Semesta menyatukannya kembali dengan caranya sendiri
----
Setelah kejadian beberapa malam lalu, yang di mana Hamzah mengungkapkan bahwa tidak akan meninggalkan dirinya, rasa cemas pun sudah tidak menggelayut lagi di hatinya, segala pikiran buruk sudah menghilang entah kemana.
Yang sekarang ada di pikiran Hanum, bagaimana menghilangkan rasa canggung bersama suaminya.
Meskipun Hamzah sudah bersikap baik padanya tapi kadang keadaan suka tiba-tiba berubah dingin.Tiba-tiba ada sebuah tangan yang memegang pundak Hanum, siapa lagi kalau bukan Hamzah yang mengagetinya.
"Nyapu ko melamun" ucap Hamzah memecahkan keheningan."Eh.. Mas udah mau berangkat kerja?" Tanya Hanum bingung.
"Aku berangkat ya" setelah Hanum menyalimi tangan suaminya.
"Kamu nggak mau ke kantor nganter makan siang?" Tanya Hamzah."Hmm.. emang boleh?"
"Kenapa nggak boleh? Ya bolehlah" ucap Hamzah sambil mengusap kepala Hanum dengan gemas.
"Nanti siang aku ke kantor Mas berati ya"
"Yaudah aku berangkat dulu"
Setelah mobil Hamzah pergih meninggalkan pekarangan rumahnya, Hanum kembali dengan aktifitas seperti biasanya.
-----
Hamzah povYa menurun kan ego itu sangat penting, aku sudah terlalu banyak membuat Hanum menangis, ketakutan, kecewa.
Entah aku harus bersikap apa ke pada Hanum setelah kejadian beberapa bulan lalu, sulit sekali rasanya menerima kenyataan.Melihat nya hari ini dengan rasa yang masih canggung, bingung, lucu sekali melihat wajahnya yang menggemaskan. Dia selalu bertanya terus menerus memangnya boleh mas sebegitu hati-hatinya dia kepada perasaan ku.
Tapi mendengarnya selalu minta maaf di ikuti dengan tangisnya yang gemetar, membuatku menyesal sekali karna dengan itu sekarang ia seakan takut denganku.
Aku gagal menjadi suami yang baik, egoku selalu meninggi, sulit sekali mengontrol emosi.
Hari ini aku akan berangkat kerja seperti biasa, tapi dengan perasaan yang berbeda, ya Hanum yang sudah membuat suasana hatiku seakan membaik. Apa lagi nanti dia akan ke kantorku mengantarkan makan siang, sudah lama sekali dia tidak pernah ke kantor.
"Widih senyum nya beda banget nih si bos" sapa Rifki yang bertemu di lobi.
"Apaan si lu"
"Cerita dong biasanya kan lu dingin, tatapan lu tajem banget, sekarang lu beda banget?"
Aku hanya melirik temanku yang gila ini, lalu melanjutkan langkahku kembali.
"Mau ke kantin nggak?" Tanya Rifki lagi.
"Gua kan udah sarapan di rumah di masakin istri tercinta" ucapku dengan kekehan.
"Oh iya lu kan punya bini, gua kira lu udah jadi duda muda" ledek Rifki.
"Heh sembarangan lu"
Sesampai di ruangan aku segera mencari laci, yang dimana saat itu pernah menyimpan figura Hanum. Aku mengambilnya kembali ku tiup foto itu agar tidak berdebu.
Segera kupajang kembali di meja kerjaku.Sebegitu kesalnya aku waktu itu sampai figura Hanum pun aku simpan di laci.
-----
Saat ini Hanum sudah berada di kantor suaminya, dia sedang menunggu karena katanya Mas Hamzah sedang meeting
"Humaira?" Panggil Hamzah, panggilan yang selalu Hanum rindukan dan hari ini dia memanggilnya kembali dengan sebutan itu.
Hanum segera mencium punggung tangan suaminya, "aku udah bawain makan siang" sambil memberi tahu rantang yang ada di genggamannya.
Setelah itu Hamzah mengajak istrinya ke ruangannya
"Kamu udah dari tadi nunggu" tanyanyaHanum segera menyiapkan makan siangnya itu. "Nggak aku baru dateng, nunggu sebentar ajah" jelas Hanum.
Lalu Hanum segera menyiapkan makanan yang sudah ia bawa, "kamu nggak ikut makan?"
"Aku tadi sebelum berangkat ke sini sudah makan duluan di rumah mas" jelas Hanum.
Lalu keheningan kembali tercipta di antara mereka berdua, mulai dari Hanum yang sibuk menatap layar benda pipih tersebut, dan Hamzah yang menikmati makannya dengan diam
Tiba-tiba Rifki masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, hal itu membuat Hamzah sedikit kesal kenapa teman ku seperti ini Ya Allah
"Hehe maaf ganggu, di kira cuma ada Hamzah ajah" ucap Rifki sambil mengusap kepalanya bingung.
"Lu bisa nggak si ketuk pintu dulu" tanya Hamzah yang langsung mengakhiri makan siangnya.
"Itu gua lupa, kirain nggak ada bini lu, hai Hanum apa kabar?" sapa Rifki.
"Alhamdulillah baik" jawab Hanum pelan sambil membereskan makan siang suaminya.
Hamzah segera menarik Rifki untuk keluar dari ruangannya, "lu bisa nggak si sopan dikit sama gua" pinta Hamzah dengan raut wajah yang mulai kesal.
"Iya bos bisa, tapi tadi beneran gua nggak tau kalo ada bini lu, kan biasanya nggak ada"
"Udah sana"
"Gua kan seperti biasa mau ajak lu makan siang bareng" lanjut Rifki lagi.
"Udah gua ga ikut, gua udah makan" ucap Hamzah.
"Cieee.. udah baikan uhuy" ledeknya sebelum pergi dengan ketawa jailnya.
Saat Hamzah masuk kembali keruangan, istriny ternyata sudah rapi dan mau pulang.
"Kamu tadi bawa mobil sendiri?" Tanya Hamzah."Iya mas, aku pulang ya" pamitnya lalu mencium punggung tangan Hamzah.
"Aku antar sampai depan ya"
Lalu Hamzah segera menggandeng tangan istrinya di sepanjang jalan menuju keluar, banyak sepasang mata pegawai yang melihat Hanum dan Hamzah beriringan, mungkin berbisik juga membicarakan dirinya.
Sesampai di parkiran Hamzah langsung memeluknya dan mencium puncak kepalanya, "kamu hati-hati ya bawa mobilnya, kalau sudah sampai rumah kabarin, jangan ngebut-ngebut Humaira" ucapnya.
Hanum hanya menatap suaminya dengan tatapan sendu, perhatian kecil seperti ini yang Hanum rindukan, sudah lama sekali Hamzah tidak seperti itu.
"Jangan nangis, cukup" ucap Hamzah mengusap air mata Hanum.
Hanum tersenyum tipis, segera Hanum masuk kedalam mobil, "Mas terimakasih" ucapnya lalu menutup kaca mobil.
----
Tbc.
Gimana?☺️
![](https://img.wattpad.com/cover/180652203-288-k161986.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum & Hamzah | END
روحانياتKala berhadapan dengan hidup yang kadang biru, kadang kelabu, tak asing bagi kita untuk akhirnya berkutat pada angkasa. . . . . Ini cerita Hanum dan Hamzah yang di jodohkan.