my Past🖤

132 19 3
                                    

안녕하세요여러분...

Kuyy dibaca?!

Jangan lupa tinggalkan jejak😊

Yuk isi semua paragraf dengan komentar kalian❤

Happy Reading...

°°°

°°

°

            Sudah seminggu ini aku bekerja di bawah pimpinan Johanes Stefanus. Lelaki tampan yang selalu saja mengagalkan fokus ku. Entahlah, aku sendiri tidak mengerti dengan jantung ku, tapi rasanya ketika bersama dengannya, jantung ku serasa seperti lomba kejar-kejaran hingga aku sendiri takut kalau dia bisa mendengar detakan jantung ku.

"Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa bengong?" tanyanya sinis.

Aku terperanjat kaget, karena sedari tadi aku memang memandangi wajahnya tanpa fokus ke pekerjaan ku sendiri. Mungkin jika aku tak sadar, iler ku juga akan jatuh karena melihat rupanya yang nyaris sempurna itu.

"Ma-maaf Pak, saya gagal fokus. Habisnya wajah Bapak ganteng sih" kekeh ku.

Mampus saja, bibir ku yang lancang ini telah berani berkata jujur pada Boss yang bisa dibilang super cuek dan dingin itu. Bagaimana tidak? Lihat saja, mukanya yang datar dan jarang tersenyum itu, terlihat mengerikan tapi tetap saja ganteng dimata ku. Entah lah, tapi itu fakta adanya. Tapi jangan salah, sekali saja dia tersenyum maka kaum hawa akan meleleh di buatnya.

Pernah sekali aku mendengar ada dua gadis SMA yang berteriak kepadanya dan mengatakan, "Om, senyum mu menghangatkan rahim ku"

Wlueekkk, rendah sekali gadis itu. Apa dia tidak malu mengatakan hal seperti itu di depan umum? Tapi aku akui sih, senyumnya memang manis walau bibir nya itu hanya menunjukan segaris senyum di wajahnya. Aku tidak mengerti kenapa dia begitu dingin hingga aku berpikir tidak akan ada wanita yang bisa merebut hatinya.

"Kembali bekerja!" ucapnya tetap dingin.

Aku merutuk kesal, bisa-bisanya dia tidak baper sama sekali, paling tidak dia bisa tersenyum gitu setelah dia mendengar aku memujinya? Biasanya sih, semua orang baik cowok maupun cewek di bumi ini akan tersenyum jika di puji seperti itu. Tapi Johanes Stefanus beda, dia ada dan nyata tapi tetap aja susah untuk ku gapai.

"Pak, hari ini Bapak ada jadwal meeting bersama client kita dari Australia setelah makan siang selesai" ucap ku. Tapi alih-alih mendapatkan jawaban, Boss sombong itu tidak merespon ucapan ku sama sekali.

Bukannya apa, tapi ketika omongan kita tidak direspon orang maka kita akan merasa malu apalagi dilihatin sama rekan-rekan kerja lainnya. "Gila, mau di sumbangin dimana nih muka gue?!" batin ku.

Ratih menatap ku iba, dia tau kalau abang sepupunya itu memang pelit akan suara.

"Pak Johan, saya ingin memberitahukan bahwa setelah jadwal makan siang usai, Bapak ada jadwal meeting dengan client kita dari Australia" ucap Ratih.

"Baiklah, saya akan menghadirinya"

Aku tercengang mendengar ucapan si Boss sombong itu. Bisa-bisanya dia membalas ucapan Ratih. Sementara aku? Jangan kan membalas ucapan ku, di respon saja tidak! Apa bedanya dengan aku yang bertanya langsung atau Ratih yang bertanya? Toh, kami berdua sama-sama karyawan disini. Bedanya sih, Ratih anak pemilik Perusahaan ini dan Pak Jo adalah abang sepupunya, tapi setidaknya kan si Boss sombong itu tak perlu membeda-bedakan yang lainnya saat sedang berada di Kantor? Jujur, aku cemburu dengan posisi Ratih.

The Secret Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang