Terima kasih untuk para pembaca setia, semoga masih setia menanti cerita ini
Jangan lupa juga follow, coment dan vote ya.
Baca cerita ku yang lain juga
Don't Leave Me
Sorry I Didn't Choose You
Tim Aila dan Arman mana suaranya?
Tim Aila dan Zain ada gak ya?
Atau Aila sendirian?
Typo bertebaran
~Lidwinsetya ~
♡♡♡♡♡
Diantara semak belukar di dalam hutan belantara, pasti ada celah untuk sejengkal tanah yang terbuka memberikan peluang manusia berjalan di dalamnya.
Namun tak bisa di pungkiri ketika Aila bertemu kembali dengan Zain. Walau dalam ketidak sengajaan , namun hal itu membekas dan membuat seorang Aila meremas ujung jilbabnya.
Mengapa Zain berada di Swiss? Apa yang sedang Zain lakukan di sini? Pertanyaan itu terus berputar di otaknya. Untung saja Zain tidak melihat dirinya. Namun hampir, ya hampir sedikit lagi Zain melihat nya, jika bukan karena Zain memanggil anak perempuan yang Aila perkirakan berumur dua tahun.
Jelas saja ia hafal dengan suara Zain. Walaupun sudah lama tidak bertemu, namun suara itu tetap Aila ingat.
Mondar mandir tak tentu arah sampai putranya Rasyid kebingungan dengan tingkah mmanya itu. "Amma, what are you doing?" bocah sembilan tahun yang nampak lebih dewasa dari umurnya. "Amma" ucapnya lagi, namun Aila tetap mondar mandir seperti setrikaan.
Gemas rasanya melihat Ammanya terus mondar mandir akhirnya Rasyid memilih menarik tangan Aila. Tubuh mungil Aila langsung terdiam.
"Rasyid? Kamu ngapain lihat Amma seperti itu? "
"Harusnya Rasyid yang tanya Amma kenapa? Amma mondar mandir, Rasyid panggil tapi tetap saja di cuekin. Rasyid dari tadi bicara, tapi Amma gak dengar "
"Mmmmmm, masa! "
"Beneran Amma, Rasyid gak bohong."
"Rasyid, masih ingin om Arman jadi ayah Rasyid?" Aila menutup mulutnya harusnya bukan kalimat itu yang ia ucapkan.
Mata Rasyid berbinar bahagia "Ya, tentu saja. Berharap Amma dan Om Arman tinggal dalam satu rumah bersama Rasyid tentunya. Kenapa? kok Amma tanya itu? Amma ragu? Bukankah sudah tinggal menghitung jam?"
Sejak tiga tahun lalu, terakhir kali Rasyid menanyakan kabar ayahnya, bertanya kemana ayahnya dan selalu berakhir melihat Ammanya menangis seorang diri di dalam kamar. Sejak saat itu Rasyid Putra Albagaz tak lagi berani menanyakan keberadaan ayahnya itu.
Arman. Ya, dokter hewan itu berjanji akan menjadi ayahnya. Rasyid sangat bahagia sekali. Walaupun Ammanya begitu lama untuk memberikan jawaban, Rasyid tak memaksa itu. Rasyid meinginginkan keluarga utuh. Apa itu salah? Rasanya tidak! Rasyid juga berhak bahagia. Seperti teman sebayanya, saat ini ia duduk di bangku kelas enam. Mengapa bisa? Rasyid memang mengikuti kelas unggulan akselerasi untuk anak-anak berprestasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepasmu 1 (TAMAT)
Short StoryMelepasmu adalah hal terberat bukan hanya hatiku yang terluka, akan ada dia yang tak kamu ketahui kehadirannya Dilarang copas dalam bentuk apapun... Rank 2# pengorbanan 29agustus2021 Rank 2#patah 28agustus2021 Rank 1#luka 3 september 2021 Rank 1#p...