Saat ini yang Hanum lakukan menunggu suaminya pulang, sambil menikmati acara televisi dan beberapa cemilan karena akhir-akhir ini ia sering lapar.
20:30
Saat melirik jam dinding waktu sudah semakin malam tetapi suaminya belum juga pulang, Hanum segera mengambil handphone dan menghunbungi Hamzah dan ternyata hanphone Hamzah sedang tidak aktif. Membuat Hanum semakin cemas takut terjadi sesuatu pada suaminya.
Saat Hanum menaiki tangga menuju kamarnya tiba-tiba pintu terbuka menampilkan suaminya yang di tunggu sedari tadi, tanpaknya Hamzah tidak melihat Hanum yang masih berdiri di tangga, Hanum segera menyamperi Hamzah yang duduk di ruang tv.
"Mas?" Panggil Hanum
"Ehh.. iya" ucap Hamzah kaget.
Lalu Hanum mencium tangan Hamzah dan duduk di sampingnya."Udah makan?" Tanya Hanum
"Belum"
"Yaudah mandi dulu nanti aku hangatkan kembali makanannya" ucap Hanum lalu berjalan ke arah dapur, dan Hamzah hanya memijat keningnya lalu berjalan ke kamar.
Setelah selesai bersih-bersih Hamzah turun dan menyusul istrinya yang sedang berada di dapur.
"Aku minta maaf tadi handphone aku habis batrai" ucap Hamzah sambil duduk di meja makan."Iya gpp" ucap Hanum lalu menyendokan makanan untuk Hamzah.
"Kamu udah makan?" Tanya Hamzah saat melihat istrinya yang hanya menemaninya makan.
"Udah tadi, habisnya Mas lama yaudah aku makan duluan" ucap Hanum sambil menyenderkan kepalanya di meja.
"Yaudah gakpapa, lagian juga sekarangkan kamu lagi hamil ya harus makan teruslah" ucap Hamzah lalu melanjutkan kembali makannya.
Setelah makan Hanum segera membereskan meja makan, setelah itu mereka memasuki kamar dan Hanum langsung merebahkan tubuhnya yang akhir-akhir ini gampang lelah dan ngantuk.
Sedangkan Hamzah hanya bersender di kepala ranjang sambil membuka laptopnya."Ohh iya Mas tadi pas sepulang antar makan siang kamu aku ketemu mbak Wulan di depan kantor kamu" ucap Hanum menceritakan kejadian tadi.
"Iya.. tadi Wulan ada keperluan sama aku" ucap Hamzah yang tetap pokus pada laptopnya, sebenarnya Hanum ingin bertanya keperluan apa tapi tidak enak dan yang Hanum pikirkan harus positif. Lalu Hanum memjamkan matanya seraya ingin memasuki mimpi indahnya.
----
Hanum povPagi ini aku sedang menyiram bunga depan rumah, dan Mas Hamzah masih saja sibuk dengan acara televisinya tidak takut telat ke kantor apa.
Aku segera memasuki rumah menuju ruang tv dan benar saja Mas Hamzah masih asik dengan acara tv nya.
"Mas?" Ucapku sambil menepuk bahunya."Apa hmm"
"Nanti telat loh berangkat ke kantornya" ucapku lalu duduk di sampingnya.
"Santai ajah kali Mbak, kan aku bossnya" ucap Mas Hamzah sambil terkekeh.
"Yaelah Bang mentang-mentang bos sombong amat" ucapku sambil terkekeh.
"Iya dong" ucap Mas Hamzah dengan sombongnya.
Setelah berbincang singkat aku segera berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas melihat belanjaan apa saja yang sudah habis biar nanti aku belanja. Dan benar saja saat melihat kulkas ada banyak sayuran sudah habis.
Aku melangkahkan kembali kakiku ke ruang tv dan ternyata Mas Hamzah sudah tidak ada di sana, ku lanjutkan kembali ke arah kamar baru saja ku buka pintu kamar terdengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, segera kusiapkan bajunya. Setelah itu aku kembali turun dan kurebahkan badanku di sofa sambil menyetel siaran tv yang kusuka.
Mas Hamzahpun sudah rapi dengan setelan jasnya yang sudah siap akan berangkat ke kantor.
"Mas?" Panggilku dan mas Hamzah masih sibuk dengan ponselnya."Mas?" Panggilku lagi.
"Hmm?"
"Nanti aku ada jadwal periksa kandungan" ucap Hanum.
"Jam berapa?"
"Jam 10, mas bisa nggak antar aku?"
"Nanti Mas jemput ya" ucap Mas Hamzah dan rasanya senang sekali. "Yaudah Mas berangkat ya" ucap Mas Hamzah lagi, lalu kucium tangannya dan seperti biasa aku antar sampai depan rumah.
Setelah Mas Hamzah pergi aku segera berjalan ke dapur dan melihat Bibi Ani yang sibuk membersihkan dapur.
"Bi..?" Panggilku Bi Anipun langsung melihat ke arahku. "Kenapa bu?" Tanyanya."Ehh nggapapa ko" ucapku sambil terkekeh lalu membuka kulkas dan mengambil buah apel saat sedang duduk di meja makan sambil berbincang-bincang dengan bi Ani tiba-tiba suara bel rumah berbunyi, segeraku berjalan dan membukakan pintu.
"Waalaikumsalam.." ucapku dan ternyata Mamanya Mas Hamzah."Mama.. sama siapa?" Tanyaku sambil berjalan ke ruang tamu.
"Biasa naik taxi, ohh iya gimana sama kandungan kamu?" Tanya Mama.
"Alhamdulillah baik-baik ajah, tapi nanti aku sama Mas Hamzah mau periksa kandungan lagi" ucapku menjelaskan dan Mama seakan tersenyum dengan bahagia sekali.
"Mamah ikut ya?"
"Iya mah boleh ko"
"Memangnya jam berapa" tanya Mama sambil membuka ponselnya.
"Jam 10 mah"
"Oke, kamu udah sarapan?" Tanya Mama lagi.
"Udah ko mah" ucapku.
---
Sesampai di Rumah Sakit Hanum, Hamzah dan Mamanya sedang menunggu antrian, Hanum melihat beberapa ibu Hamil yang sudah terlihat besar perutnya dan tidak lupa dengan suaminya yang selalu setia menemani. Hanum bersyukur suaminya masih bisa menyempatkan waktu untuk menemaninya ke dokter kandungan.
"Mas?" Panggil Hanum kepada Hamzah yang duduk si sampingnua sambil memainkan handphonenya.
"Iya kenapa?" Tanya Hamzah sambil menatap Hanum.
"Eh.. nggakpapa" ucap Hanum bingung.
"Lama banget si pegel banget nih duduk terus" gerutu mama sambil berdiri dari dudukunya.
"Sabar ma" ucap Hamzah sambil terkekeh melihat mamanya yang tidak bisa sabar.
"Habisnya la-" ucapan mama terpotong oleh perawat yang memanggil nama Hanum.
"Ibu Hanum Adawiyatul Rahman" panggil perawat."Tuh mah makannya sabar" ledek Hamzah sambil berjalan masuk ke ruangan. Mama Hamzah hanya mengikuti masuk kedalam.
Beberapa menit kemudian Hanum sudah selesai di Usg dan mendengar penjelasan dokter kandungan Hanum sudah memasuki 20 minggu, dan kandungannya sehat, ucapan rasa syukur tak pernah berhenti dari Hanum dan Hamzah. Di tambah lagi mama Hamzah yang sibuk menanyakan pantrangan apa saja untuk Hanum apa lagi ini Hamil pertamanya.
Setelah keluar dari ruang dokter, Hanum dan mama kembali pulang ke rumah sedangkan Hamzah kembali ke kantor karena ada beberapa kerjaan yang belum beres.
---
Tbc.
Jangan lupa voten dan comennya ya teman🙏Jum'at, 13 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum & Hamzah | END
SpiritualKala berhadapan dengan hidup yang kadang biru, kadang kelabu, tak asing bagi kita untuk akhirnya berkutat pada angkasa. . . . . Ini cerita Hanum dan Hamzah yang di jodohkan.