Puisi: Fajar Senja

223 7 0
                                    

Aku menentang pagi!
Apalah yang dapat ia berikan, selain kicau burung yang senang didengar orang?
Aku menentang pagi, yang datang merenggut tawa
Serta mengatasnamakanku sebagai budak.

Susah diberikan para penopang tangan, yang kerjanya hanya tidur.
Gunjingan dibuang percuma pada jalan-jalan yang ramai,
Lalu mereka membersihkan pinggiran mulut lewat serbet kemarin, yang masih juga akan dipakai besok,
Dan sematan gadis malam masih lah berpusar di pikiran mereka.

Tiada lagi harap yang tergantung esok.
Kawanku biarlah pada sang malam, pada ruang gelap, dan tangis yang tak kunjung usai.
Kerjaku bukan sebelah mata mereka, dan malam tak selamanya tabu.
Sekantong receh akan kubawa pulang saban harinya,
Demi nanti sampai mulut mereka terjual, dan pada akhirnya pagi akan berdamai denganku....

Saat kicau burung tak lagi didengar orang.

Kota Hujan, 17 Oktober 2019

Antologi Cerpen Dan PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang