Extra part 2 💙 Akhir kisah

51 8 0
                                    

Itu janji kamu, di depan ayah dan ibuku, dan janji selamanya kamu dengan Tuhan.

🌺🌺🌺

"Saya terima nikah dan kawinnya, Haura latisha binti Abdul Latif, dengan maskawin tersebut, tunai."

Dengan satu tarikan napas, dengan lantangnya, Sadam ucapkan ijab qabul. Sekarang, tunai sudah janji Sadam. Sekarang, tentang janjinya dengan ayah ibuku, juga dengan Tuhan untuk selamanya.

Awalnya, sempat takut Sadam akan terbata-bata, anak ini suka bercanda, sedikit khawatir takutnya malah stand up komedi nantinya.

Setelah doa, Sadam malah mengejekku, "deg-degan ya?"

"Sempat-sempatnya bercanda," kataku dengan nada suara rendah.

"Iya maaf. Mana mungkin aku merusak hari bahagia kita. Ini sekali seumur hidup, Ra," ujar Sadam. Anak itu tersenyum genit sekali. Kalau tak ingat ini acara penting, sudah aku jambak rambutnya.

Setelah ijab qabul selesai, dari kejauhan aku perhatikan Arash. Anak itu tengah melamun sendirian. Dari semalam, ia merengek tak jelas karena tidak mau menghadiri acara pernikahan aku dan abangnya. Takut gak sanggup, katanya.

Tapi, aku paksa. Mana mungkin ia tak ada padahal dia masih bagian dari keluarga ini. Perannya justru penting. Sekuat tenaga aku membujuknya, tapi ia malah merengek dan nangis-nangis gak jelas. Ah, menggemaskan sekali.

"Arash galau tuh," tunjuk Laras. Aku tahu, karena sedari tadi memang memperhatikannya.

"Tahu! Lo pulang besok, kan?" tanyaku pada Laras. Aku memintanya menginap sebetulnya.

"Gak bisa, ini gue mau pamit sama lo. Maaf ya, Ra. Ada suami yang harus gue urus." Ya, aku sangat mengerti.

"Iya gak apa-apa, seenggaknya lo ada saat ijab qabul tadi. Makasih ya, Ras."

"Sadam keren, gue takut dia ngelawak tadi. Sumpah!" jujur Laras. Bukan hanya Laras, aku pun berpikir demikian.

"Gue juga!" Kita tertawa, lebih tepatnya mentertawakan nasib ku jika benar Sadam stand up komedi.

"Samperin Arash, kasih semangat," aku mengangguk.

"Lo cantik banget, pangling," puji Laras

"The power of make up gak sih?"

"Dasar," Laras memukulku pelan, "kalau gitu gue pamit. Bahagia selalu sama Sadam." Sebelum pergi, Laras memelukku sangat erat.

Setelah Laras pergi, aku hampiri Arash yang masih melamun di sana.

"Foto sama kak Haura yuk, Dek!" ajak ku.

"Hah, eh, maaf kak." Arash tersadar dari lamunannya.

"Foto sama kak Haura," aku ulangi.

"Arash di sini aja," tolaknya.

"Ini hari bahagia kak Haura, ini juga hari bahagia bang Adam. Kak Haura gak mungkin membiarkan mendung di tengah pelangi. Paham!"

"Maafkan Arash ya, kak."

"It's okey." Aku tatap manik coklatnya yang sendu.

Arash memelukku, aku balas pelukannya.

"Arash sayang kak Haura," ungkapnya.

"Kak Haura juga, Arash harus ingat, Arash punya tempat tersendiri di hati kakak."

"Makasih, kak."

"Setelah ini, Arash harus janji sama kak Haura. Arash akan jadi orang hebat, yang baik akhlak dan moralnya. Janji?"

Anak Kecil Ngomongin Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang