38. Bersama

2.1K 116 13
                                    

Hari ini ada yang beda di mana Hamzah tidak bekerja, dan Hanum tidak ada kegiatan apa-apa. Mereka menghabiskan waktu seharian di rumah.

"Aku merasa bosan" ucap Hanum sambil menyenderkan badannya di sofa. Beda dengan Hamzah yang sibuk dengan laptopnya.

Hamzah melirik ke arah Hanum "gimana nggak bosan dari tadi nggak ngelakuin kegiatan apa-apa"

"Aku tuh kalau kamu ada di rumah seharian, aku jadi bingung mau ngapain mas"

Hamzah tidak melanjutkan percakapannya dia tetap pokus ke layar laptopnya.
"Kita keluar yu" ajak Hanum.

"Mau keluar kemana?" Hamzah langsung meminum kopi yang di buatkan istrinya tadi.

"Ya kemana ajah, yu yu yu" ajaknya sambil menarik - narik tangan Hamzah.

Hamzah segera mematikan laptopnya "Yaudah siap-siap sana" ucap Hamzah dengan lembut.

Hanum segera berjalan menuju kamar, dengan loncat kegirangan. Hamzah melihat tingkah istrinya sepertinya itu hanya menggelengkan kepalanya aneh.

Beberapa menit kemudian, Hanum kembali turun tapi dengan pakaian yang sama. "Mas mas kita nggak jadi keluar ya, seketika aku ada ide luar biasa"

Hamzah menatap istrinya heran "ide apa?"

"Aku mau buat kue yeeee" ucapnya dengan nada yang kencang sekali.

"Tepuk tangan dong mas" lanjutnya lagu, di susul dengan Hamzah yang ikut tepuk tangan.

"Kamu aneh banget aneh" ucap Hamzah.

Hanum langsung berjalan menuju dapur "udah Mas jangan ganggu aku terua" ucapnya lalu hilang di balik pintu.

"Lah kamu yang gangguin aku dari tadi" ucap Hamzah. Memang benar istrinya sedari tadi gangguin terus dari menari-narik ujung baju Hamzah dan selalu bilang kayanya kita butuh keluar deh Mas. Lalu tiba-tiba dia memainkan ponselnya sambil tertawa. Lalu merengek kembali bahwa dirinya merasa bosan.

Dan sekarang Hamzah mendengar teriakan istrinya dari dapur, segera Hamzah berlari panik "ada apa?" Tanya Hamzah dengan cemas.

Hanum hanya menghela nafasnya "kue buatanku gagal, kita keluar ajah yu jalan" ucapnya dengan santai, sambil mencuci tangannya di wastafel.

"Kamu  teriak kencang kaya tadi cuma karena kue buatan mu gagal?" Hanum hanya menganggukkan kepalanya sambil menunjukan deretan giginya yang
menggemaskan.

"Kamu hari ini ngeselin banget beneran" lanjut Hamzah dengan malas, Hanum segera mendorong tubuh Hamzah untuk berjalan agar segera bersiap siap untuk keluar.

Di dalam mobil Hamzah hanya diam dan mendengarkan istrinya yang selalu mengoceh kalau ada pengendara yang dia liat tidak mentaati peraturan.
"Tuhkan gimana nggak di tilang polisi coba mas, kalo bawa motornya ajah ugal ugalan gitu" ucapnya yang sudah lebih dari sepuluh kali mungkin.

"Iya" ucap Hamzah yang sedari tadi hanya meng iya kan saja.

"Aku rasa lebih baik kita makan di situ ajah mas" tunjuk Hanum ke arah rumah makan yang terletak di pinggir jalan.

"Yakin?" Tanya Hamzah memastikan karena istrinya akhir akhir ini sering berubah pikiran..

"Iya"

Hamzah segera memarkirkan mobilnya, lalu segera keluar dari mobil dan membukakan pintu istrinya, sederhana namun Hanum suka perlakuan sekecil itu.

Hanum melirik meja yang masih kosong, pilihannya jatuh pada pojok dekat jendela.

Saat sudah makan dengan tenang, tiba - tiba Hanum memulai kembali ceritanya. Hamzah menyukai kebawelan Hanum, karena kalau Hanum diam saja bakalan bingung.

"Masa temen aku kalau cerita emosi terus mas sama dosennya, nanti lama lama bisa jadi cerita dosenku adalah suamiku kan banyak yang sudah terjadi kaya gitu ya mas"

"Ya gapapa bagus, temen kamu bakalan jadi rajin dua kali lipat biar ga di hukum" ucap Hamzah sambil meminum jus jeruk yang di pesannya.

"Aku liat - liat kamu cocok mas jadi dosen" ucap Hanum sambil terkekeh.

"Aku rasa juga seperti itu, tapi aku sangat malas untuk mengajari orang-orang yang lama tangkap bisa-bisa aku bakal lebih gampang emosi" Hamzah melirik sekilas ke Hanum lalu kembali melanjutkan makannya.

----

Hamzah POV

Hari ini kami benar-benar menghabiskan waktu berdua, bersama, aku senang mendengarkan cerita yang tidak ada habis dari bibirnya.
Di tambah lagi Hanum sering tertawa, tawa yang aku rasa sudah lama sekali tidak keluar dari dirinya.

Setelah kami makan kami kembali pulang ke rumah, tapi kali ini berbeda terasa sepi, tidak ada suara ocehan yang keluar dari bibir kecilnya. Aku melirik ke arah samping dan benar saja Hanum tertidur.

Sesampai di rumah, aku ingin membangunkannya tetapi tidak tega. Akhirnya aku menggendongnya sampai menuju kamar ku lepaskan sepatunya, lalu menyelimutinya.

Cantik kata itu yang keluar dari diriku, ya Hanum sangat cantik saat tidur, dengan wajah polosnya yang menggemaskan.

Aku segera membersihkan diri karena ini sudah memasuki waktu ashar.

Beberapa menit kemudian, aku keluar dari kamar mandi dan melihat Hanum yang masih terlelap nyenyak.
Kali ini aku harus benar-benar membangunkan nya  karena ini adalah kewajiban yang harus di kerjakan.

"Hanum.. num" panggilku sambil menepuk-nepuk pelan bahunya.

"Segera bangun panggilan Allah sudah menunggumu" lanjutku lagi, dan dia mengerjap kan matanya perlahan.

"Loh kok aku bisa langsung ada di kamar, bukannya tadi kita masih di mobil?" Tanyanya bingung.

"Ya kamu tadi tidur nya melayang" aku berjalan ke arah lemari mengambil sejadah dan peci.

"Kamu gendong aku ya" tanyanya dengan wajah yang sulit di artikan.

"Iya, badan kamu berat sekali kaya-" jeda beberapa menit dan aku tidak melanjutkannya.

Hanum hanya melirik kesal "tapi suka kan"

"Apa yang suka, mohon maaf berat ya bund berat" ucapku sambil terkekeh.

"Yaudah aku ke mushola dulu ya" ucapku lalu dia segera mencium tanganku dan ya aku menyukai hal ini senyumnya yang tidak pernah pudar, dengan suara lembutnya yang tidak pernah meninggi.

Allah terimakasih, terimakasih telah hadirkan dia untuk menjadi pendamping hidupku.
Allah tetap lah terus seperti ini, aku tidak ingin hal buruk terulang lagi.

-----





Hanum & Hamzah | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang