Satu Jam Sebelum Ini
Kumulai semuanya dengan biasa-biasa saja. Terlepas dari apakah sajak ini yang membuatmu menjadi seorang asing, atau tentang seorang gadis yang mati dalam manik mata sang kekasih.
Jatuh cinta itu jahat! Ia akan memberimu luka terperih, merangkulmu sekuat patah hati, meninggalkanmu layaknya waktu: sama sekali bukan kejahatan sejati.
Datang dan perginya seorang bak deburan ombak di bibir pantai. Dan aku ini si gadis yang menatap penuh pada barisan awan hitam yang kian berarak. Menyambut datangnya badai, diiring sorak angin haluan. Atas dasar harap yang semu, bahwa selamanya sang bayang adalah patah hati sebab yakin kini telah mati 'tuk rasa yang hanya bersisa nanti.
Masih tentang pantai ini, ia adalah umpama ruang yang kosong melompong. Hampa belaka, cilakalah ia yang menetap di sana. Tidak, tidak. Ia adalah aku yang kulihat lagi pada kedua matamu. Seperti satu per satu rindu yang perlahan tergelincir jatuh menjelma harap akan temu. Namun bila bersama adalah rindu dendam, maka tabu adalah ragu yang membayang.
"Jatuh cinta tidaklah sejahat itu. Ia adalah perihal menggenggam erat membuhul hati; Hanya pada dua sisi hati yang saling bertaut, kau takkan terkoyak," kata sang gadis yang ada pada diriku selepas aminku untukmu.
Maka biarlah, kuakhiri sajak ini dengan memercayainya tanpa perlu mencoba.
• 25 menuju 26 Februari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Dan Puisi
General FictionAntologi Cerpen Dan Puisi berisikan kumpulan puisi dan cerpen dan terkadang berisi kumpulan catatan yang murni dibuat sendiri oleh author sebagai pengisi waktu luang. Segala hal yang tertulis di sini sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung sia...