Malam ini aku menunggu Mas Hamzah pulang dati kantor, aku melirik ke arah jam dinding sudah menunjukan pukul sembilan malam.
Seperti hari sebelumnya Mas Hamzah akan lebih larut pulangnya. Baru saja aku menyenderkan badanku di sofa, terdengar suara mobil masuk kepekarangan rumah segera aku bangun dari duduku lalu berjalan ke arah pintu.
Baru saja aku membuka pintu, aku sedah melihat Mas Hamzah di hadapanku segera kusalimi.
"Hm.. Mas?""Apa?"
"Aku udah buat makan malam" ucapku, sebenernya makanan ini udah aku buat dari sore.
"Aku tadi sebelum pulang udah makan" ucapnya yang membuat hatiku sedikit teriris.
"Yaudah deh kamu istirahat ajah" ucapku akhirnya, karena mau gimana lagi.
Setelah melihat Mas Hamzah menaiki tangga satu persatu menuju kamar, aku segera ke kamar yang di bawah ya kami masih pisah kamar.
Aku tahu rumah tanggaku sudah tidak baik-baik saja, tapi aku tetap berusaha untuk menjaganya. Mulai dari mencairkan suasana keadaan saat berhadapan dengan Mas Hamzah.
Aku mendudukan tubuhku ke kasur sambil menyederkannya. Ada niat yang rasanya ingin pulang ke rumah Umi dan Abi, tapi aku takut nantinya rumah tanggaku malah semakin rumit.
Tetapi seperti ini terus rasanya ingin memeluk seseorang menceritakan semuanya. Aku nggak bisa terus-terusan ngejalanin ini sendiri.
Aku ingin sekali menanyakannya lagi ke Mas Hamzah tapi aku takut seperti dulu yang ada kami malah bertengkar. Aku takut dengan marahnya.
Baru saja aku ingin memejamkan mata, aku mendengar suara pintu kamarku di ketuk. Dan aku segera bangkit dan membukakan pintu.
Ada apa dengan Mas Hamzah yang saat ini berada di hadapanku.
"Kenapa Mas?" Tanyaku saat membuka pintu."Kita ke rumah sakit sekarang" ucapnya setelah itu pergi, aku bingung siapa yang sakit sampai malam-malam gini harus menjenguknya.
Setelah itu aku siap-siap dengan gamis polos dan hijab langsung. Lalu segera keluar dari kamar dan menuju ruang tamu dan Mas Hamzah ternyata sudah siap.
Saat di perjalanan tak ada satu patah kata yang keluar dari mulutnya, aku semakin bingung dengan keheningan ini.
"Emang siapa yang sakit Mas?" Tanyaku memecahkan keheningan.
Dia tidak menjawab hanya menatapku sebentar lalu pokus lagi ke arah jalan.
Sesampai di rumah sakit. Mas Hamzah melangkahkan kaki dengan terburu-buru sekali, aku mengejarnya sesampai di depan ruangan ternyata ruang ICU aku lihat juga di ruang tunggu sudah ada Umi, ini apa yang terjadi si.
"Assalamualaikum.. Umi" ucapku lalu Umi menjawabnya dengan lirih setelah itu Umi memeluku.
"Umi siapa yang sakit?" Tanyaku, karena Mas Hamzah sudah tidak ada di sampingku kemana perginya.
"Abimu" ucap Umi
Hatiku serasa bergetar,
"Abi.. abi kenapa?" Tanyaku lagi.
"Abi terkena serangan jantung dan sekarang koma" ucap lalu menangis di pelukanku.
Seketika air mata ini menetes dengan cepatnya. Aku berusaha menguatkan Umi.
"Aku mau lihat Abi mi" ucapku."Yasudah silahkan Umi nunggu di sini"
Aku segera masuk keruangan, baru saja masuk sudah terdengar suara monitor yang menyaring sekali.
Ku lihat Abi sudah berbaring dengan banyak alat yang menempel di tubuhnya,
Ya allah Abi aku memeluknya tangisku tumpah.Laki-laki hebat dan cinta pertamaku kini terbaring lemah. Aku tidak tega melihatnya seperti ini.
Aku nggak boleh lemah seperti ini di luar masih ada Umi jangan sampai Umi melihatku semakin bersedih. Aku segera keluar ruangan dan kulihat Umi sedang mengobrol dengan Mas hamzah.
Aku menghampirinya berusaha untuk tersenyum.
"Umi.. Umi istirahat ajah di rumah, Abi aku yang jagain" ucapku saat duduk di samping Umi."Nggak Umi di sini ajah"
"Umi harus istirahat, nanti di antar sama Mas Hamzah" ucapku membujuk Umi, dan akhirnya Umi mau.
Setelah Umi pergi, aku segera ke toilet untuk berwudhu. Aku mengaji tepat di samping Abi tak lama buih-buih air mata ini kembali menetes.
Selesai mengaji, aku mencoba beberapa kali beristigfar lalu menyenderkan kepalaku di sampin tempat tidur Abi sambil mengenggam tangan Abi yang sudah rapuh sekali.
-----
Aku merasakan ada yang mengusap kepalaku, aku segera membuka mata perlahan dan kulihat Mas Hamzah.
"Udah subuh, ke mushola yuk" ucapnya mengajaku, baru kali Mas Hamzah mulai berbicara lagi kepadaku.
Aku segera bangkit dari duduku, ternyata semalam aku tidur dengan keadaan duduk pantas saja bandanku terasa pegal.
Kulihat Mas Hamzah sudah akan keluar dari ruangan, "Mas?" Panggilku dan Mas Hamzah melihat kearahku. "Nanti Abi siapa yang jaga?" Tanyaku.
"Ada perawat" ucapnya, lalu aku menyusul dan berjalan di belakangnya.
Rasanya canggung sekali seperti awal ketemu.
Selesai melaksanakan kewajiban, aku duduk dulu di teras Mushola.
"Ayo" ajak Mas Hamzah saat baru keluar.Aku segera berjalan di samping Mas Hamzah.
"Cari sarapan dulu ya?" Tanyanya, Alhamdulillah Ya Allah Mas Hamzah seakan berubah meskipun masih sedikit dingin."Gimana?" Tanyanya lagi membuyarkan lamunanku.
"Oh.. iya iya" ucapku.
"Mau sarapan apa?" Tanyanya lagi.
"Apa ajah"
Aku melangkahkan kakiku bersama Mas Hamzah keluar rumah sakit rumah sakit dan berjalan di sekitaran jalan mencari sarapan, dan yang di temui bubur kacang ijo.
"Nanti habis ini kamu langsung pulang ajah, biar Abi aku yang jaga" ucapnya di sela-sela makan.
"Nanti kerjaan kamu gimana?" Tanyaku.
Dan tidak di jawab seperti biasa.
Selesai membayar sarapan aku segera kembali ke rumah sakit, sesekali aku meihat Mas Hamzah yang sedang jalab di sampingku.
"Kenapa?" Tanyanya, aduh aku ketauan."Nggak papa" ucapku sambil menahan senyum.
Baru saja masuk ke ruangan ternyata sudah ada Umi, "Umi sama siapa ke sini?" Tanyaku.
"Oh itu Umi di antar supir" ucap Umi.
"Sekarang kalian pada pulang ajah, gantian Umi yang jaga" ucap Umi. Tapi ada rasa tidak tega meninggalkan Umi di sini sendiri.
"Ayolah.. kalian pulang ajah" ucap Umi lagi, dan akhirnya aku pulang bersama Mas Hamzah.
"Yaudah nanti siang aku kesini lagi" ucapku, setelah itu berpamitan kepada Umi.
-----
Tbc.
Jangan lupa vote dan comennya biar aku tambah semangat lagi up nya😁🙏
Terimakasih❤Ahad, 17 Ramadhan 1441H
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum & Hamzah | END
SpiritualKala berhadapan dengan hidup yang kadang biru, kadang kelabu, tak asing bagi kita untuk akhirnya berkutat pada angkasa. . . . . Ini cerita Hanum dan Hamzah yang di jodohkan.