimana?" Rheva menatap lurus ke depan tepat dimana sepasang remaja saling bermesraan.
"Aku di rumah, sayang" jawab seseorang di sebrang sana yang tidak lain ialah Alvaro sambil mengelus puncak kepala seseorang yang bersa...
Aku minta maaf kalau cerita ini banyak kurangnya. Atau nanti nggak sesuai ekspektasi kalian. Soalnya, ini cerita pertama genre kek sad gitu.
Jadi kalau feelnya kurang dapet. Aku minta maaf ya. Aku kurang yakin sama cerita sendiri😂 entah kenapa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Omongan Azka tadi jangan di masukkin ke hati ya, Rhev. Aku sama Agatha nggak ada apa-apa kok. Kita cuma sebatas sahabatan aja. Kamu jangan percaya sama mulut lambe satu itu" Alvaro sedikit menyindir Azka di akhir katanya. Sedangkan yang di sindir memilih tidak perduli dan tetap melanjutkan makannya.
"Iya iya aku percaya kok sama kamu. Nggak mungkin juga kan, kalian mau nusuk aku dari belakang" tapi itu bisa aja mungkin karena kalian udah terlalu sering bohong sama gue lanjut Rheva dalam hati.
"Ya nggak mungkin lah. Ada-ada aja lo, Rhev" sahut Agatha dengan tawanya.
Azka yang melihat itu berdecih sinis dan lebih memilih mengumpati Agatha di dalam hati. Karena kalau secara langsung bisa-bisa terjadi perkelahian lagi, entah dengan siapa nanti.
"Intinya kalau ni anak curut satu ngomong yang nggak-nggak tentang aku, kamu jangan percaya. Mulut dia terlalu suka ngegosip, sikap aja sok cool di hadapan orang lain kalau aslinya mulutnya lambe banget" Alvaro kembali menyindir atau lebih tepatnya mengatai Azka secara terang-terangan.
"Bukankah gosip itu fakta yang tertunda?" sarkas Azka yang membuat Alvaro semakin geram.
"Kalah kan, lo? Gue di lawan" Azka menepuk bahunya bangga karena Alvaro tidak membalas perkataannya barusan dan memilih diam sambil menatap tajam ke arahnya.
"Gue diam, karena malas adu bacot sama lo lagi!" ucap Alvaro penuh penekanan di setiap katanya. Azka hanya mengangkat bahunya acuh merespon perkataan dari Alvaro.
"Udah ah diam lo berdua. Kayak anak kecil aja berantem terus" kesal Fahri karena lagi-lagi mendengar perdebatan Alvaro dan Azka.
Tak berselang lama, bel pertanda masuk pun berbunyi. Agatha dan Nayla kembali memapah Rheva berjalan ke kelas. Sedangkan Alvaro, Azka, Fahri dan Zikri berjalan di belakang bermaksud mengawasi mereka dari posisi mereka.
Setelah beberapa jam mengikuti pelajaran, waktu pulang pun tiba. Kini Rheva, Agatha dan Nayla sedang berada di parkiran menunggu kedatangan Alvaro dan yang lainnya yang masih berada di kelas.
"Ngomong-ngomong kalian nggak lupakan kalau minggu depan gue ultah?" tanya Agatha antusias saat mengingat minggu depan ia berulang tahun ke delapan belas.
"Eh iya. Gue baru ingat. Kira-kira ada party nggak, nih?" jawab Nayla yang tak kalah antusias.
"Ada dong! Nggak mungkin enggak lah. Umur legal nih nggak mungkin nggak ada party"
"Oke. Kalau gitu gue perlu siapin kado dari sekarang"
"Lo juga, Rhev. Jangan lupa datang nanti ya. Awas aja kalau nggak datang kek tahun kemarin. Padahal tahun tadi itu sweet seventeen gue loh itu" ujar Agatha pura-pura merajuk.