lonely (3)

3K 245 31
                                    


Jangan lupa vote yessssss...  Bintang kejora ditunggu ting ting ting nyaaa... 

♡♡Happy reading♡♡

__Lidwinsetya__


Cinta tak akan pernah tau kapan  akan berlabuh
Cinta tak akan pernah tau kapan ia memiliki muara
Memaksakan hati kepada yang tak menginginkan adalah suatu kebodohan
Mengejar sendirian dan bertahan sendirian adalah sebuah kepiluan yang dibuat sendiri.

~Khanza Aila Larasati~

Jejak langkah kaki menyusuri pinggiran kolam di kediaman Albagaz , sudah tiga bulan Zain tidak pernah lagi menyapa  istrinya itu, hanya kata hmmmm, iya dan tidak. Bukan tanpa sebab Zain lebih pendiam dari beberapa bulan lalu hingga saat ini. jangankan kata yang terucap dari mulutnya, tidur saja Zain memilih dikamar putrinya . Namun  masih tetap sarapan pagi seperti biasa dan makan malam bersama putrinya Gazala setelah pulang dari kantor.

"Mas, aku mau bicara sama kamu. " ucap Naila dengab nada memohon.

Kandungannya sudah menginjak lima bulan. Berbeda dengan kehamilan sebelumnya, kehamilan saat ini jangankan ditemani kedokter, perhatian dari suami saja Naila tidak pernah dapatkan.

Zain hanya memandangnya sekilas, ia berlalu membawa putrinya untuk tidur, sudah tiga bulan sejak kejadian itu, Zain tak menyapa, namun ketika ingin melampiaskan hasratnya, ia mendatangi kamar istrinya tanpa banyak kata, setelah  melepaskan kepuasan, Zain kembali lagi ke ruang kerja atau langsung tidur ke kamar putrinya.

     Apa enaknya jika penyatuan diri tanpa rasa diantara keduanya? Apa enaknya jika penyatuan diri hanya salah satu yang menginginkan, sedangkan yang lain hanya menerima.

Setelah merebahkan putrinya, Zain keluar dari kamar dan memilih bergabung duduk di sofa bersama Naila. pertemuannya dengan Ina kemarin, menjadi beban baru yang harus Zain lalui seorang diri. Menguatkan hati dan mengokohkan bahu agar ia tetap menjadi laki-laki yang penuh ketegasan.

"Kamu mau bicara apa? Sudah malam harusnya kamu tidur. Tidak baik buat cadebay kalau ibunya selalu tidur larut malam. "

Naila mengerjapkan matanya, namun didalam hatinya berjingkrak sangat senang bercampur haru.

"Mas, Nai.....Nai...minta maaf" air mata Naila jatuh begitu saja

Zain terlihat pasrah akan nasibnya saat ini. Setelah membaca surat dari Aila, ia memilih untuk menjalani hari-harinya kembali. "Rasanya sulit sekali memaafkan kamu Nai, namun demi anak-anak kita, aku akan mencoba untuk selalu membahagiakan mereka. Untuk cinta! Jangan berharap lebih jika itu tak lagi seutuhnya  buat kamu. Kecewaku sangat beralasan  Nai." terserah istrinya mau sakit hati karena ucapannya namun ia selalu memilih jalur untuk berkata jujur.

"Gak apa-apa, jika itu memang pantas Nai dapatkan, tak mengapa jika memang rasa itu sudah berkurang untuk Nai. Tapi Nai mohon, mmmmm... besok temani Nai untuk memeriksakan kandungan. Sayang, kamu sering menjenguknya jika butuh, bisakah besok melihat dia saat ingin disapa oleh ayahnya." ucapan Naila sambil menunjuk perutnya yang mulai membuncit lalu mengarahkan tangan Zain keperutnya.

Hati Zain menghangat mengusap perut istrinya dan membawanya kedalam pelukan. "Maaf jika Mas beberapa bulan ini mengabaikanmu, tak memperhatikanmu ,apalagi menyapamu. Mas datang hanya ketika butuh, tanpa memikirkan bagaimana dengan hati kamu. Maaf telah membuat mu terluka."

Naila berpindah posisi duduk dipangkuan Zain sambil terus memeluk Zain. Sudah lama sekali ia tak melakukan kegiatan seperti ini sejak kejadian itu, Zain seolah menarik dirinya tak ingin berdekatan dengan nya, walau hanya lima langkah kecuali ketika ada Gazala diantara mereka.

Melepasmu 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang