39. perkara AA

2.6K 123 11
                                    

Hanum Pov

Tiga tahun berlalu begitu saja dengan banyaknya kebahagiaan yang Mas Hamzah berikan, tidak ada tuntutan apa-apa dari Mas Hamzah. Hari-hari yang kita lalui seperti orang pacaran dalam segi halal.

Dan kalian tau apa yang aku rasakan saat ini? Aku bersyukur, bersyukur sekali karena Allah memberikan kembali kepercayaan kepada kami.

Ya aku hamil, dan sekarang sudah memasuki bulan ke tujuh.
Mas Hamzah selalu menjagaku, segala pekerjaan rumah sering di bantu olehnya.
Aku tahu dia khawatir, cemas, takut kejadian dulu terulang kembali.
Tapi aku tidak keberatan, karena ya mungkin ini memang yang terbaik.

Saat aku sedang bersiap-siap mau ke rumah mama mertuaku. "Sini aku bantu pakaikan" ucap Mas Hamzah yang sudah mulai memakaikan kaus kaki kepadaku.

Semenjak perutku mulai membesar aku sulit sekali memakai kaus kaki, sepatu, apa lagi kalau saat menggunting kan kuku, untung saja Mas Hamzah selalu membantu hal-hal kecil sepeti itu.

"Makasih ya mas"

Mas Hamzah hanya mengusap lembut pucuk kepalaku, lalu dia kembali bersiap-siap.

"Sudah siap?" Tanyanya

Aku menganggukkan, lalu berjalan menyusuli nya, "Mas sudah bilang kalau kita mau main?" Tanyaku.

"Sudah kok" ucapnya lalu membukakan pintu mobil untukku.

Saat di perjalan aku hanya diam sambil mengusap-usap perutku yang terasa linu.
"Kamu kenapa?"

"Apa yang kenapa" tanyaku heran sambil melihat muka Mas Hamzah yang pokus kepada jalan.

"Kamu diam saja, biasanya ajah rame kalau di dalam mobil"

"Aku sedang tidak ingin bicara" jawabku benar, karena aku merasakan cape kalau bicara terus menerus, di tambah lagi rasa pengap.

Akhirnya kamipun sampai di rumah mama, Mas Hamzah menggenggam tanganku.

Mama Hamzah menyambut ku dengan senyuman yang selalu ku rindukan. "anak mama perutnya udah besar sekali" ucapnya yang sambil mengelus perutku.

"Aku juga anak mama" ucap seseorang di sampingku, siapa lagi kalau bukan Mas Hamzah dia masih saja cemburu kalau mamanya lebih sayang ke aku.

"Kamu mah udah gede" ucap Mama.

Mas Hamzah seperti bingung "lah Hanum juga udah gede mah, malah gedean dia sekarang" jawabnya sambil terkekeh.

Aku dan Mas Hamzah langsung di bawa ke meja makan oleh mama, di sana sudah terjejer banyak sekali makan kesukaan Mas Hamzah dan aku.
"Mama kok banyak banget?". Tanyaku.

"Ya gapapa jarang-jarang kan kalian main ke sini"

Aku dan Mas Hamzah segera makan, di selingi dengan cerita mama, dan candaan Mas Hamzah.

-----

20.05

Aku saat ini sudah berada di rumah, Mas Hamzah belum pulang dari mushola.
Aku mencari salah satu buku fiksi yang belum sempat ku baca.

Seperti biasa setiap ku membaca pasti ada cerita sedih dan baper nya. Tiba-tiba aku kepikiran ingin mengucapkan ini ke Mas Hamzah kata "aa" seketika aku tertawa kencang astagfirullah. Nanti kita coba kalau Mas Hamzah sudah pulang.

Beberapa menit kemudian aku mendengar suara derap langkah kaki, pasti Mas Hamzah.
"Assalamualaikum" ucapnya di balik pintu, setelah itu aku melihat wajahnya yang terlihat sedang tidak bersahabat. Dia kenapa?

"Waalaikumsallam kamu kenapa Mas?"

Mas Hamzah langsung memutar badannya dan menunjukan sarungnya yang terlihat kotor. "Mentang-mentang bawa motor udah tau ada becekan di terabas terus, lihat jadi kena aku kotornya" Adunya, seperti anak kecil yang mengadu kepada ibunya.

"Yaudah atuh aa tinggal ganti baju" ucapku sambil terkekeh.

Mas Hamzah langsung menatapku bingung "apa tadi manggil aku apa" ulangnya.

"Aa"

"Lah kamu kenapa si Hanum" ucapnya lalu langsung pergi ke kamar mandi.

Setelah Mas Hamzah keluar dari kamar mandi dengan stelan tidurnya. Aku melanjutkan kembali rasa isengku.
"Aa Hamzah tolong bukain ini dong" aku segera memberikannya toples kue, dia tetap mengernyit bingung lalu membukakan toples.

"Kamu kenapa si num?" Lalu dia memegang jidat ku.

"Aku nggak kenapa-kenapa a" jawabku dengan senyum jail.

Mas Hamzah langsung pergi ke meja kerjanya  "jangan ganggu aku dulu" pintanya.

"Siap Aa Hamzah"

"Kamu bisa nggak si panggil nya kaya biasanya ajah, nggak usah pake panggilan gitu"

"Kamu nggak suka a Hamzah?"

"Bukan begitu, tapi.. hmm aneh tau aneh nggak?"

Aku hanya diam lalu melanjutkan baca novel.

"Kamu liat map aku nggak yang warna biru?" Tanyanya sambil mencari-cari di laci.

"Aku nggak liat a Hamzah"

Hamzah melirikku lagi "kamu tau nggak si..aku tuh geli, geli sumpah nggak biasa" ucapnya sambil tertawa.

"Lah aneh" ucapku sambil ikut tertawa.

Mas langsung menggelitikku "haha..kamu yang aneh malem-malem"

"Ampun Mas ampun beneran nanti perut aku keram lagi nih" ucapku yang sudah cape tertawa.

Mas Hamzah langsung berhenti, "awas ajah kalau di ulang lagi"

"Iya aku cuma bercanda ajah" Mas Hamzah langsung menyuruhku untuk tidur.

Semenjak hamil Mas Hamzah tidak pernah lupa untuk mengusap perutku sambil membacakan surat Al-mulk, sebelum tidur masyaAllah.

Aku bersyukur bisa merasakan seperti ini.
Allah terimakasih telah mempercayaiku,
Bisa merasakan hebatnya menjadi calon ibu yang luar biasa,
Merasakan banyak sekali perhatian-perhatian kecil dari orang terdekat.

-----

Hanum & Hamzah | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang