kecewa yang manis🖤

56 6 0
                                    

안녕하세요여러분...

Kuyy dibaca?!

Jangan lupa tinggalkan jejak😊

Yuk isi semua paragraf dengan komentar kalian❤

Happy Reading...

°°°

°°

°




         Dengan jantung yang berdegup kencang dan napas yang tercengat, aku berusaha berjalan di samping Johanes dengan tangan kanan ku yang masih di genggam oleh Johanes.

Deg... Deg...

Aku menatap tangan ku yang di genggam olehnya.

“Kenapa?” tanya nya yang menyadari tatapan mata ku sedari tadi.

Aku menggeleng cepat, takut dia merasakan apa yang aku rasakan sekarang.

“Grogi?” tanya nya lagi dengan tebakan yang akurat.

Dengan polosnya aku mengangguk pelan, dan ternyata itu dapat membuat segaris senyum di wajahnya.

“Mau di lepas?”

Ck, pake nanya lagi! Yah jangan lah! Walau jantung ku ketar-ketir sedari tadi, tapi tetap aja gandengan tangannya membuat ku nyaman dan bahagia. Tapi kalau aku bilang jangan, Jo malah meledek ku. Tidak! Ini tidak boleh terjadi.

“I-iya,” sahut ku terbata-bata.

Johanes melirik ku dengan alis mata yang di naikkan sebelah, “yakin?”

“Iya,” jawab ku dengan lantang, tapi kamvret nya kepala ku malah menggeleng cepat. Seakan otak dan ucapan ku sedang tidak sinkron sekarang. Otak ku mengatakan tidak,” tapi mulut ku mengatakan, “iya”

Melihat tingkah ku yang mungkin terlihat bodoh di matanya, Johanes tertawa seperti orang yang kebablasan. Mau tau seperti apa dia sekarang? Dia tertawa sampai ngikngok bengek.

Dasar suami kulkas ku! Aku tau sedari tadi dia ingin tertawa, tapi dia terlalu gengsi untuk melakukan itu.

Ekhem, ayo kita hampir telat,” ucapnya dengan gaya cool yang di buat-buat. Akhirnya dia melepas tangan ku, lalu dia berjalan terlebih dahulu di depan ku dengan kedua tangan yang di masukkan ke kantong celananya.

Aku mengejar langkahnya dengan berlari kecil di belakangnya.

“Woahh, lihat Nya siapa yang datang?” ucap Mbok Minah ke Sarah.

Sarah menoleh ke arah kami yang baru saja turun dari anak tangga.

“Woahh, anak Mama tampan sekali,” puji Sarah ke Johanes. Aku tersenyum sambil mengangguk antusias mengiyakan ucapan ibu mertua ku.

“Tampan dong, kan Jo bibit unggul sejak dalam kandungan,” balas Jo berbangga diri.

Aku mencebik tak suka, ku akui dia emang tampan lahir batin. Tapi, yah nggak usah berbangga diri di depan orang banyak dong? Jatuhnya kan jadi kayak narsisme akut.

The Secret Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang