Adalah aku, sang jahanam peluluhlantak pelataranmu,
Begitu rendah kah hingga kausemat itu padaku, sedang
Cintaku kaurenggut habis, tak bersisa.
Dalam derai kesumat, Tuan,
Egosentrisme itu terlalu memuakkan.
Feodalistis yang terlalu nyata, kau anggap itu aku, nyatanya tiada aku yang kausebut itu aku.
Gilir-ganti serdadumu menyapaku, tetap saja tuduhan itu jatuh padaku.
Hawa dendam yang semakin membara, 'kan kuhirup selamanya; dan ternyata kaupun sama.
Ingin pula kumemberontak, nyatanya aku umpama katak yang melompat,
Jungkir-balik tiada artinya bagimu.
"Karam berdua, basah seorang,"
Lambat laun, kaujadikan aku kambing hitam,
Melarut bersama karma, tanpa maaf yang menyertai.
Niatku hanya sebatas jabatan tangan dan mulut yang berucap, namun
Oh, arogansimu terlalu kekal 'tuk difanakan!
Pedapa-pedapa itu bersuka atas hari pertamanya, namun sekejap kaumusnahkan semuanya.
Quo vadis, ya Dominus? Karma 'kan menguntit, lalu mengikatmu sampai mati.
Romantisisme yang berujung Parasitisme,
Sekarang beralih pula kau ke lain inang.
Tahu-tahunya, pergimu masih membawa dendam,
Usut punya usut, kaukaitkan pula itu denganku.
Vera causa cinta terselip dalam iming-iming kebencian.
Waktu yang tak bisa lagi kaugenggam, malah membuatmu menjadi seorang
Xenoglosia
Yang menuntut tanpa henti, atas apa yang tidak pernah dimengerti orang lain, selain aku.
Zie ommezijde, lantas menurutmu Aku ini siapa?Kota Hujan, 30 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Dan Puisi
Ficción GeneralAntologi Cerpen Dan Puisi berisikan kumpulan puisi dan cerpen dan terkadang berisi kumpulan catatan yang murni dibuat sendiri oleh author sebagai pengisi waktu luang. Segala hal yang tertulis di sini sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung sia...