Puisi: Satu Jam Sebelum Ini

26 2 1
                                    

Satu Jam Sebelum Ini

Kumulai semuanya dengan biasa-biasa saja. Terlepas dari apakah sajak ini yang membuatmu menjadi seorang asing, atau tentang seorang gadis yang mati dalam manik mata sang kekasih.

Jatuh cinta itu jahat! Ia akan memberimu luka terperih, merangkulmu sekuat patah hati, meninggalkanmu layaknya waktu: sama sekali bukan kejahatan sejati.

Datang dan perginya seorang bak deburan ombak di bibir pantai. Dan aku ini si gadis yang menatap penuh pada barisan awan hitam yang kian berarak. Menyambut datangnya badai, diiring sorak angin haluan. Atas dasar harap yang semu, bahwa selamanya sang bayang adalah patah hati sebab yakin kini telah mati 'tuk rasa yang hanya bersisa nanti.

Masih tentang pantai ini, ia adalah umpama ruang yang kosong melompong. Hampa belaka, cilakalah ia yang menetap di sana. Tidak, tidak. Ia adalah aku yang kulihat lagi pada kedua matamu. Seperti satu per satu rindu yang perlahan tergelincir jatuh menjelma harap akan temu. Namun bila bersama adalah rindu dendam, maka tabu adalah ragu yang membayang.

"Jatuh cinta tidaklah sejahat itu. Ia adalah perihal menggenggam erat membuhul hati; Hanya pada dua sisi hati yang saling bertaut, kau takkan terkoyak," kata sang gadis yang ada pada diriku selepas aminku untukmu.

Maka biarlah, kuakhiri sajak ini dengan memercayainya tanpa perlu mencoba.

• 25 menuju 26 Februari 2021

Antologi Cerpen Dan PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang