Versprechen(2)

2.9K 206 50
                                    



Banyak typo bertebaran.............

Vote, coment and follow

Sebagai bentuk apresiasi terhadap penulis walaupun recehan

~Lidwinsetya~

Menggenggam namun tidak mampu miliki
Berusaha kuat namun hati hancur tak bertepi
Mencoba untuk bangkit namun rasanya terlalu sulit
Akhirnya memilih berdiam walau hati tersayat dan terpendam.

~Zain Putra Albagaz~

💔💔💔

Enam hari setelah kesadaran Naila, Zain masih setia mendampinginya, dari ganti pakaian sampai ke kamar mandi semua dilakukan Zain dengan penuh rasa kasih  sayang. Kaki-kaki Naila yang mulai terlihat sedikit bengkak, dengan penuh ke hati-hatian Zain mencium kaki tersebut penuh dengan kelembutan.

Kini, Naila hanya bisa duduk di kursi roda, aktivitas nya terbatas karena sel-sel kanker itu terus menjalar. Ia diharuskan kemoterapi untuk membantu proses penyembuhan.

Dengan penuh kesadaran Zain tetap bersabar dalam pilihan hidup yang ia janjikan untuk Naila seorang. Tak lagi memikirkan seseorang yang masih bertahta di sudut hatinya.

Senyuman terus mengembang tatkala Zain melihat Naila dengan tatapan cinta yang selalu tertuju padanya. Ia tak menampik akan hal itu, ia sangat tahu bahwa Naila sangat mencintanya.

Ketika dokter mengatakan beberapa hari  pasca kesadaran istrinya. Serasa bumi tak lagi dapat ia pijak ketika vonis dokter mengatakan kanker yang diderita istrinya sudah tahap stadium empat. Cukup mengejutkan bagi keluarga Albagaz termasuk Zain.

Naila bahkan harus rela berada di kursi roda sampai batas yang tidak bisa di tentukan. Dokter Gerald salah satu dokter Onkologi terbaik dirumah sakit Sahid, memberikan penjelasan sedetail mungkin agar keluarga Albagaz dapat membantu proses penyembuhan menantu mereka.

Dokter Gerald pun mengatakan pasien seperti Naila butuh support dari orang-orang terdekatnya. Salah satunya adalah suaminya yaitu Zain Putra Albagaz.

Beberapa bulan dirumah sakit tentunya menjadi dampak tersendiri bagi usaha yang di rintis oleh Zain. Salah satunya cafe yang telah memiliki delapan cabang di jakarta. Kini ia harus mengikhlaskan beberapa cafenya atau mungkin semua di jual karena ingin fokus merawat istrinya itu.

🍁🍁🍁

Waktu terasa begitu cepat sekali beranjak pergi, meninggalkan banyak sekali luka dan tawa secara bergantian. Tiga bulan sudah Naila kembali ke rumah dan menjalani kemoterapi dengan rutin. Namun hasilnya masih tetap sama.

Rasanya Zain memang harus memikirkan kelanjutan Cafe miliknya yang telah sepuluh tahun ia kelola, apakah harus ia lepaskan, mungkin cara terbaik disaat kondisi tubuh yang tidak bisa lagi di katakan baik-baik saja. Selama ini ia telah berusaha semampunya sampai tubuhnya tidak bisa di ajak kerjasama.

"Kak, apa gak sebaiknya di pikirkan terlebih dulu, kita bisa bayar orang untuk mengawasi beberapa cafe, bukankah itu lebih bijak kak! Kasihan mereka yang sudah bekerja dari awal cafe itu di rintis." Sera tahu ini sangat sulit untuk kakaknya.

"Benar kata Sera, Zain. Apa gak loe pikirin dulu." Mey ikut menjawab.

"Kak, menurut aku ya, ini menurut aku loh. Misal nih, kakak jadi menjual Cafe itu, kakak minta persyaratan sama pemilik baru untuk karyawan yang berada di sana tetap bisa bekerja. Walaupun pemiliknya berbeda. Aku ikut sedih  karena banyak dari mereka yang memang bergantung dari Cafe tersebut.

Melepasmu 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang