25. Aku Gagal

3.2K 112 3
                                    

Hanum mencengkram baju yang di pakai Hamzah sambil menangis dan menahan sakit.
"Bisa lebih cepet nggak si?" Tanya Hamzah yang sudah kesal.

"Sabar bro sabar, ini jalanannya sedikit macet" ucap Rifki berusaha tenang.

Hamzah sudah dari tadi melihat darah keluar dari gamis yang Hanum pakai.
"Tahan Humaira sabar" ucap Hamzah mengusap kepala Hanum dengan tenang, padahal hatinya sendiri sedang bergemuruh ketakutan.

Sesampai di Rumah Sakit Hamzah segera membawa Hanum ke igd lalu segera di tangani oleh beberapa dokter Hamzah menunggu di luar sabil bolak-balik.
"Hamzah duduk ajah dulu" ucap Rifki yang pusing melihat sahabatnya bulak-balik.

"Lu kaya nggak tau ajah kalau orang khawatir gimana" ucap Hamzah.

Setelah itu keluarga dari Hanum seperti Umi dan Abinya di tambah juga Tiara yang masih mendampingi Umi dari sahabatnya.

"Gimana nak Hamzah?" Tanya Umi khawatir.

"Belum tau mi" ucap Hamzah, lalu ada tangan yang mengusap pundak Hamzah, Hamzah melihat ternyata Abi.. segera Hamzah memeluk Abi Hanum.

Setelah itu dokter dan suster keluar, segera Hamzah mendekat.
"Keluarga dari pasien ibu Hanum?" Tanya Dokter.

"Saya saya suaminya"

"Maaf ya pak, janin yang ada di dalam kandungan istri bapak tidak bisa di selamatkan, sedangkan keadaan pasien saat ini masih lemah" jelas Dokter lalu pergi di ikuti dengan perawat.

Bagaikan ribuan jarum menusuk hati Hamzah, calon anaknya yang sudah di nanti nanti bertahun-tahun tidak bisa di selamatkan.
Hamzah memukul-mukul dinding rumah sakit segera Rifki menahannya.

"Istigfar.. bro" ucap Rifki menahan tangan Hamzah.

Sedangkan Umi menangis di pelukan Tiara, beda dengan Abi Hanum yang langsung pamit pergi ke mushola. Hamzah segera masuk keruangan tempat dimana istrinya di rawat.

Hamzah melihat istrinya yang terbaring lemah, punggung tangannya yang tertancap jarum infus, di tambah selang okygen, dan bibir nya yang pucat pasih.
Hamzah mendekatkan dirinya lalu mencium tangan istrinya sambil menangis. Setelah itu Hamzah langsung pamit keluar dan pergi.

Saat ini Umi yang sedang menemani putrinya. Sambil mengusap-usap kepalanya. Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan mama dan papa Hamzah.

"Bagaimana keadaan Hanum bu?" Tanya Mama dengan pelan. Sedangkan Umi hanya menggelengkan kepalanya. Lalu Mama Hamzah memeluk Umi Hanum sambil menumpahkan rasa sedihnya bersamaan.

Di lain tempat saat ini Tiara masih duduk di ruang tunggu bersama Rifki yang saling diam.
"Hmm.. nanti kalau Hamzah atau mamanya Hamzah nanyain gua, bilang ajah gua pulang dulu bentar" ucap Rifki memecahkan keheningan, sebenarnya Rifki tidak kenal yang duduk di sampingnya ini siapa, tapi Rifki tau kalau yang disampingnya ini kerabat dekatnya Hanum.

"Iya"

Setelah itu Rifki berjalan keluar rumah sakit.

----
Hanum pov
17:00

Saat aku membuka mata aku melihat ruangan yang sepertinya bukan di rumah, ruangan yang serba putih bau obat-obatan yang tercium, aku melihat ke arah tangan kiriku yang tertancap jarum infus, lalu aku mengedarkan pandangan ke arah sofa aku melihat Tiara sedang tertidur,
Aku mengusap perutku yang masih terasa nyeri.

Ceklek
Seseorang masuk dan kulihat ternyara Umi.
"Hey sayang udah bangun?" Tanya Umi kaget aku hanya menganggukan kepalaku.

"Umi, kandungan aku nggak papakan?" Tanyaku lirih. Yang kulihat Umi hanya diam dengan tatapan sendunya.

"Umi?" Panggilku lagi.

"Eh.. iya sayang, hmm" Umi terlihat bingung lalu meneteskan air matanya, entah kenapa kerisauan langsung terasa di hatiku.

"Aku keguguran ya Um?" Tanyaku dengan pelan dan Umi mengangguk sambil menutup mulutnya lalu berjalan keluar.

Astagfirullah.. Allah

Hatiku bagaikan tertimpa kenyataan yang menyakitkan. Tangisku pecah.
"Han.. Hanum" panggil Tiara lalu memeleluku.

"Ini nggak mungkinkan Tia" isakku.

"Kita harus bisa ikhlas Hanum" ucapnya sambil mengusap bahuku.

Aku hanya diam, apa Mas Hamzah sudah tau soal ini? Apa dia kecewa denganku? Apa dia akan marah? Sekarang kemana Mas Hamzah, aku belum melihatnya dari aku bangun.

Aku hanya diam sambil melihat ke arah tv tapi  pikiranku kosong, setengah jam yang lalu Tiara sudah pamit ijin pulang, dan sekarang aku bersama Umi. Aku menanyakan Mas Hamzah kemana? Tetapi Umi bilang sedang ada urusan kali.

Ceklek

Pintu terbuka aku kira Mas Hamzah ternyata Mama, mama langsung memelukku dengan raut wajah yang sedih. Aku telah menghilangkan kebahagiaan mereka, aku kembali menangis.
"Mah maafin Hanum, Hanum nggak bi-" ucapanku terhenti karena Mama.

"Nggak papa sayang, wajar ko" ucap Mama lalu melepas pelukannya. "Kamu udah makan?" Tanya mama lagi, aku hanya menggelengkan kepalaku.

"Makan dulu ya Mama suapin" ucap Mama.

"Aku mau mas Hamzah" ucapku lirih.

"Hmm.. Hamzahnya lagi menenangkan diri dulu" ucap Mama lalu mengusap pundakku.

Lalu aku kembali merebahkan tubuhku. Air mata itu kembali tumpah. Aku gagal menjadi seorang ibu.

-----

Pagi ini perawat sedang mencabut infusku, tandanya aku sudah boleh pulang, sudah tiga hari aku di rawat di rumah sakit tapi tidak sekalipun Mas Hamzah menjengukku. Aku tau dia kecewa.

"Sudah ya bu, nanti ibu boleh ambil obatnya di depan" ucap perawat setelah itu pergi.

Aku hanya diam lalu melihat ke arah tas yang sudah rapi berisi pakaian kotor, semalam Umi yang membereskan semuanya dan Umi bilang pagi ini aku akan di jemput sama mamanya Mas Hamzah. Lalu aku kembali merebahkan tubuhku. Melihat ke arah jam dinding pukul 09:30.

Ceklek..

Aku melihat ke arah pintu aku pikir Mama, nyatanya Mas Hamzah yang 3 hari ini aku rindui.

"Mas?" Lirihku, sambil mau mencium tangannya tapi mas Hamzah malah mengambil tas.

"Sudah beres, kita pulang sekarang" ucapnya lalu berjalan terlebih dulu aku mengikutinya dari belakang, rasanya saat ini air mataku ingin tumpah, aku ingin memeluknya, sambil bercerita betapa gagalnya aku yang akan menjadi seorang ibu.

Tapi bibir ini terasa kelu, Mas Hamzah saja tidak berkenan untuk menjawab sapaku dan salamanku, sebegitu marahnya kah dia?

------
Tbc

Assalamualaikum.. teman-teman maaf ya updatenya lama🙏
Semoga kalian suka, jangan lupa votenya dan follow wp aku ya😁

27-januari-2020












Hanum & Hamzah | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang