28. Dinginnya Keadaan.

3.5K 145 3
                                    

Langit pagi seakan mendung bersama hati.
Biasanya ada gelak tawa di meja makan, tetapi sekarang sudah tidak ada hanya ada kedinginan.

Dentingan sendok seakan mengisi kekosongan di meja makan ini, tidak ada obrolan hangat di setiap paginya.

Praaang..

Seketika aku melihat ke arah Mas Hamzah yang tanpa segaja menyenggol gelas minum hingga pecah. Aku segera bangkit dari duduku berjalan mengambil sapu dan pengki.

Setelah membereskan, aku kembali ke meja makan tetapi Mas Hamzah sudah tidak ada. Aku segera melanjutkan kembali sarapanku.

Selesai beres dengan dapur, aku berjalab menuju kamar dan kulihat Mas Hamzah juga tidak ada, baru semalam saja tidak tidur di kamar ini rasanya rindu sekali entah sampai kapan Mas Hamzah mendiamiku.

Di hari minggu ini aku akan pergi belanja sayuran, aku segera menuju ke ruang kerja Mas Hamzah.

Tok..tok..

"Masuk" sahutnya dari dalam.

Aku segera masuk berniat ingin meminta izin.
"Hmm.. Mas?" Panggilku karena Mas Hamzah masih pokus ke laptopnya.

"Hmm"

"Aa..aku izin mau beli sayuran" ucapku gugup, aku takut sekali kejadian kemarin terulang kembali.

"Iya" ucapnya datar. Aku kira Mas Hamzah akan mengantarku tetapi tidak.

Aku segera mendekatkan padanya berniat untuk mencium tanganya, ya Allah rasanya sakit sekali saat ku cium tanganya.

"Assalamualaikum.. mas" ucapku lirih menahan air mata yang ingin keluar.

"Waalaikum sallam"

Setelah keluar dari ruangan mas Hamzah.

-------
Di perjalanan banyak sekali yang aku pikirkan.
Biasanya Mas Hamzah akan mengantarkanku, bercerita di sepanjang jalan, tertawa bersama.

Sesampai di sewalayan aku segera mengambil troli, dan biasanya juga Mas Hamzah yang akan mendorong belanjaan yang ku beli.

Saat sedang mencari barang-barang yang di butuhkan. Aku melihat keluarga yang sangat lengkap dengan sang suami yang mendorong troli dan anaknya didukan di troli menggemaskan sekali rasaya. Ada rasa sakit saat melihat itu.

Selesai berbelanja aku segera pulang.
Di perjalanan aku melihat Tiara sedang berjalan di trotoar.

Segera ku tepikan mobilku.
"Tiara?" panggilku sambil menurunkan kaca mobil.

"Eh.. Hanum" ucap Tiara kaget.

"Mau kemana" tanyaku penasaran, nggak biasanya Tiara jalan seperti ini.

"Hmm aku.. nggak dari mana-mana si lagi jalan ajah" ucapnya seperti menyembunyikan sesuatu.

"Mau aku antar pulang?"

"Eh.. nggak usah, aku nanti di jemput ko" ucap Tiara.

"Kamu kenapa si Tia?" Tanyaku lagi.

"Seriusan gpp Hanum" ucapnya sambil terkekeh.

"Yaudah aku duluan ya" ucapku.

Skip

Sesampai di rumah aku segera membawa barang belanjaanku ke dapur, dan kulihat Mas Hamzah sedang menonton Televisi.

"Assalamualaikum.. Mas" ucapku.

"Waalaikum salam"

Aku segera berjalan ke dapur menyusun sayur-sayuran ke kulkas.

Baru saja beranjak dari depan kulkas, kulihat sudah ada Mas Hamzah di meja makan dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kenapa Mas?" Tanyaku bingung.

"Gapapa" ucapnya lalu pergi kembali, aneh sekali.

Aku segera berjalan menuju kamar tapi bukan di atas kamar kami masih terpisah, entah sampai kapan Mas Hamzah seperti ini, rasamya rindu sekali dengan suasana seperti dulu.

Segera kurebahkan tubuhku di atas lembut springbad ini. Kupandang langit-langit kamar, rasanya melelahkan sekali.

Tiba-tiba handphoneku bergetar. Kulihat ternyata Tiara tumben sekali dia menelpon.

"Hallo.. waalaikumsalam"

"Jangan lupa ya besok acara graduations ya Hanum"

"Ohh.. Tiara" ucapku yang aku sendiri saja sudah lupa dengan acara kelulusanku.

"Oke deh, jangan lupa ajak tuh suaminya hehe"

"Pasti dong" jawabku dangan bingung.

Setelah selesai dengan obrolan Tiara aku beranjak dari kamar, aku segera berjalan menuju ke atas mencoba menemui Mas Hamzah.

Sesampai di depan pintu kamar, aku ingin mengetuk pintu tapi aku urungkan, aku takut mengganggunya dan membuatnya marah kembali.

Aku hanya berdiam diri didepan pintu dengan bingung. Aku kembali berjalan menuruni tangga, niatku yang ingin memberi tahu Mas Hazmah ada acara kelulusanku aku urungkan dulu.

Aku mendudukan tubuhku di sofa sambil menyalakan tv, tidak ada siaran yang seru aku hanya bingung bagaimana cara bilangnya, harus dengan perasaan senangkah atau sedihkan saat seperti ini.

Dan pada akhirnya aku tertidur di sofa.

-----

20:00

Makan malam kali ini semakin terasa dingin, Hanum sendiri bingung harus menyikapi suaminya seperti apa lagi.

"Hmm.. Mas?" Panggil Hanum dengan pelan sekali.

Hamzah yang mendengar itu seletika langsung memberhentikan kegiatan makannya dan melihat ke arah istrinya.

"Besok aku lulus Mas, dan besok acara gradutionsnya" ucap Hanum.

"Terus?" Seketika Hanum mendengar itu hanya menghela nafas, ternyata suaminya bersikap biasa saja.

"Ka.. kalo kamu besok sempet buat dateng.. dateng ajah ya mas, tapi kalo nggak bisa juga gak papa" ucap Hanum menjelaskan.

"Iya"

Dan Hanum hanya pasrah entah besok suaminya akan datang atau tidak di hari bahagiannya, dimana selama empat tahun dia sibuk dengan kegiatan belajarnya di tambah lagi dengan menjadi istri dan banyak masalah-masalah lainnya akhir-akhir ini yang membuat Hanum harus meningkatkan kesabarannya lagi.

-----
Tbc.
Jangan lupa votenya ya🙏
Makasih😊

Hanum & Hamzah | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang