Aku tahu....
Pada seluk wajahmu yang merah padam, ada luka tak terobati, yang berangsur menghitam, menggerogoti senyum manis bak gulali itu. Pada setiap penolakan yang sering menjuntai, ada jutaan cemas yang menyertai.
Bagaimana pun, Kembang perawan ini sedang belajar mencumbu, pada kata orang atau pada muslihat penyamun yang iatemui di sudut-sudut jalanan. Namun akan tiba jua suatu ketika, saat langkah berangsur memutihkan rambutmu, saat dunia tak lagi memiliki rasa, atau terpaan mentari terlalu membutakan, atau mungkin hujan yang kejam menghujam.
Untuk seterusnya dan selamanya, aku jauh lebih tahu darimu....
Pada setiap wejangan yang sering kusuguhkan padamu saban hari, janganlah membuat bulan mati dalam genangan sesal. Pada setiap hantaman yang menyentuh punggungmu, janganlah pula kaububuhkan dendam di dalamnya.
Sebab suatu ketika, saat langkahmu habis dimakan umur, atau senja yang menyisir putihnya rambutmu ... di sana ada kenang yang berbalut rindu, pada hangatnya pelukan Ibu, walau hanya berdasar fatamorgana.
Sekira-kiranya, begitu yang selalu kudengar saban harinya, dari sang Ibu, yang kini bersisa potret.
Kota Hujan, 6 Juli 2019
♧♧♧
Salam, tulisan ini khusus mengenang sang Ibu, yang selalu mewarnai hari-hari kalian. Sosok yang juga pernah saya temui, yang hatinya selalu baik kepada siapapun, serta senyumnya yang selalu melegakan. Ini dari saya, yang turut berduka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Dan Puisi
General FictionAntologi Cerpen Dan Puisi berisikan kumpulan puisi dan cerpen dan terkadang berisi kumpulan catatan yang murni dibuat sendiri oleh author sebagai pengisi waktu luang. Segala hal yang tertulis di sini sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung sia...