Setelah itu dokter keluar Hamzah segera menghampiri dokter yang habis meriksa istrinya.
"Keluarga pasien?" Tanya dokter
"Iya saya suaminya dok" ucap Hanum.
"Ohh.. jadi gini pak, selamat istri bapak hamil" ucap dokter sambil tersenyum
"Serius dok?" Tanya Hamzah yang masih belum percaya.
"Iya pak, istri bapak hamil sudah memasuki 2 minggu, tapi harus di rawat dulu ya kandungannya masih lemah" ucap dokter menjelaskan.
"Alhamdulillah.." ucap Hamzah sambil menitikan air mata harunya.
"Mari pak" lalu dokter itu pergi.
Hamzah segera memasuki ruang istrinya yang masih terbaring lemah.
"Nak Hamzah Umi mau ke mushola dulu ya" ucap Umi pamit."Iya umi makasih ya Umi" ucap Hamzah sambil mencium tangan Uminya
Hamzah duduk di samping berangkar tempat tidur, Hanum masih saja belum sadar, Hamzah menatap Hanum dengan senyum yang sedari tadi tidak pernah pudar, tanpa tersadar Hanum membuka matanya dan mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruang rawat inapnya.
"Heyy" ucap Hamzah sambil mencium tangan istrinya.
"Mas, aku kenapa?" Tanya Hanum bingung.
"Kamu nggak papa ko" ucap Hamzah.
"Terus kenapa aku di sini?" Tanyanya lagi.
"Kamu hamil, makasih makasih Hanum" ucap Hamzah sambil meneteskan air matanya, Hanum yang mendengarnya hanya diam.
"Mas serius?" Tanyanya lagi.
"Iya"
"Ya Allah.. Alhamdulillah" seketika Hanum langsung meneteskan air mata harunya.
"Terus kapan kita pulang?" Tanya Hanum yang sepertinya tidak suka di rumah sakit.
"Besok, kamu sekarang harus istirahat dulu ya" jawab Hamzah, Hanum hanya menganggukan tanda ia mengerti.
"Kamu sekarang mau makan apa?" Tanya Hamzah dengan semangat.
"Nggak laper, aku cuma pengen minum" ucap Hanum lalu mencoba menyederkan badannya pada brangkar rumah sakit. Lalu Hamzah langsung mengmbilkan air putih.
"Nanti kalau kamu laper, kamu bilang ke aku ya" ucap Hamzah sambil mengusap kepala Hanum yang terbalut hijab.
Ceklek..
Pintu kamar terbuka dan ternyata Umi Hanum yang habis dari mushola sudah kembali.
"Assalamualaikum.." ucap Umi sambil menaruh tasnya di sofa."Waalaikum salam.." ucap mereka berdua serempak.
"Gimana nak, lebih baik atau tidak?" Tanya Umi sambil berjalan mendekati berangkar.
"Alhamdulillah.. Umi aku mau jadi seorang Ibu" ucap Hanum lalu memeluk Uminya dengan erat dan tangisan bahagia.
"Alhamdulillah.. ya nak" ucap Umi sangat senang, saat anak satu-satunya sudah berhasil hamil dan akan menjadi seorang ibu seperti dirinya.
-----
Setelah pulang dari rumah sakit dua minggu lalu, Hanum jadi banyak diam, tidak melakukan pekerjaan rumah seperti biasa, yang hanya dia lakukan makan, nonton televisi, baca buku, tidur, dan duduk si taman belakang rasanya sangat bosan sekali.Terlebih lagi sekarang ada bi Ani yang bekerja di rumahnya siapa lagi kalau bukan suaminya yang menyuruhnya. Semenjak tau Hanum hamil, Hamzah lebih sedikit over proktektif yang dia pikirkan takut kenapa-kenapa dengan istri dan anaknya dalam kandungan. Padahal Hanum sudah menjelaskan bahwa ia masih bisa untuk masak tapi tetap saja tidak di ijinkan.
"Mas berangkat dulu ya" ucap Hamzah sambil memakai jasnya.
"Iya" ucap Hanum malas sambil memainkan ponselnya.
"Ingat nanti jangan lupa minum vitaminnya, susunya juga sam-"
"Makannya jangan sampai telat, dan jangan cape cape" lanjut Hanum yang sudah hapal banget ucapan Hamzah setiap pagi sebelum berangkat kerja.
"Eh.. pinter" ucap Hamzah sambil menderetkan giginya.
"Nanti aku mau ke kampus Mas" ucap Hanum sambil mematikan televisi.
"Yaudah nanti di antar pak anto ya" ucap Hamzah.
"Aku bisa bawa mobil sendiri Mas" rengek Hanum.
"Hmm.. nggak kamu harus di antar pak Anto" ucapnya lagi.
"Iya" ucap Hanum malas.
"Yaudah.. Assallamualaikum.. " pamit Hamzah lalu Hanum mencium tangan Hamzah seperti biasa.
Setelah Hamzah pergi Hanum melangkahkan kakinya menuju kamar.
"Bu.. nanti mau makan apa?" Tanya Bi ani saat Hanum baru saja menaikan tangga satu langkah.
"Eh.. apa ajah udah bi" ucap Hanum sambil tersenyum lalu melanjutkan langkahnya kembali menuju kamar.
Sesampai di kamar Hanum siap-siap untuk berangkat ke kampus, rasanya sudah tidak sabar ingin keluar dari rumah yang bikin suntuk ini.
Setelah selesai dengan memakai gamis Hitamnya dan hijab lebarnya, Hanum segera mengambil tas dan buku-buku yang akan di bawa lalu keluar dari kamar dan menguncinya.
"Bibi aku berangkat dulu ya" pamit Hanum sambil duduk di ruang meja makan dan meminum susu yang sudah di buatkan.
"Ibu mau ke kampus?" Tanya bi Ani memastikan.
"Iya bi"
"Yaudah hati-hati ya bu"
Skip.
Di kampus Hanum segera berjalan ke arah kantin tempat janjiannya dengan Tiara. Saat sudah sampai di kanti Hanum mengedarkan pandangan mencari sahabatnya yang sudah lebih dahulu sampai kantin dan yap matanya menemukan sahabatnya yang tampaknya serius dengan buku bacanya.
"Assalamualaikum.." ucap Hanum.
"Waalaikumsallam.." jawab Tiara yang masih pokus pada bukunya.
"Hmm.. baca apaan si serius banget?" Tanya Hanum penasaran.
"Cerita horor gitu beb bikin merinding mulu dari tadi" ucap Tiara lalu menutup bukunya. Ya sahabatnya akhir-akhir ini memang lebih suka buku horor di bandingkan novel romance nggak tau kenapa.
"Ohh ya kesini sama siapa?" Tanya Tiara
"Sama supir" ucap Hanum malas.
"Ciee.. yang sekarang udah mau jadi ibu" ujar Tiara sambil tersenyum senang saat seminggu lalu mendengar sahabatnya menelpon sambil menangis bahagia karena sudah di beri kepercayaan untuk hamil.
"Alhamdulillah.. aku seneng banget Tia" ucap Hanum yang tidam pernah pudar dengan senyum.
"Oh ya.. udah ketemu dosen?" Tanya Tiara.
"Nanti ajah" ucap Hanum sambil memesan menu makanan.
"Makan mulu nih mbak"ucap Tiara mengejek.
"Nggak tau nih bawaanya laper mulu" ucapnya sambil terkekeh.
"Kamu nggak ngerasain mual atau gimana gitu" tanya Tiara.
"Kadang-kadang si" ucap Hanum, memang benar hamilnya tidak terlalu merepotkan tidak seperti yang di katakan orang-orang saat pertama hamil akan mengalami mual-mual tidak nafsu makan, pusing dan lain-lain, tapi Hanum hanya merasakannya waktu awal belum tahu akan hamil tapi setelah itu bebas kembali.
---
Yeee akhirnya bisa lanjut cerita juga😙
Jangn lupa vote dan comennya ya teman🙏
![](https://img.wattpad.com/cover/180652203-288-k161986.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum & Hamzah | END
SpiritualKala berhadapan dengan hidup yang kadang biru, kadang kelabu, tak asing bagi kita untuk akhirnya berkutat pada angkasa. . . . . Ini cerita Hanum dan Hamzah yang di jodohkan.