Amarah

4.5K 293 9
                                    

Bismillaah

Readers, jangan lupa bantu vote dan follow akunnya ya.

Vote+ follow sangat berarti banget buat author.

~~Happy Reading~~


      Atta menengok ke arah belakang, setelah mendengar  namanya si panggil. Sambil menggendong rasyid yang tertidur.  amarahnya langsung memuncak, setelah tau siapa yang memanggil, kuku-kuku nya memutih, menahan emosi.  ingin sekali rasanya Atta menghajarnya, jika saja Atta tidak sedang menggendong Rasyid.

     Gerakan kecil tangannya yang sedang menahan emosi  membuat Rasyid tak nyaman dan langsung membuat Rasyid terbangun.

     Refleks tangan  Atta bergerak mengusap puncak kepala keponakannya itu. Atta berusaha untuk  menidurkannya kembali. Namun apalah daya, Rasyid justru membuka matanya lebih lebar ketika melihat Zain.

"Atta, Kan!" tanya zain memastikan

"Iya, Kenapa dan ada perlu apa? " jawabnya sesekali mengepalkan tangannya.

"Ta, ada yang gue mau bicarain sama loe, saat gue nikah sama Aila, loe gak datang."

"hmmmmmm,  gue sibuk." Atta sudah tidak bisa lagi meredam amarahnya. Bisa-bisa Zain bertanya dan menceritakan pernikahannya dengan adiknya itu. Saat dia pertama kali di mutasi ke Papua.

     Zain ingin memastikan bertanya kepada Atta "Loe sama siapa? Kesini, gue kenal anak yang loe gendong." tanyanya dalam bentuk penekanan.

"Oh, gue sama...."

"Mas,  maaf ya, nunggu lama. "
Panggil Aila pada Atta, Aila sengaja memanggil dengan sebutan  Mas. Dari kejauhan saat keluar dari toilet Aila melihat Zain. Berdiri berdampingan dengan Kakaknya.

"Iya sayang, ga pa-pa. Sudah selesai ketoiletnya?  Atau mau mas temenin kalian kemana lagi. "

"Kita makan dulu ya, aku lapar."

"Ta, loe kapan nikahnya? Kok  gak ngundang gue. Tapi, kenapa Rasyid ada sama loe? Bukannya dia anaknya dr. Adam? Dari keluarga Winata?" Tanya Zain penuh selidik.

" Gue masih kerabat sama keluarga Winata kalau loe mau tau. Lagian suka-suka gue, kalau gue mau ngajak anak bocah siapapun. Itu bukan urusan loe."

"Om, Zen, mau main, ya. Lasyid juga mau main."

"Om, ikut ikut, dong?" Sambil melirik tajam Aila.

"Kata Papata, Lasyid mau di ajak main game di sini. Benal  ya Om, Lasyid gak bohong kan!"

    Aila dan Atta menghela nafas, lalu mengangguk.

"Ayo, Om, ikut"

    Rasyid menarik-narik lengan baju Zain.  Padahal Rasyid masih berada di dalam.gendongan Atta.

"Memangnya, boleh?"

"Amma, Om Zen boleh ikut tak?"

"Mmmm, kayaknya Om Zen nya sibuk, Lasyid main sama Papata saja ya?"

"Saya, gak sibuk kok, Ai. Kalau boleh, saya ingin ajak Rasyid main. Saya harus izin sama kamu dulu."

    Atta berjongkok, membuat Rasyid langsung memeluk kali Zain.

"Jangan lama-lama. Jangan sampai lecet. Dia anak orang, gue belom punya anak. Ini istri gue. Memang gue belum menyebar undangan karena kami menikah di papua" ucapnya berbohong.

Melepasmu 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang