lonely (2)

3K 240 18
                                    

~Lidwinsetya ~

B

ismillah 
kita lanjut lagi yaaa..... Jangan lupa baca  wattpad pas lagi rehat aja ya.

Jangan lupa vote nyaa saaayyyy..........
Follow juga akun nyaa ciyuusssssss

Flash back

Mengemudi dalam keadaan  emosi? tentu itu bukanlah pribadi Zain, ia masih tetap memiliki kewarasan bukan! jika tidak, bukan hanya dirinya yang celaka, orang lain  juga akan ikut celaka jika mengemudikan dengan ugal-ugalan.

Mobil telah terparkir dihalaman rumah yang luas itu, satpam yang menjaga pintu gerbang  tadi yang membukakan disertai menunduk hormat kepada tuannya. Sesaat Zain tersenyum pada pak Marno satpam yang sudah lama bekerja dirumahnya yang sudah seperti keluarga bagi Zain dan begitupun sebaliknya.

Zain membuka pintu rumah yang sudah terlihat sepi, lampu ruang tamu pun telah padam. Zain melangkahkan kaki menaiki anak tangga menuju kamarnya. Namun sayup - sayup ia mendengar percakapan  istrinya entah dengan siapa.

"Jadi, mas Zain tau kalau aku bertemu dengan Aila?"

"..............."

"kamu bicara apa sama mas Zain, Na? "

Zain masih tetap menguping, ia mendengar kata Na, apakah Ina yang dia kenal, benarkah Ina orang yang sama direstoran Aila sedang menelpon Naila saat ini!!

"Aku harus gimana Na, kalau Mas Zain sampai rumah nanti! Kalau dia tau aku yang meminta Aila untuk menjauh".

Tangan Zain mengepal beginikah rasanya di bohongi, beginikah rasanya di khianati. Namun ia memilih untuk mendengarkan, menahan semua sesak didadanya. Naila belum tersadar jika Zain sudah berada diambang pintu kamar yang  terbuka.

"Sudah dulu Na.."

ketika Naila memutar tubuhnya menegang ia terkejut dengan keberadaan Zain yang sudah berada diambang pintu.

Entahlah, saat melihat wajah Naila rasa benci timbul begitu saja,  Zain maju selangkah demi selangkah menuju kearah Naila yang berada persis sepuluh langkah dari hadapannya.

"Mas, ka-kapan ka-kamu sampai?  Kok aku gak denger?" ucapnya terbata jantungnya berdegup kencang

Zain mulai mendekat, namun Naila justru mundur sampai mentok ke tembok.

Zain menatap nanar"Apa hanya aku yang tidak berhak tau!"sambil mencengkram baju Naila dan menatap tajam.

"Sayang, jangan seperti ini, aku takut" Naila tak berani menatap Zain, wajah Zain saat ini begitu menakutkan. Ini pertama kali Naila melihat kemarahan yang luar biasa.
"Katakan.....  Apa hanya aku yang tidak tau..... Haaaaah" Zain semakin mencengkram jari jemarinya berpindah menjadi cekikan di bagian leher Naila.

"Sayang,  lepas sakit. " ucapnya penuh permohonan sambil terbata nafasnya seakan tercekat.

"Sakit mana dengan kalian membohongiku, sialaan" Sakit di hatinya membuat Zain tak lagi bisa mengontrol emosi saat itu.

"Sayang, aku tidak tau jika Aila memutuskan untuk per...gi" ucapnya terbata karena cekikan itu semakin menyakiti,  wajah Naila sudah memerah.

"Kalian pendusta,  kalian pembohong jangan harap aku memaafkanmu Nai. Sialan kalian semua. Sudah cukup selama ini aku diam seperti orang bodoh,  karena tidak tau apa-apa. Aku benci kalian" Zain melepaskan cekikan dari leher Naila, memilih berlalu begitu saja, tak lagi menghiraukan istrinya yang saat itu terbatuk-batuk.

Melepasmu 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang