Rupanya sang surya diam-diam memperhatikan gerak bumi pertiwinya,
Yang kaku dan tertatih dalam hal menari.
Lewat hangatnya terpaan yang ia berikan,
Semoga saja sang bumi masih mengingatnya,
Namun kumeragu.Orang berlomba-lomba membuat satelit lain selain bulan,
Ternyata saingannya bukan saja pada sang surya.
Dalam diamnya sang bumi berbisik, meminta padaku lewat telepati,
"Bakar saja dahan yang telah mengering."Lalu pada malam yang pekat,
Kulihat lidah-lidah api menjulang tinggi, menyala sadis membakar seluruh nostalgia.
Bukan lagi tentang anak dara yang terseret animo sesaat para pujangga,
Atau pada kecupan manis sepucuk surat cinta.Lagi, "Bakar saja dahan yang telah mengering."
Dan sang bumi kembali pada pangkuan Ibunya.Tiada yang perlu kau perjuangkan.
Kota Hujan, 28 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Dan Puisi
General FictionAntologi Cerpen Dan Puisi berisikan kumpulan puisi dan cerpen dan terkadang berisi kumpulan catatan yang murni dibuat sendiri oleh author sebagai pengisi waktu luang. Segala hal yang tertulis di sini sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung sia...