Saat ini aku dan Tiara sedang berada pusat perbelanjaan, aku menerima ajakan Tiara karena rasanya bosan juga di rumah terus di tambah lagi dengan perubahan Mas Hamzah.
"Kita ke tempat makan duku yuk?" Ajak Tiara. Aku hanya mengikutinya. Lalu segera mencari tempat duduk yang kosong.
"Kamu mau mesen apa?" Tanya Tiara.
"Samain ajah sama kamu" ucapku sambil tersenyum.
"Oke deh, bentar ya aku mau ke kamar mandi dulu" pamit Tiara lalu berjalan ke toilet.
Aku mengedarkan pandanganku di tempat yang ramai ini, aku juga melihat pasangan yang lengkap denga kedua putra putrinya pemandangan yang sangat menyesakan menurutku.
Tiba-tiba air mataku kembali menetes segera ku hapus, segera kuredamkan sesakku.
"Kenapa Num?" Tanya Tiara cemas yang sepulang dari toilet."Eh.. nggak papako" ucapku dengan senyum palsu.
"Hmm.. yaudah deh" ucap Tiara, tak lama kemudian pesanan datang. Kami segera memakannya.
Setelah makan, aku dan Tiara segera berjalan ke arah toko mainan katanya si Tiara mau beli kado buat sepupunya.
Saat sedang berjalan memilih-milih mataku melihat kearah perlengkapan bayi, Astagfiirullah sesak sekali rasanya. Bodohnya aku malah melihat-lihat yang pada akhirnya bikin aku sakit.
Sekelebat bayangan menggendong anak terlintas di pikiranku. Aku segera menggelengkan kepalaku lalu segera menjauh dari tempat perlengkapan bayi, aku segera mencari keberadaan Tiara.
"Tia?" Panggilku pada Tiara yang sedang memilih boneka.
"Hmm kenapa Num?" jawab Tiara tanpa melihat ke arahku. Aku diam saja melihat boneka-boneka yang menggemaskan sekali andai saja aku punya anak perempuan sudah kupastikan membeli boneka yang lucu-lucu ini.
"Heyy.. Hanum?" Panggil Tiara mwmbuyarkan lamunanku.
"Ishh.. kenapa?"
"Lucuan mana beruang atau panda?" Tanya Tiara sambil menunjukan kemana yang ingin di pilih. Aku memperhatikan lekat-lekat tapi rasanya mataku sudah mulai memenas lagi.
Aku segera mengusap mataku,
"Hmm.. kayanya yang panda ajah deh" saranku."Bagus juga si, tapi yang beruang juga lucu" ucap Tiara lagi.
"Yasudah beli semua ajah" ucapku malas. Lalu segera kulihat jam
"Yaudah deh mbak aku mau barbie ajah yang itu tuh" ucap Taiara, aku segera melihat ke arah yang di tunjuknya.
Perasaan tadi dia nyuruh aku buat milih boneka, tapi kenapa sekarang malah beda emang aneh dasar.
Selesai membayar aku dan Tiara segera keluar dari tempat perbelanjaan itu.
"Besok-besok nggak usah nanya minta di kasih saran lagi" celetuku, Tiara hanya terkekeh."Aneh banget si" ucapku lagi.
"Hanum bukannya gitu, tapi ini yang aku beli juga bagus lebih terjangkau juga harganya" ucapnya.
"Iya iya"
"Terus juga nggak ribet bawanya, tadi kamu liatkan bonekanya segeda gajah-gajah gitu" ucapnya yang terlalu lebay menurutku.
"Iya udah Tiara"
-----
Baru saja Hanum masuk kedalam rumah kebetulan sudah pukul 16:10. Tiba-tiba ada suara briton yang membuat Hanum kaget.
"Dari mana ajah seharian?" Tanyanya dingin siapa lagi kalau bukan Hamzah.
"Tadi habis nemenin Ti-tiara belanja" ucap Hanum gugup.
"Dan kamu nggak izin sama aku!" Ucapnya di tambah dengan meninggikan suaranya.
"Tapi tadikan aku udah sms kamu" ucap Hanum bingung.
"Kamu mikir nggak.. apa tadi aku udah bales chatt kamu terus udah aku izinin gitu!" Ucapnya dengan menahan emosi.
"Aa.. aku minta maaf mas, aku nggak ada niatan buat pergi tanpa seizin kamu" ucap Hanum dengan lirih sambil mendekat ke arah Hamzah.
"Bilang ajah mau seneng-seneng gitu pas udah nggak hamil, nggak cape, nggak ribet" Sambil berjalan ke arah tangga meninggalkan Hanum.
Hanum segera mengikuti dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
"Kamu pikir aku nggak merasa kehilangan gitu? Aku juga sama Mas sakit banget hati aku, aku gagal jadi seorang ibu, aku gagal menjaga kandungan aku.. aku gagal Mas, aku sedih aku juga merasa kehilangan!" Ucap Hanum lirih."Oh.. ya, apa seperti itu yang di sebut kehilangan, sedih, dengan cara berjalan-jalan dengan teman kamu gitu" ucap Hamzah sambil membuka pintu kamar.
"Makannya dengerin penjelasan aku dulu mas, aku tadi sama Tiara ajah. Aku minta maaf kalau emang belum di kasih izin" ucap Hanum dengan penuh penyesalan.
"Aku minta sekarang kamu keluar dari kamar!" Gentaknya.
"Tapi"
"Aku bilang KELUAR!"
Hanum segera keluar dari kamarnya berjalan ke bawah, menuju kamar yang ada di lantai bawah.
Tangis Hanum pecah, baru kali ini suaminya marah padanya, baru kali ini Hanum melihat amarahnya.
Setelah tangisnya reda Hanum segera membersihkan diri dan memakai pakaian yang memang ada di kamar ini karena di lemari kamarnya tidak muat jadi sebagian ada di kamar ini.
Setelah itu Hanum melihat ke cermin, dilihat matanya sangat sembab, wajah yang sendu.
Hanum segera siap-siap untuk melaksanakan kewajibannya, karena adzan sudah berkumandang.Selesai dengan kewajibannya, Hanum segera ke dapur untuk menyiapkan makan malam karena sudah pukul 19:25 pasti suaminya masih di masjid. Meskipun Hamzh sudah jarang mau makan masakan Hanum tetap saja Hanum membuatkannya.
Setengah jam kemudian sudah selesai memasak dan menyajikannya di meja makan.
Terdengar juga suara pintu yang di buka, Hanum segera berjalan meninggalkan dapur.
"Mas aku udah siapin makan malam" ucap Hanum dengan takut-takut.Hamzah yang melihat istrinya seperti ada rasa tidak enak.
"Iya"Saat di meja makan Hanum ingin menyendokan untuk Hamzah tapi,
"Nggak usah aku bisa sendiri" ucap Hamzah dengan datar.Di meja makan hanya ada suara dentingan sendok saja, tidak ada yang ingin memulai pembicaraan terlebih dahulu apa lagi setelah pertengkaran tadi sore membuat Hanum takut untuk memulai obrolan.
Selesai membereskan makan Hanum segera berjalan meninggalkan Hamzah yang sedang mencuci tangan. Lalu kembali ke kamar tamu.
Hanum segera merebahkan diri, pertama kalinya Hanum tidak sekamar dengan Hamzah karena suaminya yang meminta, Hanum takut kalau nanti ke kamarnya lagi malah di usir lagi, karena Hanum tetap berfikir positif mungkin suaminta sedang ingin sendiri.
Malam itu Hanum hanya menangis teringat kejadian-kejadian akhir akhir ini yang membuat suaminya marah dan menjauh, dan sampai akhirnya Hanum ketiduran.
-----
Tbc.
Bantu votenya juga ya🙏
Makasih❤29, Ramadhan 1441 H.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum & Hamzah | END
SpiritualKala berhadapan dengan hidup yang kadang biru, kadang kelabu, tak asing bagi kita untuk akhirnya berkutat pada angkasa. . . . . Ini cerita Hanum dan Hamzah yang di jodohkan.