Kondisi Abi saat ini belum juga membaik, sudah hampir seminggu kami bulak-balik Rumah Sakit. Beruntungnya Mas Hamzah masih perhatian kepada Abiku.
Tapi dari situ juga banyak perubahan, kami sudah jarang bertengkar, Mas Hamzah juga tidak terlalu dingin.
"Assalamualaikum Umi?" Ucapku saat berada di ruang tunggu kulihat Umi sedang duduk dengan pandangan kosong.
"Waalaikumsalam" ucap Umi dengan mengembangkan senyum hangatnya.
Wanita di hadapanku sangat hebat dia mampu menyembunyikan seribu luka nya padahal aku tahu di hatinya sedang menangis.
"Umi pulang ajah dulu, sekarang aku yang jagain" ucapku sambil mengusap pundak Umi.
"Yasudah Umi pulang ya" ucap Umi, aku segera menyalimi tangannya.
Setelah kepergian Umi, aku masih enggan bangun dari kursi kulihat orang-orang berlalu lalang.
Taklama ada yang memanggilku.
"Dengan keluarga Pak Aji Rahman"
Sontak aku langsung berdiri, dan menatap suster yang berada di hadapanku."Ya.. iya saya sendiri" ucapku gugup, seketika perasaan takut seakan menghampiri.
"Kenapa Sus?" Tanyaku."Itu Bu Pak Aji sudah siuman" ucapnya.
Alhamdulillah Ya Allah
"Beneran Sus?" Tanyaku lagi, sambil berjalan ke arah ruanganya.
Saat membuka pintu benar saja kulihat pemandangan yang lebih baik dari hari kemarin, Abi menampilkan senyum hangatnya yang sudah beberapa hari ini aku rindukan.
"Abi" ucapku lirih sambil memeluknya tak terasa air matapun ikut menetes.
"Hey.. putri kecil Abi" ucap Abi sambil mengelus hijabku, panggilan yang selalu kurindukan.
"Abi mau makan, minum, atau apa?" Tanyaku.
"Nanti ajah" ucap Abi dengan pelan sekali.
Setelah mengobrol singkat dengan Abi aku menuju ke kantin untuk mengisi perut laparku.
Sambil menunggu pesanan aku segera mengabari Umi kalau Abi sudah sadar.
Tapi ada seserang yang duduk di hadapanku dan kulihat ternyata Mas Hamzah."Eh Waalaikumsalam Mas" ucapku terkejut lalu menyalimi tanganya.
"Ko Mas udah pulang?" Tanyaku sambil melihat kearah jam tanganku yang menunjukan pukul 16:30
"Udah waktunya jam pulang mbak" ucapnya dengan senyuman yang MasyaAllah aku baru melihatnya lagi.
"Mau aku pesenin makanan?" Tanyaku dan dia hanya menggeleng, tatapan tidak pernah lepas kepadaku.
"Mas jangan gitu dong liatinnya" ucapku.
"Suka-suka aku dong" serasa ingin terbang dengan ucapannya.
"Ish.. jangan gitu juga, aku malah salting nih" ucapku sambil menutup mukaku dengan kedua tangan.
"Masa sama suami sendiri salting" ucapnya sambil terkekeh.
"Oh iya mas, Alhamdulillah udah siuman" ucapku dengan raut wajah bahagia sekali, sampai-sampai air mata ini ikut menetes.
Mas Hamzah memelukku ya Allah, aku rindu pelukan hangatnya, aku rindu Mas Hamzah yang bisa berbagi kesedihanku padanya.
Setelah beberapa menit aku sudah cukup reda, aku baru sadar ternyata ini di kanti Asstagfirullah malunya. Pasti banyak yang lihat deh.
Aku lihat raut muka Mas Hamzah yang biasa saja, apakan di tidak malu?
"Mas?"
"Hmm" gumamnya.
"Aku malu masa" ucapku sambil terkekeh.
"Apa yang harus di maluin, di rumah sakit itu wajar orang yang suka nangis"
Aku hanya mengiyakan, tak lama pesanan yang tadi kupesan sudah datang.
Aku segera menyuruh Mas Hamzah makan.-----
Saat ini aku dan Mas Hamzah sedang di rumah. Umi menyuruhku untuk pulang dulu istirahat, aku mengiyakan karena Abi juga udah siuman."Mas?" Panggilku saat melihat Mas Hamzah yang masih saja sibuk dengan laptopnya, padahal waktu sudah pukul sembilan malam.
"Mas" panggilku lagi.
"Apa?" Tanyanya yang matanya saja tetap pokus ke laptopnya.
"Jangan terlalu malam ngerjain kerjaanya, aku tidur duluan ya" ucapku sambil menarik selimut.
"Siap Humaira" ucapnya, rindu sekali rasanya Mas Hamzah kembali memanggil dengan sebutan itu lagi.
"Eh udah wudhu belum?" Tanyanya.
"Udah"
Setelah itu aku segera memejamkan mata, dan berdoa semoga esok hari Abi lebih baik lagi kondisinya.
04:30
Aku merasakan ada tepukan hangat di pipiku.
"Ra bangung.. Humaira bangun" panggilnya dengan lembut.Aku segera mengerjapkan mata, dan kulihat Mas Hamzah berada di hadapanku.
"Bangun udah subuh" ucapnya lalu beranjak dari hadapanku."Jam berapa" tanyaku dengan suara kahas orang bangun tidur.
"Setengah lima, aku mau ke masjid" ucapnya.
Membuatku terlonjat kaget.
"Seriusan?" Tanyaku."Hmm"
"Ko Mas nggak bangunin aku buat sholat malam" ucapku.
"Aku liat kamu cape banget apa lagi hari-hari kemarin bulak-balik rumah sakit terus" jelasnya.
"Ish.. kamu harusnya jangan kaya gitu" ucapku.
"Ya maaf.. yaudah nggak akan di ulangin lagi, Mas ke masjid ya" pamitnya.
Aku segera menyalimi tangannya.
Selesai melaksanakan kewajiban, aku segera bersiap-siap untuk ke rumah sakit lagi.
Mas Hamzah yang baru saja pulang dari masjid, langsung siap-siap juga untuk mengantarku ke rumah sakit.
"Sarapannya di luar ajah?" Tanya Mas Hamzah, sambil memakai sepatu.
"Iya, gapapakan?" Tanyaku balik.
"Ya gapapa si" ucapnya, lalu berjalan keluar kamar.
"Mas nunggu di mobil" ucapnya lagi.
Saat ini aku dan Mas Hamzah sedang di perjalanan, aku melihat ke arah jendela suasana pagi ini di hiasi dengan awan yang gelap dan rintik hujan yang mulai berjatuhan.
"Hmm hujan" ucapku.
Mas Hamzah melihat ke arahku.
"Memangnya kenapa?""Nggak papa" ucapku sambil terkekeh.
Dan tidak ada perbincangan lagi setelah itu kami pokus kepada pikiran masing-masing.
----
Sesampai di rumah sakit, aku dan Mas Hamzah segera ke ruangan Abi. Kulihat Umi yang sedang beres-beres barang.
"Asslamuallaikum.." ucapku berbarengan dan Umi langsung menjawab salam.
"Loh kenapa di beresi mi?" Ucap Mas Hamzah.
"Eh ini mau Umi bawa pulang, selimut-selimut kotor" jelas Umi.
"Yaudah Umi pulang ya, nanti salamin buat Abi kalaua Abi udah bangun"
"Hamzah antar ya Mi?" Tawar Mas Hamzah.
"Nggak usah nak Umi udah di jemput supir, kamu berangkat kerja ajah" ucap Umi dengan lembut.
Setelah itu aku mengantar Umi ke depan.
"Umi.. sabar ya" ucapku sambil menggandeng tangannya."Kamu juga" ucap Umi dengan senyum yang selalu kurindukan.
----
Tbc.
Alhamdulillah.. akhirnya bisa publis juga😊
Jangan lupa vote and comennya ya🙏
![](https://img.wattpad.com/cover/180652203-288-k161986.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum & Hamzah | END
SpiritualKala berhadapan dengan hidup yang kadang biru, kadang kelabu, tak asing bagi kita untuk akhirnya berkutat pada angkasa. . . . . Ini cerita Hanum dan Hamzah yang di jodohkan.