Answer

4.8K 302 4
                                    

    

Reàders, jangan lupa bantu follow akun author dan bantu vote juga.

~~Happy Reading~~

Jangan lupa ya, Alqur'an lebih utama.

_Lidwinsetya_





      Tidak terasa hari sudah menjelang sore, waktunya Aila berpamitan dengan karyawannya setelah shalat ashar.Restoran ARZ memang menyediakan mushola yang terpisah antara akhwat dan ikhwan.

     Setelah selesai shalat, mereka semua kembali dengan aktivitas masiñg-masing sesuai bagian mereka. Uniknya direstoran ini,  lima belas menit sebelum waktu shalat, restoran itu ditutup sementara hingga jam istirahat sholat selesai.

"Nang, terima kasih ya sudah bantuin mbak jagain Rasyid, dia  gak rewelkan? " Aila memberikan Rasyid ke Danang karyawannya yang memang cukup dekat.

"Alhamdulillah tidak rewel mbak, apalagi tadi dibantu  pengunjung restoran mbak, saya juga tidak mengenal orangnya tapi kalau saya pikir-pikir Rasyid sama bapak tadi mirip banget. "

Deg

Hati aila seperti tercubit. Mungkinkah Zain datang  kesini?

"Masa Nang? Wajah Rasyid pasaran banget ya, banyak mirip sama orang lain"

  Aila langsung tertuju pada Zain, namun Aila langsung tepis dan enyahkan pikiran itu. Aila  Menormalkan detak jantungnya.

"Beneran mbak, masa saya berani bohong sama Mbak, bisa-bisa langsung di pecat dan gak bisa kerja di sini lagi. Mbak, Apa bapak itu Ayah nya Rasyid ya, bukan hanya kemiripan Mbak, tapi, nama belakangnya Rasyid pun sama"

     Aila semakin diam, dia tidak mengeluarkan kata beberapa saat.  " Hehehe, bisa aja kamu Nang, Setiap orang memiliki kembaran, Nang. Walaupun tidak lahir secara bersamaan dan tidak lahir dari rahim yang sama".

"Oh ya mbak ada benar nya juga ya, mungkin termasuk nama, hehhehe."

"Ya, sudah kamu masih mau disini! Atau mau kemana gitu. Sudah sore, kamu gak balik, ke mess?"

"Nanti, saja mbak, saya masih mau disini."

"Betah banget kamu Nang, sudah waktu jam pulang malah gak mau pulang."

Wajah Danang berubah sendu. "Saya menemukan rumah ketika bekerja disini, Mbak. Puluhan restoran pernah saya tangani dan masak di sana. Tapi, tidak senyaman disini."

"Nang, saya pernah merasakan bagaimana susahnya kehidupan yang saya jalani. Saya tidak akan melihat bagaimana orang itu di masa lalu, ketika saya melihat kamu dan jawaban kamu saat tes psikotes itu, saya yakin kamu bisa berubah."

"Mbak, terima kasih. Telah mempercayakan saya bekerja disini padahal belum sebulan saya bekerja, mbak percaya dengan saya juga, ketika saya butuh uang untuk operasi ibu saya."

"Sudah, jangan di ingat. Saya tidak ingin kamu merasa terbebani. Nang, Kalau belum pulang, boleh saya minta tolong, untuk buat menu baru?"

Aila menyodorkan selembar kertas di dalamnya ada resep dan juga foto hasil karyanya.

"Siap Mbak, saya laksanakan dengan sepenuh hati."

"Terima kasih, Nang"

"Sama-sama Mbak, saya yang harusnya berterima kasih"

"Sudah, gak perlu di ingat. Sering banget kamu ngomong dengan kalimat yang sama. Yang terpenting saat ini Ibu sehat, Nang. Itu yang membuat saya lebih  bahagia." Ucap Aila mengakhiri percakapannya.

Melepasmu 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang