19. Kado untuk mantan

92 15 1
                                    

"Assalamualaikum," ucapku sambil membuka pintu.

Laki-laki dengan tubuh tegapnya berdiri tepat di hadapanku. Aku mendongak, menatapnya yang tengah tersenyum padaku.

"Ayah!"

"Waalaikumsalam, jam berapa ini, hm? Apa setiap Ayah gak di rumah kamu pulangnya jam segini terus ya?" katanya sambil menunjuk ke arah jam dinding.

"Maaf, tadi ada acara syukuran di rumah temen."

"Temennya yang antar kakak?" aku mengangguk, "kenapa gak diajak mampir dulu, Ayah kan mau kenal."

"Gak usah, udah malem."

"Ayah jadi curiga, apa iya yang tadi itu cuma teman?"

"Ya terserah Ayah mau curiga juga, Mama udah kenal kok sama dia. Mama tahu kalau dia cuma temen aku."

"Oh gitu, jadi anak Ayah itu sebenernya punya pacar gak sih?" tanya Ayah.

"Nggak! Udah ah, Haura mau mandi dulu." Setelah mandi aku menghampiri Ayah di ruang tengah.

Aku lihat Ayah tengah berbincang dengan seseorang di depan pintu. Setelah orang itu pergi, aku hampiri Ayah.

"Siapa?"

"Temen kamu, dia kasih kunci motor ke Ayah. Terus katanya besok dia yang jemput buat ke kampus bareng." Ternyata Sadam, kenapa kunci motornya ada pada Sadam? Motor memang aku titipkan di rumah Sadam karena Ibu Sadam yang menyuruhku diantar Sadam saja, aku pikir kunci motor ada di tas.

"Kakak pikir ada di tas."

"Ganteng ya temennya, besok-besok suruh ke rumah, Ayah mau kenal."

"Nggak!" Ada alasan kenapa aku melarangnya. Ah, mereka tidak bisa dipertemukan. Membayangkannya saja aku tidak mau. Aku melangkah pergi ke kamar meninggalkan Ayah.

****

Mantan? Apa yang ada dipikiran kalian jika mengingat kata mantan?

Kalau aku, seseorang yang hadirnya dulu selalu aku harap, yang perginya selalu ku rindu.

Dulu ya. Tolong digaris bawahi.

Jika ditanya apa yang kamu harapkan dari si mantan atau apa yang ingin kamu perbaiki dengan si mantan?

Kalau aku, mau kita berteman lagi, jangan pergi, bahkan menjauh. Jangan bertemu tanpa tegur sapa. Jangan diam seolah kita tak saling kenal.

Ah, begitu kiranya.

"Jadi gue harus gimana, Teh?" tanya Danar.

"Gimana apanya?" jawab aku malas, sudah pukul 11 malam, tapi Danar malah datang ke rumah dan mengganggu aku yang hendak istirahat.

"Ya mantan gue? Gue masih sayang dia."

"Kalau masih sayang kenapa putus?"

"Gak seiman. Ibunya gak setuju, takutnya hubungan kita manjang sampai nikah, Ibunya gak mau kalau dia harus pindah keyakinan. Dan gue juga gak mau pindah keyakinan."

"Rumit ya," aku menguap, "terus masalahnya apa sama mantan lo ini?"

"Minggu depan dia pindah ke Medan. Makin jauh aja kan gue sama dia."

"Lo masih ngarep sama dia? Bukannya lo punya pacar?"

"Iya sih, ya cuma gitu. Gue terpaksa, buat pelarian aja biar gue bisa lupain mantan gue. Tapi nyatanya gue belum bisa."

"Kenapa lo gak balik aja sih? Gue ngantuk."

"Kok lo gitu sih, Teh."

"Mending lo putus sama pacar lo. Gue mah kasihan sama pacar lo, dia pasti ngerasa lo cinta sama dia, tapi nyatanya cuma jadi pelampiasan. Mending lo kek gue aja, jomblo. Pikiran lo gak bakalan di pusingin sama urusan cinta."

Anak Kecil Ngomongin Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang