[Follow sebelum baca]
"Kamu dimana?" Rheva menatap lurus ke depan tepat dimana sepasang remaja saling bermesraan.
"Aku di rumah, sayang" jawab seseorang di sebrang sana yang tidak lain ialah Alvaro sambil mengelus puncak kepala seseorang yang bersa...
Mungkin part ini agak aneh ya wkwk. Maklumin aja ya, karena udah lama nggak ngehalu, hehe.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Detik berganti menit, menit berganti menjadi jam dan jam berganti menjadi hari. Begitu seterusnya, tak terasa beberapa tahun sudah terlewati. Lebih tepatnya tujuh tahun lebih terlewati begit.u saja.
Waktu begitu cepat berlalu.
Itulah yang Rheva rasakan, tak terasa tujuh tahun lebih sudah ia hidup di negara orang dan jauh dari keluarga. Walaupun setiap tahun tetap pulang ke Indonesia, itu tidak sepenuhnya mengobati rasa rindunya dengan suasana kampung halamannya.
Kali ini Rheva memutuskan untuk kembali ke negara asalnya, Indonesia. Cukup selama tujuh tahun yang telah terlewati ia habiskan untuk menimba ilmu dan pekerjaan di negara orang. Rheva memutuskan untuk membuka usahanya sendiri di Indonesia sekalian mengurus hal yang sangat penting di hidupnya.
Fyi, keluarga Rheva memutuskan untuk pindah. Tidak lagi di Jakarta, dan sekarang menetap di Yogyakarta. Kampung halaman Agam dan Thania.
Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Dan sudah dari lima belas menit ia berdiri seperti orang linglung karena mencari keberadaan Dika yang katanya akan menjemputnya di Bandara. Berdecak kesal, untuk kesekian kalinya Rheva kembali menghubungi Dika yang hasilnya tetap sama, tidak di angkat.
"Kalau lima menit lagi Dika nggak datang, awas aja nanti di rumah. Habis lo sama gue!" gumam Rheva penuh amarah.
"Kak Rheva!!" Teriak Dika dan melambaikan tangannya dengan senyum lebar yang terpatri di wajahnya. Tidak merasa bersalah kepada sang kakak yang sudah ia buat menunggu hampir setengah jam lamanya.
Memutar kedua bola matanya malas, Rheva melangkah menuju Dika yang tanpa mau repot-repot menghampirinya dan mengambil alih kopernya.
"Kangen banget" ucap Dika dan langsung memeluk Rheva erat sembari di goyangkannya ke kanan dan ke kiri.
"Lebay lo"
"Gue tau ya lo kayak gini biar gue nggak marah, kan?" lanjut Rheva dan melepas pelukannya.
"Hehe tau aja lo, Kak. Lagian punya pacar kok minta jemput gue sih"
"Pacar gue orang sibuk, nggak kayak lo. Pengangguran!" tekan Rheva di akhir kalimatnya.
"Enak aja. Gue tuh bukan pengangguran ya, cuma belum dapat pekerjaan aja"
"Emang bedanya apa? Sama ajakan"
"Serah lo deh, gue baru lulus ya jadi wajar aja sekarang kalau gue lagi nggak ada pekerjaan. Walaupun udah beberapa kali interview, tapi belum ada panggilan sampai sekarang"
"Sabar aja, lo tau sendiri sekarang susahnya cari pekerjaan gimana"
"Pulang sekarang nggak, nih? Udah di tungguin semuanya di rumah"