Hari demi hari terlewati dengan penuh suka cita, tidak terasa usia kandungan Hanum sudah memasuki 2 bulan, kemarin setelah bertemu dengan dokter dan bilang bahwa kandungannya kuat dan sehat.
"Mas aku lagi buat kue" ucap Hanum saat melihat suaminya sedang mengambil air minum di kulkas, Hamzah hanya meliriknya saja tanpa berniat menanyakan kembali.
"Mas mau nyobain nggak?" Tanyanya lagi, Hamzah melihatnya sambil berfikir apa yang mau di cobain kuenya juga masih berbentuk adonan gitu, Hamzah lalu duduk di meja makan sambil melihat Hanum yang sibuk dengan adonannya di tambah lagi banyak tepung yang berceceran ke lantai.
"Kamu nggak boleh liatin aku gitu mas" ujar Hanum saat melihat suaminya sedang memperhatikannya.
"Emangnya salah liatin istri sendiri" ucap Hamzah.
"Ya boleh, tapi nanti kamu hmm" ucap Hanum sambil terkekeh, lalu menuangkan adonannya ke cetakan dan di masukan ke oven.
"Tapi apa?" Tanya Hamzah penasaran.
"Nanti kamu jatuh cinta" ucap Hanum lalu tertawa sangat keras sekali beda dengan Hamzah yang biasa saja tanpa ada ekspresi.
"Yaelah itu mah udah dari dulu kali" ujar Hamzah.
"Ihh.. nggak ada romatis-romantisnya, jawab apake sama sambil senyum gitu, muka tuh jangan datar-datar ajah" grutu Hanum lalu mengelap meja yang sempat berantkan.
"Kalau aku sambil senyum terus tambah ganteng, nanti malah kamu yang tambah jatuh cinta ya kan" ucap Hamzah sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat Hanum bergidik geli mendengar suaminya seperti itu.
"Iyain" ucap Hanum lalu duduk di samping Hamzah, dan hening mereka saling diam dan melamunkan apa yang ada di pikirannya.
"Hayooo!!! Mikirin apaan" ucap Hanum seketika. dengan nada suara yang mengageti suaminya.
"Mikirin kapan tukang gado-gado berubah menjadi tukang es cendol" ucap Hamzah asal.
"Emang bisa gitu Mas?" Tanya Hanum serius.
"Ya bisalah" ucap Hamzah santai dan anehnya kenapa istrinya percaya ajah gitu.
"Tukan es cendolnya sekarang di mana?" Tanya Hanum
"Ya nggak tahu" ucap Hamzah
"Aku pengen es cendol Mas, beliin ya" ucap Hanum yang ada di pikiran Hanum saat ini mendengar kata es cendol seketika jadi pengen.
Yaampun kenapa jadi ke es cendol gini si, salah sebut dimana coba nyari tukang es cendol pagi-pagi gini pikir Hamzah.
"Nanti siang ajah ya inikan masih pagi jadi belum buka" bujuk Hamzah.
"Ya Mas cari ajah di tukang gado-gado" ucap Hanum, membuat Hamzah geleng-geleng kepala pusing.
"Nanti ajah sekalian main ke rumah ibu kita cari es cendol juga" jelas Hamzah lagi.
"Yakan aku maunya sekarang" ucap Hanum lagi.
Ting
Suara oven berbunyi pertanda kue sudah matang, buru-buru Hanum mengangkatnya.
"Ayo mas beli" ucap Hanum lagi sambil memasukan kue ke dalam kulkas.
"Yaudah deh tunggu bentar ya" ucap Hamzah, baru saja Hamzah mengambil kunci motor tapi istrinya malah merengek pengen ikut.
"Ikut ya Mas"
"Kamu tunggu ajah ya, akukan mau naik motor biar lebih cepet"
"Yaudah aku ikut"
"Kamukan lagi hamil jangan naik motor dingin" jelas Hamzah
"Yaudah kalau gitu pake mobil ajah" ucap Hanum sambil tersenyum.
"Aku lagi males bawa mobil" ucap Hamzah.
"Yaudah aku ajah yang nyetir" ucap Hanum lagi, membuat Hamzah menepuk jidatnya.
"Yaudah kita pakai mobil kamu tunggu dulu ya, aku ambil kunci mobil dulu" ucap Hamzah lalu berlari ke arah kamar. Berapa menit kemudian Hamzah sudah kembali dengan jaket dan topi.
Saat di perjalanan Hamzah hanya diam beda dengan Hanum yang sedari tadi sibuk bercerita.
"Ko belum juga ada si tukang es cendolnya" keluh Hanum, dan Hamzah hanya yaiyalah belum ada inikan masih pagi siapa juga yang mau beli es pagi pagi
"Ya sabar" ucap Hamzah.
"Hey.. abang tukang baso
Mari mari sini aku mau beli" Dan Hanum malah nyanyi saat melihat tukang bakso. Membuat Hamzah tersenyum alias lucu ajah gitu."Aku bete Mas, lagian tukang es cendol kemana si biasanya juga suka lewat" grutu Hanum, lalu memainkan ponselnya.
"Ihh.. inikan masih jam 8 pagi ya gimana ada tukang es kalau masih pagi gini" ucap Hanum sambil melihat ke ponselnya.
"Ya tadikan aku udah bilang ini masih pagi masih pagi Hanum adhawiyatul Rahman" ucap Hamzah sambil di perjelas kata-katanya.
"Yakan kirain aku paginya tuh udah jam 10/11 gitu" bela Hanum yang tidak mau salah. Hamzah hanya diam saja tidak mau berdebat.
"Iya iya, yaudah sekarang maunya apa nih?" Tanya Hamzah.
"Pulang ajah" ucap Hanum sambil terkekeh.
"Oke deh"
"Kalau nggak habis ini kita langsung ke rumah ibu ajah" ujar Hanum.
"Nggak mau ah nanti ajah jam 10" ucap Hamzah.
"Hmm.. yaudah"
Skip
Sesampai di rumah Hamzah langsung tiduran di sofa sambil melihat siaran televisi, sedangkan Hanum kembali ke dapur dan melihat Bi Ani sedang membawa cucian bersih yang akan di jemur.
"Bibi udah nyucinya?" Tanya Hanum.
"Eh.. ibu iya bu udah, gimana ada nggak es cendolnya?" Tanya Bi ani.
"Ya nggak adalah Bi masih pagi" ucap Hanum sambil terkekeh. "Tanaman depan rumah belum di siram ya bi?" Tanyanya lagi
"Iya belum Bu" ucap Bia ani.
"Yaudah saya ajah yang nyiram" ucap Hanum lalu berjalan ke luar rumah.
"Mau kemana?" Tanya Hamzah saat melihat istrinya melewati ruang tv.
"Nyiram mantan" ujar Hanum asal.
"Kamu punya mantan?" Tanya Hamzah serius.
"Eh.. bukan ko Mas, maksudnya tanaman" ucap sambil tersenyum kikuk. Lalu melanjutkan langkahnya kembali ke depan rumah dan melihat Bibinya sedang menjemurkan pakaian.
"Bi selang air di mana si?" Tanya Hanum sambil mengedarkan pandangannya.
"Eh.. tar dulu Bu saya ambilkan" ucap Bibi berjalan ke arah samping rumah.
Lalu setelah itu Hanum menyiram tanaman sambil bersenandung sholawat menggambarkan betapa bahagianya dan taklupa ucapan syukur.
---
Hihi.. 😁
Jangan lupa vote dan comennya ya teman🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum & Hamzah | END
DuchoweKala berhadapan dengan hidup yang kadang biru, kadang kelabu, tak asing bagi kita untuk akhirnya berkutat pada angkasa. . . . . Ini cerita Hanum dan Hamzah yang di jodohkan.