Waktu bergulir dengan cepat, sudah satu minggu Hamzah mendiamkan Hanum.
Setelah pulang dari rumah sakit, Hamzah tidak banyak bicara, bahkan Hamzah sering pulang sampai larut malam dan sering menghabiskan waktunya di kantor.Hanum tau suaminya marah, kecewa, tapi Hanum sudah berusaha untuk tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, seperti membuat makan malam, membawakan makan siang ke kantor meskipun suaminya tetap tidak memakan makanan yang di buatnya.
"Mas sarapan dulu" tawar Hanum saat melihat suaminya turun dari tangga.
"Aku mau berangkat pagi ada keperluan penting" ucap Hamzah sambil meminum air putih yang ada di meja makan.
Hanum hanya diam seperti biasa, beribu cara suaminya menolak dengan alasan pekerjaan.
"Yaudah aku buatkan bekal ajah ya, biar nanti Mas bisa makan di kantor" ucap Hanum lalu mengambil bekal makan.
"Nggak usah, nanti aku bareng temen-temen ajah" ucap Hamzah, tapi tetap saja Hanum membuatkannya.
"Ya nggak papa Mas" ucap Hanum lalu memberikannya tapi Hamzah tetap tidak mengambilnya yang ada hanya sorotan tajam dari matanya.
"Aku bilang nggak usah" ucap Hamzah lagi dengan nada dingin.
"Tapikan Mas"
"Aku bilang nggak usah ya nggak usah!!" Ucap Hamzah dengan membentak sambil melempar bekal makan yang di pegang Hanum membuat Hanum kaget dan beringsut mundur.
Setelah itu Hamzah pergi begitu saja, Hanum hanya diam bergemetar menahan tangis dengan kejadian tersebut, lalu Hanum segera mengambil sapu untuk membereskan makanan yang di lempar Hamzah.
Saat ini Hanum hanya duduk di balkon kamar sambil membaca buku di temani dengan secangkir teh hangat untuk menghilangkan rasa sedih akhir-akhir ini.
Seketika Hanum memjamkan mata, seraya menghilangkan rasa sesak di dadanya.
Menangispun sudah tiada arti memang mungkin ini yang terbaik untuknya dan Hanum yakin Allah akan menggantinya di kemudian hari dengan kebahagiaan tak terkira.
Segera Hanum beranjak dari posisi duduknya dan kembali masuk ke kamar, lalu merbahkan tubuhnya di kasur sambil menarik selimutnya, tak terasa tetesan air mata itu kembali membasahi pipinya.
Dentingan jarum jam terus berputar tak terasa kumandang Adzan ashar sudah terdengar, Hanum segera bangkit dari posisi tidurnya lalu segera melaksanakan kewajibannya.
-----
Saat ini Hanum sedang melihat masakannya yang sudah tersaji hangat untuk makan malam bersama suaminya, selesai melaksanakan shalat isya Hanum kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
Sambil menunggu Hamzah, Hanum saat ini sedang menonton tv. Seraya melirik jam dinding yang terus berputar hingga menunjukan larut malam. Hanum hanya menghela nafas lalu berjalan ke meja makan lalu duduk dan melihat makanannya sudah dingin. Hanum menutup mukanya dengan kedua tangannya seketika suara isakan terdengar.
Terdengar suara derap langkah kaki di hadapannya, Hanum segera melihat membuka matanya mengahapus air matanya dan melihat suaminya sudah duduk berada di hadapannya.
"Mas" lirih Hanum. Dan Hamzah hanya diam tidak menanggapi lalu mengambil segelas air putih di hadapanyan dan meminumnya hingga habis.
"Aku hangatkan dulu ya makanannya" ucap Hanum seraya beranjak dari posisi duduknya.
"Nggak usah, sebelum pulang tadi aku udah makan" seketika membuat Hanum hanya diam membisu.
Hamzah lalu berjalan meninggalkan istrinya yang hanya diam. Sepeninggalan Hamzah, hanum segera membereskan meja makan tersebut. Lalu kembali ke kamarnya dan tidak melihat suaminya Hanum sudah tahu pasti Hamzah sedang di kamar mandi membersihkan diri.
Hanum segera merebahkan dirinya yang menghadap ke arah dinding kamar lalu menarik selimut mencoba memejamkan mata.
Ceklek
Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, lalu Hanum merasakan suaminya tidur di sebelahnya. Dan saat Hanum membalikan badannya Hamzah ternyata memunggunginya.
"Mas?" Panggil Hanum, tapi tidak ada sahutan apa-apa.
"Hanum rindu pelukan Mas saat tertidur, Hanum rindu bercerita sebelum tidur, Hanum rindu bercanda, Hanum rindu mas membacakan surah Al-mulk sehabis shalat bareng, Hanum rindu Mas memuji masakan Hanum meskipun rasanya kadang suka kurang enak, Hanum rindu di sebut Humaira sama Mas Hamzah" lirih Hanum panjang.
Hanum segera membalikan badannya sambil menutup mulutnya agar tangisnya tidak pecah. Seraya meredamnya dengan kalimat beristigfar di hatinya.Dan Hanum segera memejamkan matanya.
-----
Pagi kembali menyapa meninggalkan malam yang menyesakan bagi Hanum. Seperti biasa Hanum melakukan aktivitasnya seperti menyiapkan pakaian suaminya untu ke kantor, membuatkan sarapan.Tapi ada terlihat berbeda dari Hanum pagi ini tatapannya berubah menjadi sendu, matanya yang teduh sembab karena tangisan semalam, tidak ada semangat pagi ini.
Melihat suaminya turun dari tangga, Hanum segera menyiapkan sarapan suaminya.
"Sarapan dulu Mas" ucap Hanum, Hanum sudah pasrah kalau nanti suaminya akan menolaknya lagi."Aku mau sarapan di kantor ajah" ucap Hamzah dingin, sambil meminum susu coklat yang di buatkan Hanum.
Kali ini Hanum tidak memaksa, Hanum hanya mengiyakan saja. Lalu berjalan membawakan tas kerja suaminya. Setelah itu Hanum menyalimi tangan suaminya.
Hanum hanya diam tidak banyak bicara, lalu setelah Hamzah pergi, Hanum kembali masuk menutup pintu dan berjalan ke meja makan melihat sarapan yang di buat olehnya hanya tersenyum getir.
Tangisnya kembali pecah, seminggu ini dia benar-benar kehilangan dua orang yang dia sayang.
Allah hilangakan rasa sakit ini, jangan sampai aku menyalahkan takdirmu.
Hanum kembali menepuk-nepukan dadanya seraya menghilangkan rasa sesak yang terus menyelimuti hatinya.
"Hanum?" Panggil seseorang, yang membuat Hanum mendangakan kepalannya melihat siapa yang memanggilnya.
Saat Hanum melihat Hanum segera mengusap air matanya.
"Maaf ya aku langsung masuk ajah tadi juga pintunya nggak di kunci, soalnya tadi aku panggilin gk ada sahutan apa-apa" jelasnya, dan Hanum hanya menganggukan saja."Tiara" lirih Hanum, Tiara segera memeluk Hanum yang saat ini terlihat rapuh sekali.
"Kenapa?" Tanya Tiara pelan.
"Aku bingung aku harus gimana, aku gagal jadi seorang ibu, aku mengecewakan Mas Hamzah" ucap Hanum. Tiara yang mendengar itu hanya diam.
"Allah lagi punya rencana lain untuk kalian" ucap Tiara sambil mengusap pundak Hanum seraya kuat.
"Nggak boleh nangis terus, harus ikhlas, harus kuat, jangan lemah" ucap Tiara lagi.
"Oh ya aku kesini tuh mau ngasih kebaya kamu udah jadi nih, buat acara kelulusan kan?" Tanyanya, sambil memberikan bingkisan paper bag.
Tapi Hanum hanya diam saja,
"Udah dong sedih-sedihnya beberapa hari lagi jugakan mau gradutions seneng dong harusnya" ucap Tiara mencoba menghibur. Dan Hanum hanya tersenyum sendu."Kamu mau kemana habis ini?" Tanya Hanum.
"Mau belanja, mau ikut nggak?" Ajaknya.
---
Tbc.Assalamualaikum.. yee akhirnya setelah lama gk update😁
Maaf ya gays🙏
Semoga kalian suka, jangan lupa vote dan comennya😙29 maret 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum & Hamzah | END
EspiritualKala berhadapan dengan hidup yang kadang biru, kadang kelabu, tak asing bagi kita untuk akhirnya berkutat pada angkasa. . . . . Ini cerita Hanum dan Hamzah yang di jodohkan.