3. Yang muda yang bercinta

255 44 11
                                    

Selamat membaca. Budayakan vote setelah membaca hehe. Sayang kalian 💛

~~~

Aku adalah tipe orang yang pergi jalan ke Mall gak harus sama temen, pergi ke Mall gak harus belanja, pergi ke Mall gak harus jajan.

Bukan hemat, tapi karena memang gak punya duit. Pengen jalan tapi gak mau modal. Pergi sendiri ke Mall ngapain kalau gak belanja, gak jajan? Situ jualan di Mall?

Ah, enggak.

Terus?

Ngadem, maklum Karawang panas. Jangankan ke Mall, ke mini market aja beli air mineral satu doang pede kok.

Kenapa?

Karena memang tidak ada niatan belanja, niatnya cuma ngadem sekalian cuci mata lihat kasir mini market yang masyaAllah tampannya.

"Ada yang mau di beli gak?" tanya Laras. Ya, aku sekarang ada di Mall bersama Laras, pulang kuliah gak ada kerjaan aku ajaklah Laras kesini.

"Nggak."

"Terus mau ngapain?"

"Cuci mata." Laras mengernyit, "lihat banyak barang- barang kece disini juga udah merasa memiliki sih gue mah. Gak perlu beli."

"Kuis tadi emang susah banget ya, Ra?" Kali ini aku dibuat bingung, kenapa Laras beralih topik pembicaraan.

Hari ini memang ada kuis, dan itu memang cukup sulit.

"Susah. Tapi gue masih bisa selesain kok, meski ditambah pendapat sendiri," jelasku pada Laras.

"Pantes. Fix ini efek kuis tadi." Aku menaikan sebelah alisku bingung, "Lo stress, gimana bisa lihat doang jadi merasa memiliki?"

'Yang punya Mall mah bebas' kata yang berbisik di telinga kiri aku.

Siapa?

Si sombong.

Siapa?

Yang baca.

Maaf saya bercanda. Manusia halu ya gini, cita- cita punya mall sendiri tapi kerjaan rebahan doang.

Dua jam yang cukup menguras otak, satu mata kuliah saja sudah bikin kepala pecah. Makanya ngawur kemana- mana.

"Cari makan yuk?" ajak Laras. Bisa aku lihat Laras mulai bosan, karena sedari tadi muter- muter tapi gak beli apa- apa.

"Yaudah ayo."

Setelah membeli makanan, aku dan Laras duduk di balkon lantai 2 Mall ini. Mataku menatap sekitar, ramai sekali pengunjung sore ini. Dan banyak anak SMP maupun SMA yang sedang nongkrong dengan teman- temannya.

Netraku menangkap dua anak remaja yang sedang asyik ngobrol di samping kiri ku. Dua anak SMP terlihat seperti sedang pacaran. Terlihat dari remaja laki- laki itu yang sedari tadi memegang tangan perempuan di sampingnya sambil mengelus- elus punggung tangan perempuan itu. Aku perhatikan senyumnya yang tak pudar menatap perempuan itu, dan begitupun sebaliknya.

"Kenapa?"

"Bocah lagi pacaran. Geli gue," kataku berbisik dan sedikit bergidik.

"Gak usah usil," perintah Laras, "jangan bilang lo inget masa alay lo ya? Lo pernah sebucin itu, kan?" tuduh Laras.

"Dih ya kali. Jalan berdua sama doi aja malu, apalagi sampai dielus- elus gitu tangannya." Aku dan Laras tertawa mengingat masa- masa puber kita dulu. Masa remajaku tak semengerikan pemandangan di sampingku.

"Yang, malam minggu aku mau main ke pasar malam ya." Telingaku menajam, mendengar percakapan dua anak SMA dibelakang ku.

"Iya sayang. Apa sih yang enggak buat kamu," kata cowoknya.

Aku menendang- nendang kaki Laras, kita sama- sama menahan tawa.

"Ma, papa besok pagi gak bisa jemput mama sekolah ya. Motornya mau dipake."

Hampir saja tersedak, mendengar kalimat itu saat sedang menyeruput lemon tea. Kalian tahu? Lemon tea itu sungguh keluar dari mulutku.

"Iya, gak apa- apa kok, pa. Mama ngerti." Aku dan Laras tatap- tatapan, makin dibuat geli dengan tingkah para anak remaja ini. Yang berkata seperti itu adalah kedua bocah SMP di sampingku.

"Lo jorok banget, Ra. Ngeces, kena baju lo tuh."

"Gue kaget, sialan! Lagi minum ada aja yang bikin ngakak."

Laras memukul- mukul tanganku, ia ingin sekali tertawa terbahak- bahak. Tapi ia urungkan, mengingat banyak orang disini.

"Kelakuan lo ya, Ras?" kataku sambil menahan tawa.

"Lo kali sama Sadam yang kek gitu," tuduh Laras.

"Kenapa jadi si Sadam?" ujar ku tak terima. Aku dan Sadam hanya sebatas teman.

"Demi apa, pipi gue pegel. Turun yuk," ajak Laras. Aku mengangguk mengiyakan. Setelah keluar dari area balkon, benar saja, aku dan Laras tertawa mengingat kejadian menggelikan anak SMP tadi.

Ah, baru pacaran kenapa harus begitu?
Kalau sudah menikah, aku pastikan tak akan seperti tadi.

"Yang muda yang bercinta, Ras."

"Jijik, gue pacaran empat tahun sama pacar gue aja manggilnya nama kok. Paling sayang kalau lagi mau aja. Lah ini bocah SMP, Ra."

Kalau untuk anak SMP yang baru mengenal cinta, memang seperti itu. Menjijikan memang, tapi apa mereka malu? Mungkin hanya segelintir orang saja yang sampai berani di depan umum memanggil pacarnya dengan panggilan sayang mama papa.

Mereka sedang difase Alay. Suatu saat nanti mereka juga akan merasa jijik sendiri. Alay itu lumrah, semua orang pasti mengalaminya. Karena Alay adalah proses menuju kedewasaan.

Tengah sibuk mentertawakan kejadian tadi, tiba- tiba tangan hangat menyentuh bahu ku. Aku berbalik, menatap manik coklat itu.

"Loh..."

Waktu aku SMP pernah lihat pemandangan yang kayak tadi tuh yang pacaran manggil mama papa, temen aku sendiri sih. Pede banget gila 😂 di dalem kelas loh, bocah kelas 8. Aku aja sama temen- temen aku sampe merinding 😆 pengen ngakak tapi takut dia malu ya.

Anak Kecil Ngomongin Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang