Sekali-kali, perlulah kau berawas diri,
Sebab datangku jauh lebih cepat dari pujaan hatimu.
Sekali-kali, tengoklah kiri dan kanan,
Sebab tak segan tanganku menyambar belabas yang kaubawa.Bukan tanpa alasan orang merajam, atau menjatuhkan pancung pada setiap kami,
Karena kejahatan adalah hal najis bagi mereka yang kulitnya terbuat dari emas, atau yang menganggap ucapannya sebening embun.
Bukan tanpa alasan dering telepon polisi berbunyi,
Karena ada tangis yang membutuhkan pertolongan, ada kehilangan yang harus dibayar, ada tikus tanah yang harus diberantas.Sekiranya perlu pula cermin menghadap serta menantangmu,
Agar lagakmu tidak menyilaukan mata kami, para penyamun.
Sekiranya membekap, merampas, serta membunuh adalah tugas kami,
Agar kau selalu berawas dan tahu diri.Jika kau bisa utarakan kalimat pembelaan, bahwa benar kisahmu hanya sebatas perjalanan pulang dari pasar,
Apakah tidak mungkin kamipun dapat mengatakan : "Perjalanan pulangmu adalah seputar dompet dan ponsel yang keluar dari persembunyiannya?"
Jika tangismu bisa meluluhlantakkan hati para petugas agar menjodohkan kami dengan jeruji besi,
Apakah tidak mungkin kamipun dapat mengingatkanmu kisah anak pasaran yang akan selalu berputar pada siklusnya?Maka sekiranya perkenankanlah aku berpesta,
Atas segala rampasan yang berhasil menyadarkanmu,
Maka sekiranya biarkan aku bersuka,
Atas kebanggaan yang akhirnya tak lagi akan kubanggakan.Bilamana mereka menangkap serta menawanku,
Yakinkan aku, kelak takkan ada lagi pelagak yang gemar mengeluarkan saliva para penyamun.
Bila mana tubuhku meringkuk pada dinginnya ubin tahanan,
Yakinkan aku, lakuku berhasil menyadarkanmu.Kota Hujan, 1 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Dan Puisi
General FictionAntologi Cerpen Dan Puisi berisikan kumpulan puisi dan cerpen dan terkadang berisi kumpulan catatan yang murni dibuat sendiri oleh author sebagai pengisi waktu luang. Segala hal yang tertulis di sini sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung sia...