Selamat siang, bahagia selalu untuk kalian. Sehat-sehat untuk kalian yang jauh di sana, yang baca cerita ini tentunya 😁 selamat membaca kalau ada yang masih baca 💜💜💜
Pagi yang cerah dihari baik dan penuh cinta. Semesta mendukung berjalannya acara pernikahan ini. Suasana khidmat sangat terasa di sini, suasana suka cita menyatu dengan jalannya acara.
Laras sangat cantik dengan kebaya putih yang ia kenakan itu, begitupun Bang Adi yang terlihat sangat gagah. Demi acara pernikahan Laras, aku rela berangkat pukul lima pagi, mengatur waktu agar bisa sampai lebih awal. Sebenarnya bisa saja aku berangkat nanti sore, tapi karena semalaman Laras meneleponku terus karena ingin aku menyaksikan ikrar suci yang akan Bang Adi ucapkan.
Setelah ijab Kabul, Laras memintaku untuk menemaninya, mengambilkan ini itu untuk melayani anak itu. Ah, seperti ini kah melayani pengantin. Kalau aku tahu, sudah dari tadi aku pergi, kemanapun asalkan tidak terlihat oleh Laras.
"Ra, ambilin tissu di kamar, ya!" suruhnya, jujur saja kalau bukan acara pernikahannya, sudah aku ajak ribut anak ini.
"Hm," jawabku singkat.
"Sama kipas gue juga ya, sekalian sama souvenir di samping lemari, takut ada temen-temen datang." Aku pergi mengambilkan tissu dan embel-embel lain yang Laras minta. Aku kembali meletakan souvenir dan kipas di samping Laras, melemparkan tissu pada Laras lalu segera pergi.
"Yang ikhlas dong, Beb." Laras menahanku. "Mau kemana sih? Sini aja temenin gue."
Aku berdecak, "gue laper, itu banyak bocil, minta mereka aja. Lo tahu kan kalau gue lapar kayak apa? Jangan sampai di acara pernikahan lo gue komat kamit ya! Mau gue ceramahin tujuh hari tujuh malem? Jangan sampai lo yang gue makan."
Dengan sedikit penekan, Laras pun paham. Ya harus paham, karena dari pagi aku belum makan demi bisa sampai lebih pagi di rumahnya.
Nafsu makan sedikit berkurang, canggung karena tak ada teman. Yang ada hanya keluarga besar Laras dan Bang Adi juga para tetangga dan tamu undangan yang hadir. Sedari pagi aku sudah menghubungi Kak Shita, tapi sampai sekarang tak kunjung tiba. Mau menghubungi Sadam tapi gengsi sendiri.
"Kayak anak hilang lo, celingukan kanan kiri, sendirian pula." Seseorang meletakan piring berisi kue, aku menoleh ke orang tersebut.
"Hai, apa kabar? Tumben lo makannya dikit? Diet? Emang selama skripsian naik berapa kilo?" katanya lagi. Belum ingin aku menjawab, fokusku hanya pada gerak-gerik dan perilakunya.
"Sombong sekali nona, terpesona lo sama gue sampai lo gak mau jawab omongan gue? Atau lo amnesia? Kejedot di mana sampai lo gak kenal sama gue? Lo lupa siapa gue? Kenalin gue Muhammad Sadam husdi. Temen satu kelas lo, dan orang yang pernah nyatakan perasaannya sama lo."
"Apa sih, gue inget. Gak jelas lo, nyerocos mulu kek bebek," balasku.
"Dih, disamain sama bebek. Lo gak kangen sama gue, Ra. Gue kangen banget loh sama lo, asal lo tahu," ungkap Sadam dengan gaya bicaranya yang sedikit berlebihan.
"Gue enggak!" tukasku.
Sadam mendekatkan wajahnya denganku, aku memilih makan tanpa memperdulikannya. embusan napas Sadam sangat terasa sebab kita sangat dekat. "Masa? Yakin gak kangen gue?" Tangan besar itu dengan tidak sopannya mencolek-colek daguku. Refleks aku layangkan tanganku menutupi wajahnya, mendorongnya agar menjauh dari wajahku.
"Kasar! Lo masih sama aja kayak dulu," ucapnya.
"Lama gak ketemu bikin lo makin berani sama gue? Gak ada sopan-sopannya main colek-colek aja," kesalku.
![](https://img.wattpad.com/cover/241304284-288-k569143.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Kecil Ngomongin Cinta?
Teen FictionTAK KENAL MAKA TEMENAN! ADA BAIKNYA FOLLOW SEBELUM BACA HIHI BERTEMAN ITU INDAH KAWAN, BOLEH CHAT AKU JIKA MAU NGOBROL-NGOBROL ATAU KENALAN (siape elu, ngapa gua harus kenalan sama elu? Sok akrab bet dah ngajak ngobrol wkwk) Beri dukungan dengan vot...