47. Malam pertama Rudi

83 11 1
                                    

Acara berjalan dengan lancar, dengan satu helaan napas, Rudi berhasil menjadi laki-laki jantan. Semoga pernikahan mereka langgeng, bahagia selalu.

Teman-teman yang lain naik ke pelaminan untuk bersalaman dengan sang pengantin, mengucapkan selamat atas pernikahan mereka. Sedangkan aku memilih duduk karena kepala pusing melihat banyak sekali manusia di gedung ini.

"Ayo, kita foto dulu sama Rudi dan istrinya," ajak Sadam. Teman-teman yang lain sudah ada di atas, siap untuk berfoto dengan pengantin. Sadam menggandeng tanganku, membantuku menaiki lima anak tangga.

"Bisa romantis juga ya papanya cimol ini," ledek Laras.

"Berisik lo!" tukasku.

Setelah berfoto kita semua duduk kembali ke tempat semula. Acara belum sepenuhnya selesai, Rudi belum mengizinkan kita pulang. Masih ada acara hiburan katanya, dan kita dipersilakan menyanyi sesukanya.

Sadam yang memang suka karaokean ya kegirangan mendengar itu. Dari tadi memohon terus padaku agar tak minta mengajak pulang.

"Makasih banget kalian udah pada mau datang. Lama gak ketemu kenapa anak-anak cowoknya pada buluk gini sih mukanya. Pada cukuran kenapa sih? Gak ngurus diri banget kalian," ucap Rudi. Dia menghampiri kita setelah sesi foto-foto selesai.

"Iya deh, Pak manajer yang ganteng," jawab Sadam.

"Bukan maksud gue ngeledek kalian ya, tapi kalian lihat dong, cewek-cewek datang ke acara gue pada cekep-cakep bener. Mita yang ke kampus biasanya pake bedak bayi doang sekarang mah dandan, iya kan, Ta?" Mita mengacungkan jempolnya, ia tidak bisa menjawab karena sedang makan.

"Miss mager kita gendut banget sekarang, berapa bulan, Ra?" tanya Rudi.

"Delapan."

"Dih, bulan depan launching dong! Kenapa lo maksain datang ke acara gue sih, lagi hamil besar juga? Lo suami macam apa sih, Dam? Gak kasihan sama istri?"

"Justru karena gue sayang banget sama dia, makanya gue usahain datang ke acara lo. Di sini kan terkenal mewah dan makanannya enak, Haura kan hobinya jajan, dia semaleman ngerengek pengen datang, kalau gak gue turutin nanti dia ngiler, kasian anak gue entar ileran gara-gara gue gak turutin kemauan dia," jelas Sadam. Ya, mau bagaimana pun memang benar begitu adanya.

"Gue gak enak juga lah sama lo. Sekalian juga gue pengen nyobain masuk ke restoran mewah dan coba makanannya. Dan ternyata emang enak banget. Gara-gara lo nikah di tempat ini, gue yang tadinya mau kasih amplop dikit juga jadi gak enak. Dan pas gue tahu lo seorang GM, gue jadi mikir lagi, tahu gitu gue ngamplop dikit aja. Lo 'kan udah kaya," kataku sedikit bercanda.

"Iya deh, sialan emang lo. Dari dulu gak pernah perubah. Ya udah makannya puas-puasin, Ra."

"Istri lo mana?" tanya kak Shita.

"Ganti baju, Kak."

"Gue nyangkanya istri lo yang tajir, makanya berani bikin acara di sini. Tahunya pak ketu kita ini general manager cuy," kata Laras. Ah, aku pun sempat berpikir seperti itu.

"Kalian tuh, ya karena gue pernah punya omongan aja sih, makanya gue nabung sampai gue punya uang cukup buat ajak nikah anak orang. Kalau urusan GM mah ya itu mah emang dasarnya rejeki gue. Iya, kan?" sahut Rudi.

"Rud, malam pertama kita zoom meeting ya. Link-nya lo share ke grup," ucap Arun. Mataku membulat mendengarnya, untuk apa coba? Nonton malam pertama Rudi berjamaah?

"Lah, buat apa? Privasi beg*. Malu lah," ujar Rudi.

"Ya gue kan masih single, anak-anak yang lain juga pada masih banyak yang sendiri, bisalah lo kasih lihat gimana malam pertama kalian. Biar gue ada bayangan." Semua orang menoyor kepala Arun yang isinya kurang waras itu.

Anak Kecil Ngomongin Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang